Skip to main content

Angkringan

Anda tahu angkringan? Makhluk apakah itu? Menggigitkah? Berbahayakah? Menularkah? Atau justru sebaliknya. Mengasyikkan, bersahabat, dan mengenakkan?

Semester pertama kuliah, di kamar kostku yang hangat, ditemani alunan musik slowrock yang menjadi sahabat tidurku, teman sebelah mengetuk pintu.

"Hen, ikut yuk ..."

Aku lirik jam weker mungilku. Mmm ... 22.30.

"Mau ke mana malam-malam begini," tanyaku enggan.

"Pokoknya ikut aja, dijamin asyik deh ... Ayo, cepetan ..."

Secepat kilat akupun mengganti baju, rapi-rapi dikit, dan bergabung dengan temanku. Dengan langkah gontai, kami pun menelusuri sepi dan cerahnya jalan sepanjang Dr. Wahidin Sudirohusodo, hingga kami pun sampai ke sebuah gerobak dorong dengan penerangan lampu petromax. Di sana mangkal juga beberapa tukang becak sambil mengobrol, tentu dengan rokok terjepit dengan manisnya di jari masing-masing. Alunan musik dari sebuah radio usang dengan cerita wayang khas Jogja menambah nikmatnya suasana dan akrabnya kebersamaan.

Aku termenung di depan gerobak tersebut. Secepat kilat tanganku ditarik temanku dan duduk di pojok bangku. Tersaji di depanku bungkusan-bungkusan daun pisang dibalut kertas koran, aneka gorengan, sate burung puyuh dan usus, berbagai macam kerupuk, dan tidak ketinggalan teko minum dengan perapian arang.

Tempat apa ini? Demikian batinku bertanya-tanya. Namun sebelum kebingunganku bertambah temanku pun berkata. "Ini namanya angkringan." Aku pun mulai mengeksplorasi lingkungan. Aku lirik bungkusan-bungkusan yang tersedia, mengambil satu, membukanya, dan ...

Astaga, batinku. Ternyata isinya segumpal nasi putih dengan seekor ikan teri dan secuil sambal merah. Aku lirik temanku, dia juga melakukan hal yang sama. Namun tidak ada kecanggungan sepertiku. Dengan santai dan cuek, disendoknya sebagian nasi, dicampur sedikit teri, serta di ulekin ke sambal, segumpal makanan itu meluncur dengan mulus masuk ke perutnya.

Melihat aku bengong, dia pun menyuruh aku melakukan hal yang sama. Dan, aku pun mencoba. Tahu ndak rasanya ... nikmat sekali. Sekali coba akupun meludeskannya. Belum kenyang, aku pun ambil sebungkus lagi. Dibuka, kali ini lauknya beda. Kalau yang pertama teri campur sambal, kali ini segenggam tempe kering. Aku pun menghabisinya dengan penuh nafsu.

Puas dengan santapan pertamaku, giliran aneka gorengan menjadi sasaranku. Tempe, tahu, dan pisang goreng serta tidak ketinggalan kerupuk menjadi korban keganasanku.

Aku haus ... dan secangkir teh manis hangat pun terseduh dengan manis di depanku. Kusruput sedikit ... waduh, panas. Temanku menertawakanku. Dia pun mengajariku untuk menikmati teh hangat ala angkringan. Dituangnya sedikit teh ke piring kecil sebagan nampan, ditiup-tiup sebentar, kemudian perlahan diminumnya sampai habis. Aku pun meniru caranya, dan ajaib ... sedikit panas pun tidak terasa, malah rasa manis-hangat mengalir dengan nyaman melewati tenggorokanku ...

Puas minum, aku lihat sate. Tapi karena aku tidak suka burung puyuh dan usus, aku pun menyudahi pesta angkring pertamaku.

Sejak itu aku ketagihan nangkring. Di sana selain bisa nikmati indahnya Jogjakarta di malam hari, aku juga bisa bergaul dengan masyarakat yang selama ini jauh dari jangkauanku, bisa memahami mereka, serta mengerti dan mengetahui indahnya dunia masyarakat yang selama ini suka dianggap remeh sebagian orang. Di Jakarta susah sekali aku menemukan suasana dan komunitas seperti ini ...

Pernah temanku yang pertama kali mengajakku angkringan kena tipus. Setelah diopname beberapa hari di Rumah Sakit, oleh dokter dinasehati, makanlah makanan yang sehat, bersih, serta jangan sembarangan jajan. Sejak itu, aku pun kehilangan teman untuk angkring ... dan aku pun jarang ngangkring ...

* * *

Istilah angkringan juga sering dipanggil nasi kucing. Aku tidak tahu asal mula kenapa dijuluki itu, namun mungkin karena isinya sedikit, trus lauknya adalah teri [kucing khan suka ikan/teri], makanya dinamakan itu ...

Comments

  1. walahhh jadi keluar air ludah... ngebayangin enaknya... aduhhh *sllruuuppp*

    ReplyDelete
  2. wuaaaaa....aku dibilang kucing. aku sukaaa banget teri sambal. tadi bela2xin bikin, taruk di stoples,makannya pake kecap manis...duh yummy

    ReplyDelete
  3. Anonymous9:07 AM

    umm..kapan yah bisa angkringan?! Mauuuu dongggg!!!

    ReplyDelete
  4. Xu: he he ... di Bandung ada ndak angkringan?


    Dian: he he ...paling enak teri plus kacang, digoreng manis ... enak tenan :)


    Dewi: ikut? kapan-kapan yuk barengan ke Jogja, ngangkring rame-rame :)


    Bronx: Setan? Waaaa . .... kaburrrrr

    ReplyDelete
  5. Bev: ha ha ha ... makanya, belajar makan yang teratur yah :)

    Btw, baru tuh gambar avatarnya ... makin caem aja, seperti aslinya :)

    ReplyDelete
  6. bandung mana ada yang kayak gituan... hehehe boleh donk dikirim lewat paket kilat khusus

    ReplyDelete
  7. Anonymous12:47 PM

    Nasi kucing? Tambah ee kucing maksudnya? hihi.. ngeriiiiiiiiii, qeqeqeqe.. (kiddinx denk)

    ReplyDelete
  8. Iya tuh, angkringan nggak sehat emang... . Soalnya kan kotor... . Tapi ya itu, kan murah... . Huehuehue... :)

    Btw, angkringan yang di utaranya Stasiun Tugu tuh tiap aku lewat rame banget loh... . Yang parkir motornya mungkin sampe tuh 50an, mobilnya ada beberapa juga (tp kadang2...)... :D

    ReplyDelete
  9. Xu: paket? kayaknya lebih mudah minta Khun deh ... he he. Alow ... khun, where r u?


    Tina: Hi hi hi ... pertama aku juga geli dengar namanya :)


    Zilko: khan ada perbahasa, semakin kotor makanannya, semakin menggemukkan ha ha

    Stasiun tugu? aku belum pernah coba tuh ... Besok kalo aku main jogja lagi ...

    ReplyDelete
  10. bang hendri artinya ich liebe dick fuer deine liebe itu terima kasih buat cintamu

    ReplyDelete
  11. nasi kucing di Semarang juga banyak, bahkan dijual di sekolah2. ponakanku juga suka jajan nasi kuciang, murah sih. tapi hygienis tidaknya...bisa kira2 sendiri deh.

    ReplyDelete
  12. Hendri, waktu kamu makan, gak kena tipes kan, berarti perutmu mang cucok ama yg dipinggiran apalagi gak suka makanan di hotel..berarti gak bakat jadi orka..*kabur*

    ReplyDelete
  13. Vie: oh artinya itu ... :))


    Tenfarms: He he ... murah meriah ... 1000 dapat 3 ha ha ha ... dapet ndak sekarang :)


    Sisca: Hi hi hi ... nyindir neh ceritanya :)) *buruan kabur sebelum sandal terbang datang*

    ReplyDelete
  14. Tadinya udah napsu nih kirain di jakarta ada tempat angkringan gitu , eh jadi lemes deh tau tau di Jogja . di Jakarta ada ngak yah ? bikin lapeeerrr aja ...*_*

    ReplyDelete
  15. Evanmom: hi hi hi ... sepenulusuranku sih Jkt belum ketemu :(

    Mungkin teman2 Jogja mau berbaik hati kirimin, yah ... minimal fotonyalah ha ha ha

    ReplyDelete
  16. Sekali2 perlu angkringan, gunanya buat kesehatan... meningkatkan kekebalan tubuh, misalnya agar ga mudah terserang diare gitu :) Ada sodari dari Spore pulang, maem di warung aja diare berhari2 :)

    ReplyDelete
  17. gyahahahha
    aku pertama kali ke solo
    diajak makan 'sega kucing'
    murah, cuma 500 rupiah

    itu yg namanya angkringan juga ya
    eh eh...
    yg kopi tubruk arang kamu juga suka?
    aku ga berani ah minum kopi arang. aneh gitu, mosok bara panas2 di cemplungno di kopi, rek? untung2 ga mati

    ReplyDelete
  18. Hallo2...

    Ada PR beruntun tuh... .

    Kunjungi blog saya untuk keterangan lbh jauh, he3... :)

    ReplyDelete
  19. Khun: hi hi hi ... jadi emang ada sebagian orang dianugerahi perut miskin yah ... termasuk daku :))


    Mee-a: betul ... sego kucing alias nascing. Aku ndak suka kopi, sukanya cuma teh aja :)


    Zilko: PR? Hmm ... berarti ada 2 yang nagih my dreams selain dikau, salah satunya Ibu Miniez hi hi ... *pikir ah, mau kabur gimana caranya :)*

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Barang Baru

Kira-kira sebulan yang lalu, laptop saya mengalami masalah. Entah karena sudah tua, atau kebanyakan buka program, atau isinya udah penuh, mendadak laptop saya hang. Karena kurang sabar, langsung saja aku matiin dengan paksa. Ketika aku mulai menyalakannya lagi, berhasil ... Namun belum sempat aku klik tombol start, mendadak blue screen error muncul. Awalnya aku pikir itu error normal. Aku pun mematikannya lagi, kemudian restart. Windows menyarankanku memilih Safe Mode, aku pun mengikutinya. Namun, apa yang terjadi, tunggu punya tunggu, nanti detik demi detik, windows yang aku nantikan tidak muncul-muncul. Aku mulai panik ... karena secara pelan mulai terdengar suara berisik yang semakin lama semakin keras. Waduh ... fellingku berbicara kali ini harddisk-ku yang kena. Aku coba tenang, lalu mematikan laptop, dan menunggu sekitar 10 menit. Kembali aku coba nyalain ... dan benar, suara gemerisik harddisk membuatku patah arang ... terbayang sudah data-dataku yang bakalan lenyap [karena suda

Private

Sejak blogger menyempurnakan versi betanya, dari sekian perbaikan dan fitur baru yang diperkenalkan, ada satu fitur baru yang belakangan marak dimanfaatkan oleh para blogger. Fitur tersebut adalah blog readers. Aku yakin teman-teman sudah tahu apa fungsi fitur yang terletak di menu permission ini. Yap ... Fungsinya adalah men-setting blog menjadi private sehingga tidak semua orang berhak dan boleh bersantai di sana, tetapi hanyalah orang-orang pilihan yang di-choose atau di-invite yang bisa masuk dan ngopi di sana. Jadi janganlah heran kalau saja suatu saat Anda meng-klik sebuah blog, yang keluar adalah tulisan "blogger: permission denied; this blog is open for invited readers only", yang artinya Anda tidak diundang dan tidak diperbolehkan untuk mengintip isi blog tersebut. Jangan merasa kecewa, karena pasti ada alasan tertentu mengapa seseorang men-setting blog mereka dari semula open menjadi private. Jangan juga merasa patah hati, karena di balik privatisasi tersebut selalu

Sedang ingin bercinta

Wuihhh ... serem abiz yah judulnya: sedang ingin bercinta ... hahaha. Eit ... jangan berpikir yang macam-macam dulu, meskipun benar Hendri sekarang sedang berpuasa panjang dari aktivitas yang namanya bercinta, bukan berarti ini sebuah proklamir atau deklarasi dari hati terdalam tentang keinginan yang terpendam selama waktu yang sangat panjang. BUKAN .... Semuanya berawal dari suatu malam saat aku tidak bisa tidur karena terlalu capek. Seperti biasa, sebagai pelarian dari ketidakbisatiduranku, remote TV selalu menjadi sasaranku. Setelah aku pencet sana pencet sini, sebuah klip musik dengan alunan lumayan keras menarik perhatianku. Aku perhatikan personil yang nyanyi, oh ... Dewa. Biasanya aku kalau dengar lagu Dewa, entah itu di radio maupun TV, dengan spontan aku langsung memindahkan salurannya karena emang aku kurang menyukai musiknya. Namun entah kenapa, lagu ini kok menyita banget perhatianku, dan tanganku sepertinya dihipnotis untuk tidak macam-macam alias hanya kaku saja tak kuasa