Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2006

Siti Nurbaya Masa Kini

"Kapan kamu pulang kampung?" "Hari senin, tanggal 23 Oktober." "Trus balik sini lagi?" "Kalo ndak kamis, mungkin jumat." "Kok cepat. Kenapa tidak sekalian seminggu aja. Libur lebaran khan resminya sampai sabtu." "Tidak pengen aja. Malas di kampung lama-lama" "Kenapa? Biasanya orang khan ndak sabar menantikan libur panjang gitu. Kamu malah aneh, ada libur panjang gitu tidak dimanfaatin..." "Bapak tidak tahu sih. Aku tidak enak berlama-lama di sana ..." "Maksudmu?" "Tidak tahan omongan orang kampung, terutama keluarga ..." "Kok bisa?" "Gini Bapak. Untuk anak gadis seusiaku, seharusnya aku sudah kawin. Kakakku udah kawin, bentar lagi adikku nyusul. Kalau aku berlama-lama di sana, tidak mungkin aku juga bakal disuruh kawin. Makanya aku tidak mau lama-lama di kampung, takut disuruh kawin ..." * * * Begitulah sekilas pembicaraanku dengan baby sisterku beberapa waktu lalu. A

Mistis

Alkisah hiduplah seorang bapak sendirian di rumahnya yang sederhana. Bapak ini adalah seorang yang tempramental, suka marah, cerewet, serta dikenal sok ngatur hingga tidak ada seorangpun tetangganya yang mau berakrab ria dan suka padanya. Anak-anak tidak ada yang berani bermain dekat rumahnya, karena sedikit berisik saja pasti langsung dimarahi. Para pemuda juga sebel kepadanya karena sering ditegur hanya karena alasan sepele. Pokoknya, dia layaknya public enemy di wilayah tersebut. Persis di sebelah rumahnya, ada bekas reruntuhan rumah yang tidak ketahuan siapa dan di mana penghuninya. Karena banyak pemuda yang merasa dendam kepada bapak tersebut, mereka pun merancang keusilan untuk membalas. Caranya sederhana. Tiap malam para pemuda beramai-ramai buang air kecil [baca: pipis atau kencing] di bekas reruntuhan itu. Hasilnya bisa ditebak. Bau menyengat dan tidak enak mulai tercium. Awalnya sih tidak seberapa. Namun karena sering dilakukan, bau pesing tersebut semakin menjadi saja. Tentu

Selebriti

Hari Selasa-Rabu kemarin, kantorku mengadakan kelas publik training di salah satu hotel bilangan Slipi. Aku memang tidak direncanakan untuk hadir di sana karena memang ada beberapa kerjaan sebagai persiapan training minggu depan yang harus aku kebut dan selesaikan. Selasa malam, bosku telp. Katanya ada hal yang ingin dia diskusikan denganku, sekalian juga mau mendelegasikan beberapa tugas yang harus aku selesaikan. Singkat cerita, aku pun diminta untuk menyempatkan diri menyusul ke hotel tempat training diadakan. Rabu pagi, setelah beberapa hal aku selesaikan, meluncurlah aku ke sana. Waktu aku sampai di lokasi training, kebetulan sekali sedang lunch time. Karena aku sudah isi perutku sebelum berangkat, aku tunggu saja di ruangan training sambil cuci mata lihat-lihat event lain yang juga dilaksanakan di hotel tersebut. Suasana hari itu memang ramai sekali. Di sebelah ruangan kelas kami, ada training juga. Ruangan lain juga ada event perusahaan lain. Tumben rame, pikirku. Menjelang jam

The Quick and The Dead

Kemarin malam, jam 9-an aku sebenarnya udah ngantuk banget. Kebiasaanku, menjelang sukma-sukmaku melepaskan diri dari ragaku dan terbang mengembara ke alam mimpi nan indah, TV selalu menjadi sobat yang setia dalam menemani dan menghantarku memasukinya. Setelah pencet sana pencet sini, channel TV-ku berhenti di salah satu stasiun yang setiap jam 9 menyajikan tontonan film-film box office yang memasang jargon "bioskop sendiri". Terpampang di layar TV, sebuah film koboi dengan setting khas: tanah gersang dan tandus dengan beberapa penunggang berkuda dengan seketika menyedot perhatianku. Entah kenapa, aku selalu tertarik dengan film koboi, yang banyak adegan kejar-kejaran pake kuda plus suara ringkikan dan teriakan khas koboi, serta tidak ketinggalan hebat dan kentalnya adegan tembak-tembakan. Ada perasaan gimana gitu saat menyaksikannya, adrenalinku seolah mengalir dengan lancar dan kencang. Saat openingnya disajikan, terpampang seraut wajah yang langsung mem-flash back ingatank

Kekuatan Perkataan

Aku yakin kita pernah, bahkan sering mendengar statement berikut: berhati-hatilah dalam berkata-kata, karena apa yang kita ucapkan selalu saja menjadi kenyataan. Kalau kita mengucapkan kata-kata positif, maka peristiwa positiflah yang terjadi. Demikian juga sebaliknya, kalau yang keluar selalu statemen negatif, maka tragedilah yang terjadi. Biasanya peringatan tersebut selalu diajukan kepada para orangtua yang punya anak kecil. Selalu dianjurkan agar menanamkan dalam pikiran anak mereka sebanyak mungkin perkataan positif supaya kelak waktu dewasa bisa menjadi orang yang bermental dan berperilaku positif juga. Kata para ahli sih jangan sekali-kali mengatakan atau memarahi anak kita dengan kata-kata kejam seperti: bodoh, goblok, tolol, dan semacamnya, karena diyakini ntar anak kita jadi bodoh atau goblok beneran. Apalagi mengumpat dengan kata anak setan, tahu-tahu ntar dewasa jadi setan beneran alias narkoba, mabuk-mabukan, judi, rampok, etc hehe Tetapi kadang tidak kita sadari, sebenarn

Bangsa yang Akrab dengan Kekerasan

Pertandingan memasuki menit ke-85. Angka di papan skor menunjukkan 0-0. Pemain dari kedua kesebelasan lagi tegang-tegangnya dalam mengolah si bola bundar. Mendadak, seperti pasukan yang sudah mendapat komando dari panglima tinggi, ribuan suporter secara serentak dari arah timur stadion dengan beringas dan ganas menyerbu ke lapangan. Dengan senjata botol minuman serta benda keras, pasukan tersebut melempari aparat keamanan yang memang bertugas menjaga agar pertandingan bisa berjalan dengan aman dan lancar. Namun kekuatan aparat yang hanya 1.000 personel tidak berdaya menghadapi sekitar 23.000 suporter yang kesurupan dan dihinggapi roh anarkis. Alhasil, dari pada menjadi korban, aparat pun mundur, dan membiarkan pasukan anarkis tersebut berpesta dalam rangka membuat kerusuhan dan mulai melakukan pengrusakan. Korban berjatuhan. Dari aparat, dikabarkan 13 personel mengalami luka-luka karena lemparan benda keras. Pihak sipil yang tidak berdosa pun kecipratan sialnya. Puluhan masyarakat term

Seandainya Saja [Aku Meninggal] ...

Lahir - bayi - balita - anak-anak - remaja - pemuda - dewasa - orangtua - kakek - meninggal. Itulah sebuah siklus hidup manusia. Bagi kita-kita yang beruntung dan diberi siklus lengkap tersebut dari Sang Maha Kuasa, sudah selayaknya kita bersyukur, nikmati, dan manfaatkanlah satu persatu peran tersebut dengan sebaik-baiknya. Banyak orang di sekeliling kita, entah itu saudara ataupun orang-orang yang tidak kita kenal, hanya dikasih kesempatan untuk memainkan sebagian peran. Ada yang hanya sampai orang dewasa, pemuda, bahkan tidak sedikit yang hanya kebagian secuil peran sebagai balita atau bayi. Kita tidak bisa memprotes kenapa setiap orang diberi jatah yang berbeda-beda. Kita tidak berhak menggugat seandainya dilimpahi peran yang hanya sebentar. Kita juga tidak boleh mempertanyakan kenapa bagian kita berbeda dengan bagian orang lain. Semuanya mutlak ada di tanganNya, sudah direncanakan dalam sebuah master plan yang begitu besar dan kompleks, dan begitulah seharusnya destiny kita sebaga

100 Ribu

Siapa sih yang tidak pernah melihat dan memiliki selembar uang berwarna merah muda [benar yah, warnanya merah muda hehehe] dengan tulisan angka 1 yang diikuti 5 buah 0 di belakangnya alias 100.000? Di mana-mana lembaran itu bisa dijumpai dengan mudah. Di pasar, kasir-kasir pusat perbelanjaan, ATM, dan aku yakin sebagian nongkrong dengan manis di dompet teman-teman. Tapi pernahkah teman-teman berpikir, seberapa besarkah arti dan makna uang 100.000 bagi kebanyakan orang? Apakah dia sangat bernilai dan berharga, atau biasa-biasa saja layaknya uang dengan nilai lainnya, atau malah tidak bernilai sama sekali? Bagi puluhan juta penduduk di Republik ini yang dikategorikan pemerintah sebagai kelompok orang miskin, uang 100.000 boleh dikatakan penyelamat dan sebuah angka yang bisa memperpanjang hidup mereka selama 1 bulan. Yah ... Bantuan Langsung Tunai alias BLT yang sejak kenaikan dan dihilangkannya subsidi BBM sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam membantu mereka-mereka yang dipandang me