Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2007

Kacamata

Pengen tahu saja. Di antara teman-teman yang sudah setia mengunjungi blogku --waduh ... terharu aku, ada yang namanya pengunjung yang setia hiks--, seberapa banyakkah yang karena satu dua hal terpaksa harus menggantungkan dirinya pada sepasang kaca cembung terbungkus dalam sebuah frame, dan dengan sukarela membiarkannya tergantung bebas sebagai aksesoris tambahan yang menghiasi wajah manis kita? Hayooo ... jangan malu-malu untuk tunjuk tangan hehehe ... Ok deh ... dari pada tidak ada yang mau mengakuinya, aku deh yang tunjuk tangan :) Perkenalanku dengan dunia kacamata terjadi waktu aku masih culun-culunnya alias waktu masih kelas 2 SMP. Masih segar di ingatanku, saat itu ada tim sukarelawan dari luar kota yang datang ke sekolahku untuk memberikan jasa pemeriksaan mata secara gratis. Peristiwa itu termasuk langka, karena jarang sekali ada lembaga yang menawarkan kegiatan sosial semacam ini. Aku yang waktu itu mulai terusik dengan masalah pandangan, langsung saja menyambar kesempatan te

Orang Penting

Jadi orang penting itu enak yah. Ke mana-mana selalu mendapat prioritas dan akses tersendiri. Karpet merah serta kamera yang tidak henti-hentinya mengeluarkan cahaya blitz selalu siap ditumpahkan untuk menyambut kedatangannya. Dia selalu menjadi sorotan publik, diperhatikan gerak-gerik-nya, ditiru-tiru modenya alias menjadi mode setter, serta dipuja-puja di manapun dia berada. Labelnya hebat: VIP alias Very Important People. Terkadang ada yang kurang puas dengan status itu sampai harus menambah satu huruf lagi di depannya hingga menjadi lebih keren: VVIP. Tidak percaya? Lihat saja di event-event atau acara-acara spesial. Selalu terlihat meja atau sofa dengan selembar kertas yang ditulisi secara ngejreng dan mencolok: "Khusus Undangan VVIP", yang artinya hanya orang yang sangat penting saja yang layak duduk di sana. Di beberapa tempat juga ada ruangan khusus dengan label yang sama, yang juga berarti hanya kalangan tertentu yang boleh masuk ke ruangan sakti tersebut. Di dalamny

Cuek

Kejadian yang masih fresh ini baru aku alami 2 hari yang lalu, waktu aku dalam perjalanan pulang kerja. Layaknya kota Jakarta, selalu saja dengan mudah kita bisa menemukan beberapa titik yang mengharuskan kita untuk parkir sementara di tengah jalan alias terjebak macet [baca postingku yang judulnya macet]. Nah, belajar dari pengalaman, makanya aku selalu kreatif mencari jalan baru. Harapannya sih supaya bisa menemukan jalan yang bebas dari macet. Yah ... kalo pun tidak 100% bebas macet, minimal lancarlah hingga perjalananku pulang rumah bisa lebih cepat. Seperti biasa, saat perjalananku sudah dekat rumah, aku pun ambil jalur yang tiap hari aku lewat selalu lancar. Tapi entah kenapa, hari itu kok rame banget ... dan macet lagi. Alhasil, bagaikan pasukan semut, aku pun ikut merayap mengikuti arus mengalir. Kalau sudah terjebak dalam situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagiku kecuali bertindak menghibur diri. Apakah itu? Yap ... lirik kiri-kanan seraya melihat-lihat, siapa tahu ada p

Gaya Hidup

Tentunya teman-teman masih akrab dengan tag sebuah iklan kartu ponsel yang bunyinya gini: 'hari gini masih ndak punya handphone ... bla bla bla bla'. Ndak tahu gimana tafsiran teman-teman dengan kalimat tersebut, tapi aku kok menafsirkannya sebagai sebuah pernyataan yang ingin mengatakan bahwa kalau jaman modern gini masih belum ikut-ikutan punya ponsel, itu bukan orang gaul namanya alias ndak asyik deh alias ketinggalan gaya hidupnya. Terlalu naif tidak tafsiranku hehe ... Tapi dari sana berkembang pula statemen lain yang serupa. Misalnya: "hari gini masih pake bla bla bla ... ganti dong dengan yang bla bla bla". Atau: "hari gini masih makan di bla bla bla ... sekali-kali coba dong makan di bla bla bla'. Atau lagi: "hari gini masih belum nyoba bla bla bla ... yang gaul dong.." Hayo ... ngaku deh, entah secara sengaja atau tidak, pasti teman-teman pernah mengatakan kayak gitu ke orang lain juga hehehe ... Sebenarnya apa saja sih yang bisa di-gaya hi

Macet

Hallooo orang Jakarta ... tolong tunjuk tangan, siapa yang tidak pernah ketemu kata ini alias macet? Hehehe ... aku yakin sekali, bagi orang Jakarta, entah yang domisili tetap atau sekadar jalan-jalan atau yang tersesat alias lost in Jakarta, pasti gerah dan geleng-geleng kepala melihat ruwet dan hebatnya kemacetan kota Jakarta. Tidak pagi, siang, sore, bahkan malam hari kemacetan dengan mudah dijumpai di tempat-tempat tertentu. Macet sudah seperti makanan sehari-hari ... tinggal tambah bumbu ekstra, seperti banjir atau jalan berlobang, dijamin deh kemacetan yang ada tambah nikmat alias panjangggggg. Tahu tempat-tempat strategis untuk bermacet ria? Nih ... aku coba daftarin, siapa tahu penasaran untuk mencoba mencicipi lezatnya bermacet ria :) Tempat pertama adalah dekat pasar tradisional. Hmmm ... tidak percaya? Lihat saja di pasar Palmerah atau yang dekat rumahku Pasar Mitra daerah Jembatan Lima, macetnya minta ampun. Pedagang-pedagang yang seenaknya memajang jualan mereka yang kadan

Tahyul

Asyik kali yah kalo bicara tentang tahyul. Selain karena merasa ada 'dunia lain' sewaktu membicarakannya, juga ada rasa deg-degan dan penasaran, bener ndak sih ada yang namanya tahyul itu. Apalagi sekarang masih fresh karena baru memasuki tahun 2007, rasanya makin klop deh menyambutnya dengan bermacam-macam tahyul --termasuk ramalan-ramalan-- yang dijamin pasti banyak peminat untuk menyimak dan mengetahuinya. Seandainya aku tanyakan ke teman-teman, percaya tidak dengan tahyul itu, pasti jawabannya beragam. Ada yang mengatakan percaya sekali. Ada juga yang menjawab tidak. Dan seperti biasa, selalu ada yang bersifat netral alias ambil jalan aman: tergantung sih, kalau tahyulnya bagus percaya, tapi kalau jelek, sengaja dikait-kaitkan dengan tahyul lain supaya dapatnya tahyul yang bagus hehehe ... Bentuk tahyul itu sangat beragam. Dari sekadar tahyul berupa letak tahi lalat, posisi tidur, anjing menggonggong, kucing kawin, suara tokek, lihat cecak mati, dijatuhi kotoran burung, kel