Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2006

Pygmalion

Mungkin nama Pygmalion pernah melintas di benak Anda. Atau mungkin Anda pernah mendengar atau membaca kisah ini. Ini adalah sebuah kisah yang merupakan bagian dari mitologi bangsa Yunani abad pertengahan, yang kemudian dipopulerkan pada tahun 1890 lewat sebuah lukisan menawan oleh Jean-Léon Gérôme (1824-1904). Ijinkan keusilan Hendri untuk mengubah dan menceritakan ulang dengan menambahkan beberapa scene dan tafsiran, dengan harapan posting ini bisa menggugah dan memberikan motivasi bagi kita yang membacanya. * * * Kisah ini berasal dari negeri seribu dewa, negeri lahirnya olimpiade, Yunani. Adalah Pygmalion, seorang pemuda yang mempunyai bakat yang luar biasa di bidang seni pahat. Ia sangat piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya diakui begitu halus, indah, bagus, dan sangat menyerupai aslinya. Tetapi bukan karena kecakapannya itu yang membuat ia terkenal dan disenangi. Pygmalion terkenal justru karena ia adalah orang yang selalu berpikiran positif dan memandang segala ses

Segala Sesuatu Ada Waktunya

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam Ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan Ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa Ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari Ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi Ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci Ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai * * * Seandainya sudah digariskan untuk seperti itu, kenapa kita sebagai manusia sering mempertanyakannya?

The 666 of Me Part 1: Sedih

Aku mendapat PR dari Zilko, yaitu menceritakan 6 momen yang membuat aku bersedih dan 6 momen yang membuat aku bergembira. Namun bukan Hendri namanya kalo tidak iseng. Karena masih dalam suasana 'serem' yang dikait-kaitkan dengan angkat keramat, 666, maka aku mencoba untuk menulis sekuel tentang 'the 666 of me'. Bagian pertama yang ingin aku kupas secara tuntas adalah tentang sesuatu yang sebenarnya sangat aku hindari, karena sangat tidak menyenangkan untuk mengingat dan membahasnya. Namun karena mendapat sebuah PR yang merupakan kehormatan tersendiri karena itu berarti aku masih diingat orang, maka aku akan mencoba menceritakannya. Kata orang pintar, sedih hanyalah sebuah perasaan yang normal dan lazim dialami oleh manusia. Dia hanyalah secuil emosi dari seabrek emosi yang ada dan mungkin terjadi dalam hidup ini. Sedih merupakan sebuah variasi dalam perjalanan bahtera kehidupan yang membuat hidup ini menjadi lebih ramai dan heboh. Tentu tidak seru dan akan sangat membos

Menangis

Satu pertanyaan: siapa sih yang tidak pernah menangis? Guruku pernah mengatakan, menangis adalah sebuah ekspresi yang normal dalam hidup ini. Dia adalah sebuah emosi yang wajar dan harus terjadi sebagai tanda bahwa kita adalah seorang manusia. Dia juga merupakan sebuah perilaku dan tindakan yang akan dilakoni oleh seorang manusia sejak dia lahir sampai meninggal alias seumur hidupnya. Hidup ini adalah sebuah proses. Dan selama proses itu berlangsung, selama itulah menangis itu ada dalam hidup seorang manusia. Sejak awal seorang manusia dilahirkan, hal pertama yang dilakukan adalah menangis. Tidak percaya? Hayo ... coba aja ke rumah sakit bersalin. Pernahkah menemui seorang bayi yang baru lahir langsung tertawa terbahak-bahak? Tidak khan. Justru kalo seandainya itu terjadi, kita sendiri yang akan ngeri dan bertanya-tanya, apakah gerangan yang terjadi? Sebenarnya apa sih alasan orang menangis? Bagi seorang bayi, menangis adalah cara mereka untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya

Panggung Sandiwara

Guruku pernah berkata bahwa hidup ini adalah sebuah sandiwara. Dan dunia ini adalah sebuah panggung yang maha besar dengan setting dan fasilitas maha lengkap yang mendukung para pemain di dalamnya untuk berakting dan berimprovisasi sesuai peran dan karakternya. Banyak peran yang bisa kita pilih, mainkan, dan lakoni. Semuanya tergantung sepenuhnya pada kita. Entah itu sebagai cinderella, seorang pangeran, ibu tiri yang jahat, paman baik hati, putri salju dengan tujuh kurcacinya, pahlawan yang selalu memihak yang miskin, serigala yang menyamar sebagai ibu dari 3 babi, dan sejuta peran lainnya. Semua itu memang dibutuhkan supaya panggung yang maha akbar ini bisa menciptakan sebuah orkestra yang seirama dan senada dengan tidak ketahuan kapan endingnya. Mudah untuk ditebak, semua aktor dan aktris di dalamnya tentu berlomba-lomba untuk menjadi peran utama alias bintang pertunjukan. Siapa sih yang tidak silau dengan perhatian, publikasi, sorotan massa, serta kelimpahan entah itu pujian dan ma

Hati Seorang Wanita

Sebagai awal posting ini, ijinkanlah aku untuk mengutip sebuah anekdot yang aku dapat dari sebuah milis, sebuah humor yang aku kira mungkin sudah pernah teman-teman baca juga. Tapi aku senang dengan humor yang satu ini. Suatu malam, ketika sedang berjalan menelusuri pantai, seorang pria menemukan lampu tua yang diletakkan di atas sebuah batu karang. Karena iseng, dia pun mengambilnya, dan kerena dilihatnya kotor, dia pun menggosok-gosoknya lampu dengan bajunya. Tiba-tiba, muncullah seorang Jin. “Baik, cukup sudah!” bentak Jin itu. “Ini keempat kalinya dalam bulan ini orang menggangguku! Aku begitu marah sampai aku hanya akan memberimu satu permintaan!!! Ingat, cuma satu, bukan tiga! Jadi ayo! Katakan apa yang kau inginkan. Cepat, karena waktuku sangat berharga!!!” Pria itu pun berpikir cepat. Sejurus kemudian dia berkata, “Yah, aku selalu bermimpi pergi ke negeri tetangga untuk berbelanja. Tetapi masalahnya aku takut terbang dan cenderung mabuk laut di atas kapal. Bagaimana kalau kau b

Kupu-kupu malam [1]

Aku adalah seorang gadis desa. Hidup sederhana dalam sebuah dunia yang seadanya khas suasana desa umumnya. Hari-hariku dilewati dengan kegiatan rutin: membantu ibu memasak di dapur, membawakan makanan untuk ayah yang bekerja di sawah, bercengkerama dengan teman-teman sebaya, serta tidak ketinggalan belajar berbagai keterampilan dari menjahit baju sampai menari. Kata orang-orang aku beruntung dikaruniai wajah yang cantik dan menarik. Meskipun jauh dari yang namanya berdandan, kata orang-orang justru di situlah kecantikan alamiku terpancar. Tidak heran banyak pemuda desa yang akrab denganku, bahkan aku menangkap banyak di antara mereka yang berlomba-lomba sekadar untuk menarik perhatian diriku. Aku sih senang saja melihat ulah tingkah mereka: lucu, menyenangkan, dan aku menganggap mereka semua sebagai teman yang derajatnya sama. Kata orang tuaku, aku sudah beranjak dewasa. Banyak teman-teman orang tuaku datang malam-malam bertamu, yang entah apa yang menjadi topik pembicaraan mereka. Dan

Reinkarnasi

Selain mimpi dan deja vu , salah satu topik yang masih merupakan sebuah misteri besar dan selalu ingin aku gali dan ketahui adalah reinkarnasi. Terlepas dari masalah faith [iman], reinkarnasi menurutku adalah sebuah fenomena yang sangat menarik untuk ditelusuri keberadaan dan kesejatiannya. Yang sering bergulat dalam pikiranku, benarkan reinkarnasi itu ada? Kalau ada, bagaimanakah dia bekerja? Kalau tidak ada, bagaimana dengan fenomena-fenomena dan kesaksian sebagian orang yang sepertinya memberikan bukti bahwa memang proses reinkarnasi itu ada? Anda sering melihat film mandarin, terutama film-film kuno tentang percintaan? Selalu aku dapati, saat sepasang insan yang lagi dimabuk asmara, namun karena suatu hal hubungan mereka tidaklah semulus yang dibayangkan, dalam arti ada sebuah tembok yang menjadi penghalang bagi mereka untuk bersatu, saat itulah sebuah pernyataan klasik sering diucapkan pasangan ini. Kalau kita jeli mengamati, adegan ini selalu diiringin dengan alunan musik syahdu

Bohong

Berbohong alias berdusta. Siapa sih yang tidak pernah melakukannya? Hayo ... coba yang berani menjawab "aku tidak pernah berbohong" angkat tangan, ntar aku kasih hadiah spesial berupa foto close up terbaru diriku yang sudah di-sign khusus [desas desus terakhir yang aku dengar khan banyak yang penasaran bagaimana sih tampang seorang Hendri itu]. Hahahaha ... aku yakin pasti tidak ada yang mau mengangkat tangan. Selain karena memang kita hanyalah manusia yang tidak terlepas dari dosa kebohongan, juga karena gift yang aku tawarkan tidak menarik sama sekali :) Tapi apa benar kalo berbohong itu berdosa? Wah ... itu topik yang berat. Tidak berani aku menjudge bahwa bohong itu dosa atau tidak. Itu urusan dunia lain dan jauh dari jangkauan pikiranku yang terbatas. Jadi kalau ditanya apakah berbohong itu berdosa atau tidak, aku hanya bisa mengangkat bahu dan menjawab: entahlah ... Menurut para ahli, berbohong itu bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu benar-benar bohong dan bohong kare