Guruku pernah berkata bahwa hidup ini adalah sebuah sandiwara. Dan dunia ini adalah sebuah panggung yang maha besar dengan setting dan fasilitas maha lengkap yang mendukung para pemain di dalamnya untuk berakting dan berimprovisasi sesuai peran dan karakternya. Banyak peran yang bisa kita pilih, mainkan, dan lakoni. Semuanya tergantung sepenuhnya pada kita. Entah itu sebagai cinderella, seorang pangeran, ibu tiri yang jahat, paman baik hati, putri salju dengan tujuh kurcacinya, pahlawan yang selalu memihak yang miskin, serigala yang menyamar sebagai ibu dari 3 babi, dan sejuta peran lainnya. Semua itu memang dibutuhkan supaya panggung yang maha akbar ini bisa menciptakan sebuah orkestra yang seirama dan senada dengan tidak ketahuan kapan endingnya.
Mudah untuk ditebak, semua aktor dan aktris di dalamnya tentu berlomba-lomba untuk menjadi peran utama alias bintang pertunjukan. Siapa sih yang tidak silau dengan perhatian, publikasi, sorotan massa, serta kelimpahan entah itu pujian dan materi? Tentu semua menginginkan itu, tak terkecuali diriku juga. Siapa sih yang mau hanya sekedar berpartisipasi, mengambil peran sebagai figuran yang hanya numpang lewat, dan ketika turun dari panggung, para penonton akan dengan segera melupakan dan tidak ingat sama sekali apa fungsi mereka dalam panggung tersebut.
Alhasil kita bisa lihat dengan mata kasat dan telanjang, bagaimana setiap hari kita temui usaha keras dari penghuni semesta ini untuk mencapai dan meraih puncak popularitas. Segala daya dan upaya mereka manfaatkan, semua fasilitas mereka maksimalkan dengan satu tujuan: menjadi insan yang paling top dan bersinar.
Bagus kalau segala usaha mereka tepat sasaran. Salut patut disampaikan sekiranya segala daya mereka sesuai dengan kemampuan dan kondisi mereka. Pujian patut diucapkan kepada mereka yang berhasil menemukan perannya. Karena dengan demikian, panggung ini akan semakin semarak karena peran yang tepat sudah diberikan kepada aktor yang tepat pula.
Namun yang perlu dicegah adalah aksi sebagian penghuni yang selalu menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuannya. Entah karena memang sudah sifat dan naluri seorang manusia yang tentunya juga didukung oleh tuntutan dunia ini, itulah sebuah realita yang sering kita lihat. Karena tidak mau bekerja keras, enggan bersabar, tidak sanggup bertekun, serta malas menunggu, banyak orang yang memilih jalan pintas alias by pass untuk meraih sebuah peran. Akibatnya suap terjadi di mana-mana, korupsi merajalela, kolusi berkembang biak, nepotisme bertumbuh dengan subur, dan juga manipulasi sukses terjadi secara besar-besaran. Tujuannya apa sih? Hanya satu: menjadi terkenal.
Karena terlalu bernafsu untuk mengambil peran eksekutif muda yang sukses, sebagian aktor mengambil jalan pintas: mengapply sebanyak mungkin kartu kredit, gesek, dan terjerat dalam utang yang berkepanjangan. Karena terlalu ngebet dengan peran anak muda gaul dan disukai, sang pemain mengambil jalan singkat: melakukan penipuan dengan teknik super canggih terhadap orangtuanya, uang sekolah digunakan untuk mentraktir teman, berfoya-foya, hingga obat-obatan.
Entah terpikat dengan peran idola lingkungan sekitar, tidak sedikit ibu-ibu yang menempuh jalan kilat: melakukan perselingkuhan keuangan. Karena terlalu ngotot dengan peran direktur di sebuah perusahaan, banyak yang menghalalkan cara cepat: melakukan suap baik secara tersembunyi maupun terang-terangan. Silau dengan kursi empuk di lembaga pemerintahan, kita dengan mudah menemukan fenomena KKN yang dilakukan seolah-olah off record, padahal sang aktor tidak sadar bahwa segala tindak tanduknya sedang direkam dan disiarkan secara live sebagai sebuah tontonan sehari-hari yang sudah memuakkan para penonton.
Masih banyak kenyataan miris yang terjadi di sekitar kita hanya demi sebuah peran. Dan aku ingin mengatakan dan semoga sidang pembaca menyetujuinya: itulah konsekuensi dengan adanya penciptaan berbagai peran di dunia ini. Hal ini tidak mungkin terjadi seandainya semua peran disamaratakan. Tapi itu tidak mungkin, karena hanya dengan cara demikianlah dunia ini bertransformasi menjadi sebuah panggung yang meriah, hidup, dan bergairah.
Terlalu naif seandainya aku melewatkan yang satu ini. Tidak bisa aku pungkiri bahwa ada juga yang memang sudah diplot dari 'sono' dengan peran yang sudah ditentukan. Dan aku ingin mengatakan: berbahagialah mereka-mereka yang memang dikaruniai bakat alamiah yang dengan mudah mendongkrak mereka untuk mencapai puncak popularitas itu. Beruntunglah mereka-mereka yang dari awal penciptaan sudah diberi kelancaran seluas jalan tol untuk meraih semuanya.
Hanya satu kata: bersyukurlah, nikmatilah, dan mainkanlah peran tersebut dengan penuh tanggungjawab, sebenar-benarnya, dan sebaik-baiknya.
* * *
Perenunganku lebih mendalam menyadarkan diriku, bahwa tidak semua bercita-cita menjadi bintang dalam pertunjukkan akbar ini. Ada secuil manusia yang memang sengaja memilih sebuah peran kecil, dan itu sudah cukup baginya. Bagi mereka popularitas bukanlah segala-galanya, ketenaran bukanlah hal mutlak yang harus dicapai, dan keglamoran bukanlah sebuah keharusan yang harus dinikmati.
Bagi mereka, asalkan menjadi yang terbaik bagi dirinya sudahlah cukup. Dengan mengaktualisasikan segala kemampuan mereka untuk menjadi diri sejati mereka, itu sudah cukup. Sebuah ironi? Iya ... tapi itulah sebuah pilihan ...
Dan, peran apakah yang sedang dikejar diriku? Peran manakah yang sedang diincar daku? Peran seperti apakah yang menjadi target panahanku? Masih sebuah perjalanan yang panjang ...
Mudah untuk ditebak, semua aktor dan aktris di dalamnya tentu berlomba-lomba untuk menjadi peran utama alias bintang pertunjukan. Siapa sih yang tidak silau dengan perhatian, publikasi, sorotan massa, serta kelimpahan entah itu pujian dan materi? Tentu semua menginginkan itu, tak terkecuali diriku juga. Siapa sih yang mau hanya sekedar berpartisipasi, mengambil peran sebagai figuran yang hanya numpang lewat, dan ketika turun dari panggung, para penonton akan dengan segera melupakan dan tidak ingat sama sekali apa fungsi mereka dalam panggung tersebut.
Alhasil kita bisa lihat dengan mata kasat dan telanjang, bagaimana setiap hari kita temui usaha keras dari penghuni semesta ini untuk mencapai dan meraih puncak popularitas. Segala daya dan upaya mereka manfaatkan, semua fasilitas mereka maksimalkan dengan satu tujuan: menjadi insan yang paling top dan bersinar.
Bagus kalau segala usaha mereka tepat sasaran. Salut patut disampaikan sekiranya segala daya mereka sesuai dengan kemampuan dan kondisi mereka. Pujian patut diucapkan kepada mereka yang berhasil menemukan perannya. Karena dengan demikian, panggung ini akan semakin semarak karena peran yang tepat sudah diberikan kepada aktor yang tepat pula.
Namun yang perlu dicegah adalah aksi sebagian penghuni yang selalu menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuannya. Entah karena memang sudah sifat dan naluri seorang manusia yang tentunya juga didukung oleh tuntutan dunia ini, itulah sebuah realita yang sering kita lihat. Karena tidak mau bekerja keras, enggan bersabar, tidak sanggup bertekun, serta malas menunggu, banyak orang yang memilih jalan pintas alias by pass untuk meraih sebuah peran. Akibatnya suap terjadi di mana-mana, korupsi merajalela, kolusi berkembang biak, nepotisme bertumbuh dengan subur, dan juga manipulasi sukses terjadi secara besar-besaran. Tujuannya apa sih? Hanya satu: menjadi terkenal.
Karena terlalu bernafsu untuk mengambil peran eksekutif muda yang sukses, sebagian aktor mengambil jalan pintas: mengapply sebanyak mungkin kartu kredit, gesek, dan terjerat dalam utang yang berkepanjangan. Karena terlalu ngebet dengan peran anak muda gaul dan disukai, sang pemain mengambil jalan singkat: melakukan penipuan dengan teknik super canggih terhadap orangtuanya, uang sekolah digunakan untuk mentraktir teman, berfoya-foya, hingga obat-obatan.
Entah terpikat dengan peran idola lingkungan sekitar, tidak sedikit ibu-ibu yang menempuh jalan kilat: melakukan perselingkuhan keuangan. Karena terlalu ngotot dengan peran direktur di sebuah perusahaan, banyak yang menghalalkan cara cepat: melakukan suap baik secara tersembunyi maupun terang-terangan. Silau dengan kursi empuk di lembaga pemerintahan, kita dengan mudah menemukan fenomena KKN yang dilakukan seolah-olah off record, padahal sang aktor tidak sadar bahwa segala tindak tanduknya sedang direkam dan disiarkan secara live sebagai sebuah tontonan sehari-hari yang sudah memuakkan para penonton.
Masih banyak kenyataan miris yang terjadi di sekitar kita hanya demi sebuah peran. Dan aku ingin mengatakan dan semoga sidang pembaca menyetujuinya: itulah konsekuensi dengan adanya penciptaan berbagai peran di dunia ini. Hal ini tidak mungkin terjadi seandainya semua peran disamaratakan. Tapi itu tidak mungkin, karena hanya dengan cara demikianlah dunia ini bertransformasi menjadi sebuah panggung yang meriah, hidup, dan bergairah.
Terlalu naif seandainya aku melewatkan yang satu ini. Tidak bisa aku pungkiri bahwa ada juga yang memang sudah diplot dari 'sono' dengan peran yang sudah ditentukan. Dan aku ingin mengatakan: berbahagialah mereka-mereka yang memang dikaruniai bakat alamiah yang dengan mudah mendongkrak mereka untuk mencapai puncak popularitas itu. Beruntunglah mereka-mereka yang dari awal penciptaan sudah diberi kelancaran seluas jalan tol untuk meraih semuanya.
Hanya satu kata: bersyukurlah, nikmatilah, dan mainkanlah peran tersebut dengan penuh tanggungjawab, sebenar-benarnya, dan sebaik-baiknya.
* * *
Perenunganku lebih mendalam menyadarkan diriku, bahwa tidak semua bercita-cita menjadi bintang dalam pertunjukkan akbar ini. Ada secuil manusia yang memang sengaja memilih sebuah peran kecil, dan itu sudah cukup baginya. Bagi mereka popularitas bukanlah segala-galanya, ketenaran bukanlah hal mutlak yang harus dicapai, dan keglamoran bukanlah sebuah keharusan yang harus dinikmati.
Bagi mereka, asalkan menjadi yang terbaik bagi dirinya sudahlah cukup. Dengan mengaktualisasikan segala kemampuan mereka untuk menjadi diri sejati mereka, itu sudah cukup. Sebuah ironi? Iya ... tapi itulah sebuah pilihan ...
Dan, peran apakah yang sedang dikejar diriku? Peran manakah yang sedang diincar daku? Peran seperti apakah yang menjadi target panahanku? Masih sebuah perjalanan yang panjang ...
Kalo aku mau jadi peran apa ya???
ReplyDeleteiya sih
ReplyDeletesmuanya mau jd peran yg silau
peran utama
yg membanggakan
namanya juga hidup cuma sekali :)
Hen, peran menjadi antagonis pun merupakan bagian dari sebuah sandiwara. Koruptor juga bagian dari sebuah panggung bukan? Bukan berarti aku setuju dengan tindakan2 kriminal. Tapi paggung sandiwara yg bernama hidup juga tidak sesederhana hitam dan putih.
ReplyDeleteRumit dan berwarna.
masihkah Putri Salju dan Cinderela menjadi sebuah cerita yg menarik tanpa ibu tiri yang jahat?
Atau Kerudung Merah tanpa tuan Srigala? Atau Timun Mas tanpa Buto Ijo?
Setiap insan dapat satu peranan yang harus ia mainkan..
Setiap orang punya prioritas dan ambisi yang berbeda.
Aku ingin dunia menjadi lebih baik. Semua orang hidup dengan tenang dan bahagia.
Tapi mungkin kah? Apakah nilai kebahagiaan menurut aku sama dengan nilai kebahagiaan menurut kamu atau menurut dia?
Apakah nilai kepuasan kita sama? Seimbang? Apakah prioritas yang kita miliki sama?
Tidak sederhana, kan?
Aku hanya tau peranku saat ini, hari ini...
Peranku adalah menjadi aku.
Dan tanggung jawabku adalah pada si Pemberi Hidup.
Biarlah aku memainkan peranku sebaik-baiknya.
'met hari Senin, Hen :)
sering berkhayal seandainya gue menjadi si ini, atau menjadi si itu, atau mendapat keberuntungan seperti si anu, tapi lepas dari semua itu, nggak mungkin terus hidup di dunia khayal sementara peran yang dibebankan di bahu gue, gue biarkan terbengkalai.
ReplyDeletejadi, diantara mimpi itu, gue selalu berusaha menjalankan peran sebagai seorang ester di panggung sandiwara kehidupan ini.
yang penting berusaha sebaik-baiknya, kalo sutradara (Yang Diatas) menentukan lain, yah tak ikut aja, daku kan cuma pemain, hehehee....
Hayokkkk peran apa Hen? *lho kok malah tanya* Abis Hendri gak jawab seh. Menggantung gitu. :p~
ReplyDeleteoooo...yang penting ebrperan jadi diri sendiri, selanjutnya terserah penonton getoooo... take it or leave it... getooo!!
ReplyDeleteom p2 perannya apa donk... sudah ada dua request neh =P
ReplyDeleteZilko: Iya neh, peranmu apa? Udah ketemu belon, atau masih mencari-cari? Kalo ketemu jgn lupa kabarin aku yah hehehe
ReplyDeleteMee: Gitu yah. Jadi mumpung hidup cuma sekali, manfaatkanlah semaksimal mungkin, meskipun sampai menghalalkan segala cara :))
Since: Wahhh ... komen yang menarik sekali. Bener juga, kalau tidak ada peran antagonis, maka drama kehidupan tersebut pasti terasa hambar tanpa ekpresi apa-apa. Trus gimana dong??? Kasihan mereka yang 'kebagian' peran jahat tersebut. Setuju juga dengan pernyatanmu: biarkanlah kita semua memainkan peran kita sebaik-baiknya :) Met senin juga ...
Ester: Jadi, intinya semuanya tergantung sang Maha Sutradara yah :) *sttt ... ada yang ultah yah*
Dewi: Iya neh, peranku apa yah??? *mengernyitkan kening bertanya-tanya* Ntar kalo ketemu aku beritahu deh :)
Yen: Ooo ... so be ur self gitu loh. *Kalau penonton bola akan berseru: gollllllll*
Violet: Bingung juga daku menjawabnya. Habis mau berperan ini, mau peran itu, peran gono, peran gini ... alhasil bingung dewe hehehe ...
Lucy: Ok deh. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. So ... live with fullest today, and let Someone take our tomorrow ... agreee?
Hen, kamu sebagai sutradaranya aja binggung tentang lakon ini... gimana sisca yg cuma duduk penonton????
ReplyDeleteKita semua adalah penonton ulung, mampu memberi kritik, tuntutan atau mengumpat, dan mengeksekusi bahwa peran yg dimainkan orang lain tidak sesuai dengan lakon diharapkan.
Tidakkah kita sadar, semua orang meskipun tidak pernah mengaku, selalu melakukan yg terbaik untuk dirinya???
Pasti setiap insan akan bersedih,apabila tdk mendapat peran yg adil dalam hidupnya. Dan inilah panggung dunia...buruk baik, kita semua adalah pemainnya.
perjalanan panjang kalo kehabisan bensin bisa bahaya ... gimana bahayanya?
ReplyDeleteYa kayak sandiwara itu tadi ... si aktor memilih meninggalkan perannya ..berpisah dengan panggung sandiwaranya.
Bunuh diri gitu loh! (katanya camus)
--kok gw ngomongin si camus mulu ya dimana-mana?---
pemeran yang baik tidak hanya berharap mendapat piala,tapi apa yang diperankan diterima oleh penonton :D
ReplyDeleteBukan mau komen posting aku mau protes sama lagu di blog kamu. Kok kamu tega sekali memasang lagu itu...
ReplyDeleteSengaja ya...
Bukan mau komen posting aku mau protes sama lagu di blog kamu. Kok kamu tega sekali memasang lagu itu...
ReplyDeleteSengaja ya...
Sephia
hen, kalo targetnya jauh...perjalanan panjang, jangan pake jalan kaki, ntar ga nyampe2, pake pswt aja deh, tapi nggak tanggung lho kalo nyemplung laut ya :)
ReplyDeletenumpang jadi figuran aja di panggung.
ReplyDeleteSisca: Hahaha ... kata siapakah aku sutradaranya? Bukankah kita semua adalah aktor dan aktris di dalamnya?
ReplyDeleteBtw, setuju denganmu ttng karakter penonton. Bukankah kita selalu merasa yang terhebat sebagai penonton? *seraya membayangkan marah2 saat pemain tidak bisa nge-gol-in bila padahal udah di depan gawang hahahaha*
Johan: Wahhh ... semoga jgn deh. Makanya buruan ketemu perannya :) Camus? Apaan tuh?
Meli: Oh gitu yah ... btw, aku dulu pernah baca kamu ditawarin jadi reality show. Gimana kelanjutannya?
Sephia: Ada apa dengan lagu itu? mengingatkanmu akan keberadaan diriku yang jauh darimukah? eheheheh
Fanvin: Hahaha ... aku naek sepeda deh kalo gitu. *tapi tetap aja ngak nyampe2 yah* Terus, harus gimana dong ...
Tenfams: Jadi figuran? Jangan dong ...
Very cool design! Useful information. Go on! business card cd wholesale Bullhead jackets Using proactiv when pregnant Business cards los why business cards ideas for business cards Cheap propecia free shipping http://www.teenage-models.info/Milf-barbi.html eczema information high dose seroquel download hot game program to make business card Cable internet service provider arizona Find in a library mcse guide Cleo slots http://www.toyota-7.info/infant_shopping_cart_seat_cover_pattern.html
ReplyDelete