Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe

Mau Lancar Menulis? Coba yang Satu Ini ...

Salah satu anjuran yang bisa diberikan kepada teman-teman yang mau memperlancar menulis, menuangkan ide di kepala menjadi tulisan, membangun kebiasaan menulis adalah menulis tanpa berhenti selama 20 menit. maksud anjuran ini adalah kita sengaja menyiapkan waktu sevcara khusus selama 20 menit untuk menulis. apa saja yang ada dikepala dituangkan saja. misalnya pengalaman pagi waktu berangkat kerja, cerita kemarin gak bisa tidur, curhat ynang tidak terungkapkan, dan lain-lain. pokoknya apa yang ada dikepala dikeluarkan saja. Anuran ini juga mengatakan selama kita menulis selama 20 menit, jangan kuatir akan salah ketik, logika yang berantakan, tidak boleh tergoda menghapus atau menekan back space kalau kita merasa ketikan kita salah. apalgi stop menulis dan membaca ulang apa yang kita tuliskan, kemudian mengeditnya. itu melanggar ajnjuran ini. secara ekstrim kita sering ngomong menulis model ini yang paling efektif adalah menutup layar monitor, dan menulis. apapun yang inig

500 Game : Dinamika Kelompok, Aktivitas Luar dan Dalam Ruang untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid

Secara natur (alamiah), manusia adalah mahluk bermain. Begitulah diungkapkan Johan Huizinga dalam bukunya yang berjudul "Homo Ludens" atau "Man the Player" di tahun 1938. Menurutnya, bermain adalah penting dan perlu bagi peradaban manusia. Untuk membuktikan teorinya, Johan Huizinga mengajak kita melihat pada anak-anak. Sepanjang hari, dari mata mulai melek (terbuka) saat bangun tidur sampai mata terpejam saat tidur, kegiatan dominan yang dilakukan oleh anak-anak adalah bermain. Pada saat hendak atau sedang mandi, mereka menyisipkan kegiatan bermain. Demikian pula saat berpakaian, ada selingan bermain. Saat makan? Ya sambil bermain. Hingga saat ‘pup’ pun sering kali diselingi dengan aktivitas bermain. Sayangnya natur ini secara perlahan namun pasti, kian terkikis seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Jadi, tidak heran bila kita jarang melihat orang dewasa bermain layaknya anak-anak. Beberapa hal yang sering kali diungkapkan sebagai alasan: - orang dewasa

Dengarkan Aku Dong ...

'Jalal itu baik atau jahat?' 'Wuiihhh ... kamu gak tahu ya. Awalnya Jalal itu bla bla bla bla bla blaaa ... Kemudian dia kan ketemu bla bla bla bla bla .... Nah, sekarang dia jadi bla bla bla bla bla ...' Itu respon yang aku dapatkan saat iseng bertanya kepada istriku waktu dia asyik menonton salah satu seri India yang lagi hits: Jorda Akbar. Karena remote dikuasai sepenuhnya sama istri, jadi aku hadir saja di ruang nonton sambil bermain sama anak atau melakukan aktivitas lain. Sebenarnya aku bosan dan gak peduli. Tetapi karena penasaran dengan keseruan dan kesetiaan istri dengan tontonan tersebut, isenglah aku bertanya. Dan tahu hasilnya? Selama hampir 15 menit aku diceramahi sama istri, dari awal episode sampai episode yang lagi tayang. Seru benar dia menceritakannya. Sebagai suami yang baik tentulah aku tidak mau mengecewakannya. Aku pun memasang telinga saya, dan mendengar. * * * Mendengar? Yup. Sebuah kegiatan yang tiap saat kita lakukan waktu terbangun. Sebagian o

Menulis Itu Gampang

Satu pertanyaan sederhana. Kalau saya meminta teman-teman untuk memberikan skor 1-10, di mana angka 1 sangat buruk dan 10 sangat bagus, berapakah skor teman-teman ketika diminta untuk menulis? Hmm ... mungkin ada yang memberi angka 3. Ada juga yang menilai dirinya 5. Dan pastinya ada juga yang menjawab 8 ke atas. Tidak masalah berapa skor yang teman-teman berikan. Yang menjadi soal adalah kenapa skor itu muncul. Ketika pertanyaan di atas diajukan, pasti di pikiran teman-teman muncul sejumlah definisi mengenai menulis. Definisi itu kemudian diolah dengan membandingkan definisi tersebut dengan keterampilan dan sejumlah pengalaman yang dimiliki mengenai menulis. Dan dari olahan tersebut muncullah sebuah skor. Begitu bukan? Jadi hampir bisa dipastikan kalau definisi yang kita ambil rumit maka skor yang muncul akan rendah rendah. Tetapi kalau definisi yang muncul sederhana, pastilah skor tinggi yang akan muncul. Kalau begitu, apakah definisi dari menulis itu? Saya coba googling dengan memas

Kalah Sama Anak Kecil? NO WAY!

Cerita 1: Kejadian ini terjadi saat saya berusia 17 tahun, waktu saya masih SMA. Ayah saya adalah tipe orangtua yang sangat keras dalam hal disiplin. Akibatnya saya hidup dalam aturan yang sangat ketat. Salah satu aturan yang berlaku dan harus diikuti adalah setiap kali sekolah bubar, saya harus langsung pulang, tidak boleh mampir kemana-mana. Bisa bayangkan betapa tidak meyenangkan hidup dalam aturan seperti itu. Jadi saya rada cemburu degan teman-teman saya yang punya keleluasaan untuk bersenang-senang. Suatu hari, selesai sekolah saya digoda teman-teman saya untuk jalan-jalan ke pantai. Karena penasaran dan gerah diolok-olok sama teman --selama ini diajak gak pernah mau, tepatnya berani--, saya pun mengiyakan. Dan akibatnya bisa ditebak. Sesampai saya di rumah, saya sudah ditunggu ayah saya, dan saya dimarahi habis-habisan. Entah kenapa saat itu saya punya keberanian membantah. Saya pun bertanya, apa yang harus saya lakukan supaya saya bisa menikmati masa remaja saya seperti teman-t

Tolong ... Emosi saya Dibajak!

Kisah ini terjadi waktu saya masih usia SD. Saya punya seorang adik yang nakal sekali. Nakalnya terutama dalam hal mainan, soalnya setiap kali saya punya mainan baru, pasti dia rusakin. Sebagai seorang kakak, saya yang sering diminta untuk mengalah, meskipun dalam hati tidak rela. Suatu hari, sepulang dari pasar malam, saya dibelikan mainan berupa kapal-kapalan oleh ayah saya. Sebagai anak kecil, tentunya saya senang sekali. Karena hari sudah malam, jadi saya baru bisa memainkan kapal-kapalan tersebut keesokan harinya. Pagi-pagi saat saya terbangun, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari mainan baru saya. Namun saya tetap tidak bisa memainkannya karena saya harus berangkat sekolah. Sebelum berangkat, saya wanti-wanti adik saya untuk tidak menyentuh sama sekali mainan baru saya. Sepanjang hari selama di sekolah, saya tidak bisa konsen karena membayangkan betapa menyenangkan dan gembiranya saya bermain dengan mainan baru saya. Wajar saja ya kalau mengingat bagaimana perasaan

F-A-B

Ada dua penjual. Mereka kerja di tempat yang sama, menjual produk yang sama, kerja di shift sama. Anehnya penjual pertama sangat sulit untuk melakukan penjualan, sedangkan yang satunya begitu mudah. Apa yang membuat kedua penjual tersebut berbeda dari sisi hasil jualan? Dulu orang bisa menjual banyak dengan memberikan banyak bonus, seperti payung, gelas, piring, dan lain-lain. Sekarang sudah tidak bisa lagi. Variasi produk yang semakin beragam ditambah menjamurnya penjual membuat orang sales harus berpikir ekstra untuk mampu menjual produknya. Kita sebut saja ponsel. Waktu awal-awal muncul, kita akan familiar dengan satu merek saja. Tipe dan fiturnya juga berkembang dengan lambat. Jumlah pemain memang lebih dari satu, tetapi masih bisa dihitung dengan jari. Saat ini? Pemain industri ponsel sudah banyak. Begitu juga fiturnya. Dalam hitungan minggu kita bisa mendapatkan bahwa model baru sudah keluar. Dengan kata lain variasi produk sudah begitu banyak dan ini sa

Ikan Sapu-Sapu

Salah satu hobiku adalah memelihara ikan. Dari waktu kecil doyan ikan cupang dan ikan ‘amerika’ (mui ket ng) –dipanggil demikian karena ekornya warna warni–, sampai dewasa tetap aja terhipnotis dengan keindahan ikan. Tidak heran, salah satu tempat favorit yang bisa membuat aku betah adalah toko atau tempat menjual ikan, terutama ikan hias. Bahkan pedagang keliling yg sering ditemui di pasar, yang menjual ikan dalam plastik-plastik, pasti aku samperin, sekadar melihat ikan apa yang dijual di sana. Sejak kecil aku sudah punya piaraan. Waktu SD, ikan cupang adalah koleksiku. Salah satu makanan cupang adalah jentik-jentik. Dan jentik-jentik mudah didapatkan di kali atau got yang kotor dan bau. Semakin kotor, peluang mendapatkan makanan cupang semakin besar. Jadi, karena saking sayang sama ikanku, mungkin tiap hari aku sisihkan waktu untuk keliling telusuri got demi got untuk memenuhi kebutuhan jasmani ikan cupangku. Beranjak SMP, aku