Skip to main content

Don't Judge a Book by It's Cover [Count Down at 5]

Case-1:
Tugas utamaku adalah mengantar jemput bos kemanapun dia pergi. Karena itulah aku sering mengendarai mobil mewah milik bos, kadang berdua dengan bos namun tidak jarang sendirian. Kejadian seperti ini sudah sangat sering, yaitu tatkala aku disuruh untuk menjemput bos dari sebuah pertemuan di sebuah hotel bintang lima di Jakarta.

Seperti biasa, meluncurlah aku dengan segera ke sana. Memasuki gerbang hotel, selalu aku mendapati pemandangan yang luar biasa. Mata kepalaku sendiri melihat bagaimana para satpam dan petugas parkir berebutan menarik perhatianku. Ada-ada saja ulah mereka, dari sekedar memberikan hormat, beramah-tamah, bahkan banyak yang berlomba-lomba menyapaku dengan panggilan agung: BOS. Dalam hati aku hanya bisa tersenyum geli saja. Belum tahu mereka bahwa mobil ini bukan punyaku.

Namun kejadian seperti ini sering juga terjadi. Entah alasan tertentu, secara mendadak aku disuruh untuk mengantarkan sesuatu ke bos. Lokasinya juga di hotel. Untuk mengejar waktu, aku pun naik motor bututku, karena lebih fleksibel, cepat, dan bisa menyiasati kemacetan. Di sini sebuah pemandangan yang sangat ironi aku dapatkan. Memasuki gerbang hotel, jangan pernah berharap akan mendapatkan perlakuan istimewa yang sama sewaktu naik mobil. Jangankan disapa, dilirik pun tidak. Bahkan aku sering diminta putar lewat pintu belakang untuk parkir.

Case-2:
Aku adalah seorang wanita biasa, hidup di lingkungan sederhana, dan tentunya penampilanku standar-standar saja. Layaknya impian dan harapan teman-teman sebayaku, aku juga mempunyai asa yang sama untuk sekali-kali menikmati kemewahan dan indahnya diperlakukan istimewa.

Mimpiku sepertinya terjawab kala suatu hari seorang pria mengajakku untuk menemaninya makan malam di sebuah restoran eksklusif seraya ketemu klien bisnisnya. Wah ... ajakan tersebut langsung aku sambut dengan antusias. Akalku mengatakan, selangkah lagi impianku akan tercapai. Namun ada satu kendala, aku tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai. Aku pun menceritakannya kepada pria tersebut, dan untungnya dia mengerti kondisiku. Atas kebaikan hatinya dia pun memberikan sejumlah uang kepadaku untuk berbelanja.

Butik X adalah tempat yang sudah lama aku incar untuk berbelanja di sana. Selama ini aku hanya bisa melihatnya saja dari luar. Yah ... aku mengerti kondisiku. Namun hari ini aku punya uang, jadi bukankah ini sebuah kesempatan istimewa bagiku untuk mampir dan berbelanja di sana?

Dengan penuh rasa percaya diri aku menginjakkan kakiku ke sana. Dan .. segera mataku takjub dan terpikat melihat gaun-gaun indah yang terpampang di sana. Mulailah aku melihat-lihat. Namun tidak sampai 5 menit aku tenggelam dalam keasyikkanku, seorang pramuniaga dengan pandangan aneh dan curiga mendekati.

Aku berpikir dia datang untuk membantuku mencarikan gaun spesial untuk malam itu, maka aku pun bertanya: maaf, yang ini berapa harganya.
Tapi ... tahu jawaban apa yang aku dapat? Ini harganya mahal ... sangat mahal.

Aku menjawab: mahalnya itu seberapa?
Dijawabnya kembali: pokoknya mahal sekali.

Tertegun aku mendengarnya. Tapi aku tidak diam begitu saja. Aku pun berkata: mungkin benar harganya mahal, tapi aku punya uang untuk membelinya.

Dan sebuah pernyataan yang menyinggung perasaanku membuat aku tidak tahan untuk keluar: Maaf, butik kami tidak cocok untuk orang seperti Anda. Ini butik eksklusif, ternama, dan hanya layak dikunjungi oleh golongan tertentu. Silakan keluar sebelum kehadiran Anda menganggu kenyamanan tamu kami yang lain.

Saat aku pulang dengan simbahan air mata dan menceritakan semuanya kepada pria yang mengajakku dinner, diapun marah dan tersinggung. Beruntung dia mempunyai kolega, dan dia merekomendasikan diriku untuk ke sana. Ibarat panas setahun yang terhapus oleh hujan sehari, demikianlah perasaanku ketika sampai ke sana. Aku diperlakukan dengan baik, penampilanku diubah, dan dalam sekejap aku bertransformasi dari wanita biasa menjadi wanita berkelas.

Ketika aku melewati butik tempat aku ditolak, timbul rasa isengku untuk melihat reaksi mereka. Aku pun masuk, dan ... ajaib sekali. Dengan segera mereka mendatangiku, menyapa dengan ramah, memberi hormat, dan dengan segala kata-kata manis berusaha untuk menahanku supaya berbelanja di sana. Namun karena rasa sakit hatiku masih ada, aku pun bertanya: apakah Anda masih ingat aku?

Mereka menggeleng. Dan dengan penuh kemenangan aku menjawab: akulah wanita biasa yang kalian tolak kemarin.

Dengan lega, akupun keluar ... meninggalkan mereka hanya bisa melonggo tak bersuara.

Case-3:
Aku hanyalah seorang pria kebanyakan. Kesukaanku adalah berpenampilan sederhana. Kalau jalan-jalan ke mal, seringnya pakai kaos, kadang berkerah kadang tidak dan dipadu celana casual dengan alas kaki sandal biasa. Apakah karena aku tidak sanggup berpenampilan eksklusif? Bukan, aku bisa saja. Namun semuanya itu sengaja aku aku lakukan hanya karena satu alasan saja: agar aku bisa jalan-jalan dan belanja dengan nyamanan.

Aku sering geli melihat sebagian orang yang tampilannya super luks: rambut tertata licin entah menghabiskan berapa gram foam atau minyak rambut, memakai kemeja yang kancingnya dibuka satu, di lehernya terpampang seuntai kalung sebesar rantai, serta bersepatu mengkilap. Pokoknya khas profesional muda yang berhasil. Kegelianku bertambah saat melihat mereka harus menolak tawaran-tawaran dari pramuniaga yang berseliweran di mal. Dari tawaran kartu kredit, kursi yang katanya bisa pijat sendiri, brosur pameran, alat penghemat listrik, dan beraneka promosi lainnya.

Bandingkan diriku yang berpenampilan seadanya, sangat jarang aku disodorin barang-barang semacam itu. Namun aku tidak merasa rendah diri, tidak pernah merasa dicuekin, malah aku menikmatinya karena aku bisa dengan bebas berlenggang ria semauku.

Pernah suatu hari, karena mendesak banget aku harus mampir ke supermarket di sebuah mal. Waktu itu aku baru dari sebuah acara formal, sehingga penampilanku boleh dikatakan agak berkelas. Karena berpikir efisiensi waktu, aku pun langsung meluncur ke sana. Dan ... aku benar-benar merasa gerah dengan mereka-mereka yang mengeroyokku. Bukannya aku meremehkan mereka, bahkan kadang aku salut dengan perjuangan mereka untuk merintis karir. Tapi karena waktuku tidak banyak, ditambah rasa capek karena seharian beraktivitas, maka kehadiran mereka aku rasakan sebagai gangguan atas kenyamananku berbelanja.

Dan aku bertanya-tanya, kenapa di tempat yang sama sewaktu aku berpenampilan biasa aku tidak pernah diserbu, sedangkan saat aku berpenampilan sedikit wah langsung dikeroyok? Hmm ... akal sehatku semakin memahami, bahwa penampilan sudah menjadi tolak ukur bagi sebagian orang untuk melihat status seseorang.

* * *

Don't Judge a Book by It's Cover. Begitulah case pertama yang aku dapatkan sewaktu perjalanan 2 hari kemarin ke puncak. Sopir kantor menceritakannya sampai detail begitu kala aku menanyakan suka-duka menjadi seorang sopir. "Wah ... ternyata begitu yah, perlakuan yang berbeda-beda terhadap orang. Naik mobil mewah dipanggil Bos, sedangkan naik motor butut, tidak dianggap sama sekali," katanya dengan polos.

Aku hanya bisa berkomentar pendek: beginilah dunia ini melihat sekelilingnya. Namun berbagai pertanyaan berputar di pikiranku yang membuatku tidak habis pikir: sedemikian jauhkah orang melihat atribut sebagai sebuah status? Kenapa penampilan luar kadang dijadikan sebagai kiblat akan keberadaan dan bentuk perlakuan terhadap seseorang? Benarkah seseorang dengan penampilan necis selalu dipandang dibandingkan dengan orang yang penampilannya biasa-biasa saja?

Don't Judge a Book by It's Cover. Kala tenggelam dalam perenunganku, entah dari mana selembar adegan dalam film Pretty Woman dengan Julia Roberts dan Richard Gere hadir begitu saja. Aku mencoba menarasi ulang agedan tersebut berdasarkan imajinasiku menjadi case-2, yang ingin menyampaikan bahwa sudah separah itulah sekeliling melihat kita dalam sebungkus penampilan. Dan aku memang geram waktu melihat mata-mata yang langsung jelalatan kala mendapati seseorang dengan penampilan metereng, tetapi tatapan sinis diarahkan kepada seseorang yang berpenampilan sederhana. Namun aku tidak kuasa untuk menahan dan mengubahnya. Yang bisa aku lakukan hanyalah diam seribu bahasa.

Don't Judge a Book by It's Cover. Itulah pengalaman pribadiku dalam case-3. Dan aku tidak tahu harus bertanya kepada siapa lagi, dan mengapa semua itu terjadi. Yang dapat aku lakukan hanyalah mengelus dada, dan berharap semoga suatu hari kelak semuanya itu berlalu seiring berhembusnya angin malam. Aku tidak mungkin bertanya lagi pada alam, soalnya konon dia udah pindah hehehe ... dan biarlah lirik Ebiet G. Ade dalam lagunya Berita Kepada Kawan menginspirasi diriku untuk bertanya juga kepada rumput yang bergoyang.

Tapi dari kesemuanya, tidak fair aku memukul rata bahwa semua orang bersikap seperti itu. Aku masih percaya tindakan seperti itu hanyalah tindakan segelintir orang saja. Banyak dari mereka-mereka yang masih jernih mata hatinya, dan mereka benar-benar tulus dalam berperilaku. Dan aku yakin mereka juga mengenal ini: tidak pernah menghakimi seseorang berdasarkan bungkusnya saja ...

Comments

  1. case-2,
    ceritanya ampir sama dengan jalur cerita PRETTY WOMEN ..kakakakak

    ReplyDelete
  2. Sialan, sempet salah kira sejak kapan si Hendri nyopir wakaka

    Udah sangat wajar, orang asing menilai kita dari atribut kita, kalo enggak butik gak laku donk dagangannya hehehe.

    But, please judge me *as a book* by my cover, karena gw suka tampil casual *atau lebih tepatnya gembel wakaka*; dan ternyata orangnya emang gembel abis wakaka

    Hmmm sebagai pekerja retail, aku justru males kalo ngeladenin yang "menengah ke atas", soalnya biasanya fussy *cerewet* banget, udah gitu minta diserved kayak kita ini babu pribadinya aja wakaka.

    Mendingan yang kalangan bawah, biasanya nanyanya polos dan kalo kepepet only hehehe

    ReplyDelete
  3. Anonymous8:11 AM

    hehehe...gak usah heran Hen, inilah dunia yg kita tinggali. Gw sih cuek aja orang mo nilai gw gmana. Yg penting i enjoy myself. Hidup gembell!!

    ReplyDelete
  4. Prinsip hidup gw : NO MONEY NO PUSING. NOBODY WANTS ME, EMANG GW PIKIRIN, NOBODY LIKES ME, YA SUTRA, SIMPLICITY IS THE BEST .... huhhhhhhh, dah kebal di gituin Hen.Yang penting gw 4 sehat 5 sempurna. *TOAST*!!!

    ReplyDelete
  5. yeee si melong bolot. barusan aku mau bilang hwhahaha...soale barusan minggu lalu nonton pretty woman

    kalo aku mah dulu judge cover dulu kalo ketemu cowok. ternyata gak asyik, eeeehhh yg covernya rusak yg asyik kakkakakkak...

    ReplyDelete
  6. Anonymous9:44 AM

    hihi... kalo jalan ke mal, gw paling males tuh keren2, ga pernah dandan pula, pake baju seadanya... emang gw pikirin pandangan org??? Yg penting anak gw seneng aja udah cukup. Hidup para Mommies!!

    ReplyDelete
  7. Meli: Yeee .. bukankah emang aku cerita case-2 diadopsi dari Pretty Woman :))

    Hide: Hahahaha ... emangnya kalo aku nyopir kenapa Bro? Gitu yah pengalamanmu? Padahal apakah mereka benar2 golongan menengah ke atas?

    Dewi: Otreeee ... seperti iklan: enjoy aja :))

    Yen: *toast juga* ... so, be ur self aja yah ...

    Dian: *ini juga sekompatriot dengan meli* Bagaimana om dapid? Apakah covernya juga rusak hahahaha

    Imelda: Bravo para mommies. EGP aja lagi yah :)

    ReplyDelete
  8. Anonymous11:27 AM

    wah ternyata udah keduluan Meli and dian,gue juga baru mau bilang kalo mirip film Preety woman... hik hik..

    tadi sempat ketipu.. sama case pertama hehehe... sejak kapan si hen jadi sopir bos yah hehehe ???

    Tapi emang begitulah adanya... kebanyakan orang menilai seseorang itu dari kulit nya... Kalo orang ngeliat Kulit Durian yang jelek and berduri2 Tapi kalo udah tau isi yang ada di dalamnya itu uenakk banget... pasti ketagihan huehehehe ada hubungan nya gak hen ???

    ReplyDelete
  9. sempet ketipu juga soal jd supir

    hehehehe..
    yah, skrg dimana2 smua org pertama kali liat penampilan ko
    kalo penampilannya bagus, brati banyak duit

    bisa ditawarin pengaplyan kartu kredit, dll

    ReplyDelete
  10. Hen, curang!!! aku br aja mau nebak pasti Pretty woman, eh ditulis akhirnya.. huuhh!!! harusnya jangan hen, trs akkhirnya disipin polling kira2 adegan tsb ada di film apa? hehehehe

    Yah, dijaman kapitalis dan konsumtif sekarang ini, memang pilihan yang gampang sekali melihat org dari penampilan, ga mungkin kan saat kita mau nyodorin produk tsb kita hrs riset hal2 tertentu mengenai dia? kecuali buat sales kartu kredit sih is a must kale..

    biar ajalah mereka seperti itu, asal kita tidak

    ReplyDelete
  11. hen..aku sempat tertipu jg nih..gua pikir emang kamu jadi supir boss :D..benar2 meyakinkan ceritanya nih.. btw nice topics utk direnungkan

    ReplyDelete
  12. Ir: Hehehehe ... udah korban ke berapa neh yang ketipu :) Hubungannya dengan duren? Ada aja ... tinggal pintar2 mengambil maknanya saja :)) *bingung dia pasti*

    Mee: Hahaha ... satu korban lagi :) So ... banyak tahan nafaslah menghadapi yang satu ini. Setuju?

    Lucy: Kenapa? Korban selanjutnya? hihihi ... Kalo ngomong jeleknya Republik ini kok banyak yah hahaha ... jadi ndak PD neh dengan bangsa ini :(

    Wina: Hahaha ... bagusnya gitu toh *rupanya semua sudah pernah nonton film pretty woman, good good good* :) Bener juga sih ... tapi kok penampilan gitu loh *masih ndak habis pikir*

    Bev: Aku tahu dirimu kok :) Dan aku sangat setuju dengan statemenmu: yang tampak di luar belum tentu gambaran hakiki dalam hatinya ... thanks sista ...

    Fanvin: Hehehe ... berarti korban kesekian :) Thanks yah .. selamat merenung ... dan hasil perenungannya dishare yah ...

    ReplyDelete
  13. ibarat buah duren, biar bau-kulit luarnya berduri tapi isinya manis. banyak yg demen.
    *lagi ngidam duren, makanya nyambung gak nyambung soal postingan yg penting nyebut duren*

    ReplyDelete
  14. Mantap banged postingan ini!!!

    BEner Hen, gua dulu juga suka dikata2in sama pegawai bokap gua... and since they knoe gua anak bokap, they didnt just judge me from the cover kan

    gini... dulu kan aku suka disuruh bokap poto2 kayu mulu didaerah gergajian yg kotor and banyak serbuk kayu, kayu2 tergeletak dimana2... kalo daku moto tuh suka yg berdiri ditengah2 dua balok kayu gitu

    so gua mulai deh berkaos and jeans ria dengan sepatu kets tiap hari kekantor, eh gua dikata2in ama org sepabrik, baek dari yg staff kantor sampe staff produksi. katanya gua ga lepel jadi anak bokap... make baju gaya pegawai tanggal tua

    anjretttt... pada mao gua tiap hari ber hak tinggi ria and pada pengen ngeliatin gua jatuh saat ngeluarin jurus moto sambil beralaskan spatu 10cm kali yah hihihi

    ReplyDelete
  15. Waaa... . Nyaris aja terjebak, kirain sopir beneran (dah curiga sih sebenernya, he3... :D)

    Emang sih skarang kebanyakan pada nge-judge dari penampilan, tapi ya mau gimana lagi, itu kan yang paling gampang untuk dilihat, kalo dipikir juga 'mana sempet' sih orang nanya / kenalan dulu untuk nge-judge seseorang, apalagi utk hal 'instan' misalnya di toko ato dimana gitu, he3... :D

    ReplyDelete
  16. Hen, dimanapun, kasus seperti itu lumrah terjadi..yg berkelas mendapat lebih byk sorotan.

    Untunglah di tempat sy berada skr, hal itu di larang keras, krn perbedaan antara yg sederhana dan yg kaya juga tidak begitu kentara, kecuali orang tesebut memang sangat kaya.

    Membaca topik ini, saya seperti melihat cermin keseharianku disini, bahwa ketulusan kami dalam memperlakukan setiap orang membuat tempat ini semakin ramai di kunjungi.

    Nice posting :)

    ReplyDelete
  17. but umumnya manusia gitu hend :P,he he he.




    * dont yu dare to judge me*

    ReplyDelete
  18. Tenfams: Hmmm ... lagi ngidam duren. Apakah itu tandanya si Noni akan dapat .... *lengkapi sendiri*

    Violet: Kam sia yah :) Mungkin mereka pada pengen lihat anak boz yang tampil cantik kali, atau sekalian mau cuci mata hahahaha

    Zilko: Hehehe ... untunglah engkau tidak jadi korban ke sekian :)) Emang benar sih kayak gitu, tapi apakah harus selalu begitu? *bingung asli*

    Sisca: Berbahagialah dikau tinggal di lingkungan seperti itu. Kapankah Republik ini bisa ditransform seperti itu? Nice share juga Sis ... Selamat berjuang yah ...

    Miss Unperfect: Yah ... meminjam istilah Serious: Rocker juga manusia yah hahahaha *apa hubungannya*

    ReplyDelete
  19. kamu masuk kategori mana nih Hen ?? hi hi hi
    hmm ato pengalaman pribadi yah :D

    ReplyDelete
  20. Tata: hahahaha ... begitulah kira-kira :)

    ReplyDelete
  21. Anonymous6:13 PM

    yang lebih repot sebenarnya kalo yg terjadi sebaliknya ......

    orang yg sebenarnya nggak mampu-mampu amat tapi bersikap konsumtif dan bergaya hidup mirip orang berduit ... biar dihormatin orang katanya ... padahal ngutang ... :)

    eh .. tapi jangan menilai orang dari komentarnya ya ... :)

    ReplyDelete
  22. Anonymous11:17 PM

    setujuuuu.

    ReplyDelete
  23. Johan: Iya ... mungkin gejala ini terjadi karena adanya budaya judge cover ini, makanya pada terseret hehehe ... Thanks yah Bro ...

    Tina: Otreeee ..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Private

Sejak blogger menyempurnakan versi betanya, dari sekian perbaikan dan fitur baru yang diperkenalkan, ada satu fitur baru yang belakangan marak dimanfaatkan oleh para blogger. Fitur tersebut adalah blog readers. Aku yakin teman-teman sudah tahu apa fungsi fitur yang terletak di menu permission ini. Yap ... Fungsinya adalah men-setting blog menjadi private sehingga tidak semua orang berhak dan boleh bersantai di sana, tetapi hanyalah orang-orang pilihan yang di-choose atau di-invite yang bisa masuk dan ngopi di sana. Jadi janganlah heran kalau saja suatu saat Anda meng-klik sebuah blog, yang keluar adalah tulisan "blogger: permission denied; this blog is open for invited readers only", yang artinya Anda tidak diundang dan tidak diperbolehkan untuk mengintip isi blog tersebut. Jangan merasa kecewa, karena pasti ada alasan tertentu mengapa seseorang men-setting blog mereka dari semula open menjadi private. Jangan juga merasa patah hati, karena di balik privatisasi tersebut selalu

Barang Baru

Kira-kira sebulan yang lalu, laptop saya mengalami masalah. Entah karena sudah tua, atau kebanyakan buka program, atau isinya udah penuh, mendadak laptop saya hang. Karena kurang sabar, langsung saja aku matiin dengan paksa. Ketika aku mulai menyalakannya lagi, berhasil ... Namun belum sempat aku klik tombol start, mendadak blue screen error muncul. Awalnya aku pikir itu error normal. Aku pun mematikannya lagi, kemudian restart. Windows menyarankanku memilih Safe Mode, aku pun mengikutinya. Namun, apa yang terjadi, tunggu punya tunggu, nanti detik demi detik, windows yang aku nantikan tidak muncul-muncul. Aku mulai panik ... karena secara pelan mulai terdengar suara berisik yang semakin lama semakin keras. Waduh ... fellingku berbicara kali ini harddisk-ku yang kena. Aku coba tenang, lalu mematikan laptop, dan menunggu sekitar 10 menit. Kembali aku coba nyalain ... dan benar, suara gemerisik harddisk membuatku patah arang ... terbayang sudah data-dataku yang bakalan lenyap [karena suda

Sedang ingin bercinta

Wuihhh ... serem abiz yah judulnya: sedang ingin bercinta ... hahaha. Eit ... jangan berpikir yang macam-macam dulu, meskipun benar Hendri sekarang sedang berpuasa panjang dari aktivitas yang namanya bercinta, bukan berarti ini sebuah proklamir atau deklarasi dari hati terdalam tentang keinginan yang terpendam selama waktu yang sangat panjang. BUKAN .... Semuanya berawal dari suatu malam saat aku tidak bisa tidur karena terlalu capek. Seperti biasa, sebagai pelarian dari ketidakbisatiduranku, remote TV selalu menjadi sasaranku. Setelah aku pencet sana pencet sini, sebuah klip musik dengan alunan lumayan keras menarik perhatianku. Aku perhatikan personil yang nyanyi, oh ... Dewa. Biasanya aku kalau dengar lagu Dewa, entah itu di radio maupun TV, dengan spontan aku langsung memindahkan salurannya karena emang aku kurang menyukai musiknya. Namun entah kenapa, lagu ini kok menyita banget perhatianku, dan tanganku sepertinya dihipnotis untuk tidak macam-macam alias hanya kaku saja tak kuasa