Cung Ciat [baca: Peh Cun] yang di Tiongkok disebut hari Duanwu jatuh pada setiap tanggal 5 bulan ke-5 Imlek. Bersama dengan festival musim semi atau tahun baru imlek dan festival tiongciu atau festival pertengahan musim rontok, merupakan tiga hari raya tradisional yang paling besar di Tiongkok.
Tentang asal usul Cung Ciat, penjelasannya bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa hari raya ini berasal dari kebiasaan rakyat merayakan Festival Xiazhi [Pada hari itu, siang hari di belahan utara bumi paling panjang dan malam paling pendek karena sinar matahari pada hari Xiazhi justru tepat di atas garis balik utara.] Tapi ada juga orang yang menganggap bahwa hari raya Cung Ciat berasal dari kebiasaan pemujaan totem rakyat yang bermukim di daerah aliran Sungai Yangtze.
Namun yang paling banyak adalah perayaan Cung Ciat adalah sebuah perayaan yang diadakan untuk memperingati Qu Yuan, seorang pujangga Tiongkok yang patriotik. Qu Yuan pernah menjadi pejabat tinggi Negara Chu pada zaman negara-negara berperang dari tahun 475 sampai 221 SM.
Pada zaman itu, Tiongkok terpecah belah menjadi 7 negara yang saling berperang. Berangsur-angsur, Negara Qin di bagian barat laut Tiongkok, kira-kira di Propinsi Shaanxi sekarang semakin kuat dan mengancam keamanan ke-6 negara yang lain. Qu Yuan yang patriotik mengusulkan kepada Raja Negara Chu, yang kira-kira terletak di Propinsi Hunan Tiongkok Selatan sekarang, agar bersekutu dengan Negara Qi dan bersama-sama melawan Negara Qin, namun gara-gara adu domba beberapa pejabat lain yang memihak Negara Qin, Qu Yuan dipecat dari jabatannya oleh Raja Negara Chu dan hidup dalam pembuangan.
Pada tahun 278 SM, Negara Chu ditaklukkan oleh Negara Qin. Pada tanggal 5 bulan ke-5 Imlek tahun itu, Qu Yuan bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Mi Luo. Konon setelah Qu Yuan bunuh diri, penduduk setempat berdatangan ke sungai itu untuk mencari jenazahnya seraya membuang Cung [baca: bacang] ke sungai itu agar ikan di sungai itu tidak menggerogoti jenazahnya. Lama-kelamaan kegiatan itu menjadi suatu tradisi dan setiap tanggal 5 bulan ke-5 Imlek penduduk setempat pasti mengadakan lomba dayung untuk memperingati Qu Yuan. Kegiatan ini sekarang juga diikuti oleh para peserta dari negara-negara lain. Pada hari Cung Ciat pasti disajikan Cung.
Selain Cung, pada Cung Ciat disajikan pula telur bebek asin dan arak. Kedua makanan itu dianggap rakyat berperan sebagai penangkal malapetaka.
Selain makanan, pada Cung Ciat rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan untuk mendekorasi rumahnya secara khusus. Misalnya setiap rumah akan memasang rumput Aicao dan rumput Caopu, dua tumbuhan obat yang dipercaya bisa berfungsi menangkal malapetaka, dan juga dapat menghalau gangguan nyamuk dan serangga berbisa lainnya yang banyak muncul pada awal musim panas ketika sering turun hujan. Selain itu, pada Cung Ciat orangtua akan membuat bungkus bumbu harum yang berbentuk harimau, labu kendi dan sebagainya untuk diberikan kepada anak-anak, dengan harapan anaknya dapat hidup tenteram dan bahagia.
Lomba perahu naga adalah salah satu kebiasaan penting pada Cung Ciat di daerah sebelah selatan Sungai Yangtze. Konon kebiasaan itu juga berkatian dengan Qu Yuan. Menurut cerita, setelah Qu Yuan terjun ke dalam Sungai Miluo, rakyat setempat dengan mendayung perahu berusaha menolongnya. Lama-kelamaan mendayung perahu menjadi adat istiadat pada Cung Ciat.
* * *
Waktu kecil aku senang kalo ada Cung Ciat. Senangnya yah itu, karena di rumah selalu tersedia yang namanya Cung. Tidak seperti di Jakarta yang setiap hari di pasar tradisional selalu ketemu yang namanya Cung, di kampungku dulu hanya waktu Cung Ciat-lah aku bisa menemukannya. Dan, mamaku pintar membuatnya. Sejauh ini dari semua jenis Cung yang udah pernah aku makan, hanya buatan mamalah yang paling enak sedunia.
Ada dua jenis Cung yang dibuat, yaitu Ham Cung dan Thiam Cung. Dan dari kedua jenis tersebut, Ham Cung yang paling aku doyan. Isinya beragam, bentuknya besar, dan harumnya sewaktu pertama matang menggoda sekali. Sekilas info, isi Ham Cung itu adalah kacang tanah, daging Babi, lobak [entah manis atau asin], trus apalagi yah [lupa namanya, yang jelas enak], semuanya dibungkus dalam beras ketan dengan balutan sekal, indah, dan menawan.
Sedangkan yang Thiam Cung ndak ada isinya. Jadi cuma beras ketan saja, dibungkus dengan bentuk lebih langsing berisi dalam daun khusus [orang ngomong cung jap], kemudian langsung direbus. Kalau dimakan langsung rasanya akan tawar. Nah, sebagai pemberi rasa supaya enak, dibuatlah semacam kuah dari gula dan itulah yang menjadi teman makan Thiam Cung.
Slruppp ... tidak sadar air liurku berubah rasa.
* * *
Hari ini, 31 Mei 2006 bertepatan dengan Cung Ciat. Selamat merayakan, dan selamat bersantap Cung ...
*)Dedicated to SEPHIA
Tentang asal usul Cung Ciat, penjelasannya bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa hari raya ini berasal dari kebiasaan rakyat merayakan Festival Xiazhi [Pada hari itu, siang hari di belahan utara bumi paling panjang dan malam paling pendek karena sinar matahari pada hari Xiazhi justru tepat di atas garis balik utara.] Tapi ada juga orang yang menganggap bahwa hari raya Cung Ciat berasal dari kebiasaan pemujaan totem rakyat yang bermukim di daerah aliran Sungai Yangtze.
Namun yang paling banyak adalah perayaan Cung Ciat adalah sebuah perayaan yang diadakan untuk memperingati Qu Yuan, seorang pujangga Tiongkok yang patriotik. Qu Yuan pernah menjadi pejabat tinggi Negara Chu pada zaman negara-negara berperang dari tahun 475 sampai 221 SM.
Pada zaman itu, Tiongkok terpecah belah menjadi 7 negara yang saling berperang. Berangsur-angsur, Negara Qin di bagian barat laut Tiongkok, kira-kira di Propinsi Shaanxi sekarang semakin kuat dan mengancam keamanan ke-6 negara yang lain. Qu Yuan yang patriotik mengusulkan kepada Raja Negara Chu, yang kira-kira terletak di Propinsi Hunan Tiongkok Selatan sekarang, agar bersekutu dengan Negara Qi dan bersama-sama melawan Negara Qin, namun gara-gara adu domba beberapa pejabat lain yang memihak Negara Qin, Qu Yuan dipecat dari jabatannya oleh Raja Negara Chu dan hidup dalam pembuangan.
Pada tahun 278 SM, Negara Chu ditaklukkan oleh Negara Qin. Pada tanggal 5 bulan ke-5 Imlek tahun itu, Qu Yuan bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Mi Luo. Konon setelah Qu Yuan bunuh diri, penduduk setempat berdatangan ke sungai itu untuk mencari jenazahnya seraya membuang Cung [baca: bacang] ke sungai itu agar ikan di sungai itu tidak menggerogoti jenazahnya. Lama-kelamaan kegiatan itu menjadi suatu tradisi dan setiap tanggal 5 bulan ke-5 Imlek penduduk setempat pasti mengadakan lomba dayung untuk memperingati Qu Yuan. Kegiatan ini sekarang juga diikuti oleh para peserta dari negara-negara lain. Pada hari Cung Ciat pasti disajikan Cung.
Selain Cung, pada Cung Ciat disajikan pula telur bebek asin dan arak. Kedua makanan itu dianggap rakyat berperan sebagai penangkal malapetaka.
Selain makanan, pada Cung Ciat rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan untuk mendekorasi rumahnya secara khusus. Misalnya setiap rumah akan memasang rumput Aicao dan rumput Caopu, dua tumbuhan obat yang dipercaya bisa berfungsi menangkal malapetaka, dan juga dapat menghalau gangguan nyamuk dan serangga berbisa lainnya yang banyak muncul pada awal musim panas ketika sering turun hujan. Selain itu, pada Cung Ciat orangtua akan membuat bungkus bumbu harum yang berbentuk harimau, labu kendi dan sebagainya untuk diberikan kepada anak-anak, dengan harapan anaknya dapat hidup tenteram dan bahagia.
Lomba perahu naga adalah salah satu kebiasaan penting pada Cung Ciat di daerah sebelah selatan Sungai Yangtze. Konon kebiasaan itu juga berkatian dengan Qu Yuan. Menurut cerita, setelah Qu Yuan terjun ke dalam Sungai Miluo, rakyat setempat dengan mendayung perahu berusaha menolongnya. Lama-kelamaan mendayung perahu menjadi adat istiadat pada Cung Ciat.
* * *
Waktu kecil aku senang kalo ada Cung Ciat. Senangnya yah itu, karena di rumah selalu tersedia yang namanya Cung. Tidak seperti di Jakarta yang setiap hari di pasar tradisional selalu ketemu yang namanya Cung, di kampungku dulu hanya waktu Cung Ciat-lah aku bisa menemukannya. Dan, mamaku pintar membuatnya. Sejauh ini dari semua jenis Cung yang udah pernah aku makan, hanya buatan mamalah yang paling enak sedunia.
Ada dua jenis Cung yang dibuat, yaitu Ham Cung dan Thiam Cung. Dan dari kedua jenis tersebut, Ham Cung yang paling aku doyan. Isinya beragam, bentuknya besar, dan harumnya sewaktu pertama matang menggoda sekali. Sekilas info, isi Ham Cung itu adalah kacang tanah, daging Babi, lobak [entah manis atau asin], trus apalagi yah [lupa namanya, yang jelas enak], semuanya dibungkus dalam beras ketan dengan balutan sekal, indah, dan menawan.
Sedangkan yang Thiam Cung ndak ada isinya. Jadi cuma beras ketan saja, dibungkus dengan bentuk lebih langsing berisi dalam daun khusus [orang ngomong cung jap], kemudian langsung direbus. Kalau dimakan langsung rasanya akan tawar. Nah, sebagai pemberi rasa supaya enak, dibuatlah semacam kuah dari gula dan itulah yang menjadi teman makan Thiam Cung.
Slruppp ... tidak sadar air liurku berubah rasa.
* * *
Hari ini, 31 Mei 2006 bertepatan dengan Cung Ciat. Selamat merayakan, dan selamat bersantap Cung ...
*)Dedicated to SEPHIA
gyaaa..itu apaan cung2?? koq aku tak tau??
ReplyDeletecung ciat kok bacanya jd pehcun ?
ReplyDeletehi hi iya jauh banget dari cung ciat jadi peh cun ... ???
ReplyDeletehen, itu bukannya yang familiar dengan nama bak chang (Ham Cung) dan ki chang (Thian Cung) yah...
ReplyDeletegue sih suka yang ham cung kalo gitu.
sama kayak dikampung gue, cuma pas bisa ditemuin kalo lagi perayaannya ajah. dan nyokap sendiri yang masak.
egh, tapi gue lebih senang bak chang medan buatan ie-ie gue. ampe nyari2 dimana2 ga ada yang ngalahin.. isinya komplit bo.. hehehe..
senengnya lagi, ini lagi cung ciat yah, gue baru aja dapat kiriman bak cang dr ie-ie, hehehehe...
emang postingan elo pas banget deh, hen...
ndak sabar pulang kantor neh, ada bak cang menunggu di rumah
jangan ngiri yak? hehehe...
haduh.... bahasanya kok aneh2 gt, bilang aja bacang ama kuecang hihi... dulu gw suka makan kuecang ama selai srikaya... ako gw sih yg suka bikin. Bacangnya jg uenak, pake telor asin, daging babi, jamur hyoko, nyammmm
ReplyDeletekapan kirim bacang ke Solo... Bro.!!!
ReplyDeleteWah, koq ceritanya bisa sampe men-detail banget sih?? :P
ReplyDeleteiya nih kok bahasanya macam-macam... thaika yu set cunge mo....? koloi pun ngai chiang ho mo???? ngai choe cunge an ho set lo...
ReplyDeletepokoknya segala macem bakcang gw telen deh... srupppppppp :)
ReplyDeletewaktu berlalu begitu cepat, tak terasa dua tahun sdh tidak menikmati bakcang....*ngeces*
ReplyDeleteHhhen, dulu sejarah pasti dapet bagus yah?
ReplyDeleteLey: Cung itu sebuah kata dalam bahasa khek, yang artinya Bacang :) Kalo itu pernah tahu khan ?
ReplyDeleteDian + Tata: Kenapa, bingung yah hehehe ... Kalo Peh Cun itu bahasa Hokkian, sedangkah Cung Ciat itu bahasa khek. Jadi artinya sama saja non ...
Ester: Wah ... tahu juga Ham Cung dan Thiam Cung. Asli Medankah dikau? Waaaa ... dapat kiriman bacang toh, asyikkkkkk. Bisa minta dong kalo gitu :)
Imelda: Kenapa? Serasa membaca blog alien yah hahaha ... Dikau bisa membuat bacang? Kalo gitu bisa pesan dong ...
Upar: Wahhhh ... kalo dikirim takutnya keburu basi Bro. Datang aja ke Jakarta, ntar dibuatin bacang spesial pake telor :)
Zilko: Detail gimana Zilk? Hehehe ... itulah pentingnya referensi, dan yang penting banyak tanya sama orang tua hahaha ...
Nita: Hehehe ... tapi dikau mengerti khan maksudnya? *giliran daku yang ekstra keras mengartikan maksud komennya Nita*
Lucy: Kenapa membingungkan? Tapi perasaan di Jogja dulu aku juga kesulitan mendapatkan bacang yah hehehe ... ngak tahu kalo skarang. Jurusan sejarah Tiongkok? Hehehe .. tidaklah :)
Yenny: Yeeee ... kalo itu mah karena 3 alasan. PErtama karena rakus, kedua rakus juga, dan ketiga tetap rakus hahaha ... j/k
Sisca: Wahhh ... tidak terasa udah 2 taon toh. Makanya cepatan pulang gih ... Eh, ngecesnya jgn kebanyakan, kasihan lapty barunya. Ntar konslet hehehe ...
Bev: Kenapa curiga? Bukankah siklus jatuh cinta-putus cinta-selingkuh itu merupakan satu kesatuan rantai yang tak terputuskan? Hehehe ... Siapakah sephia itu Apakah tidak merasa bahwa itulah dikau yang dimaksud? Hahahaha *sambil lirik2 belakang siapa tahu istri lagi mempelototi layar ini ... KABURRRRRRRR*
Satu lagi, lucu lihat Bev panggil aku koko hendri, biasanya khan HENNNNNNNN :))
Wina: Iya. Dulu sejarah di rapor aku pasti dapat nilai 9. Selain karena alasan emang aku suka sejarah, terutama sejarah dunia, juga karena gurunya cakep hahaha ...
wah pokoknya kalo hari raya peh cun
ReplyDeletebrati susah mesti bikin bak cang
tau gak bak cang itu bikinnya susah
daging babinya harus dipanggang di arang, diolesi bumbu, trus yg paling susah itu ngerebusnya. mesti 7-8 jam
hiks
kalo ngomong bak cang enak
silahkan coba bikin sendiri
mulai cincang jamur, masukin lobak, kacang ijo
rebusnya
nunggu lama
akhirnya deh
selamat hari raya peh cun ya
jadi kangen sama bakcang bikinna emak ku ...bakcang yg kecil dan dimakan dengan saus gula kelapa merah yang dimasak santan :(( ngilerrrrrrrrrrrrrrrr...makkkkkkkkkk ngai mo ko ciat :(( jadi fan nyin kakakakakak
ReplyDeletesudah makan berapa buah, apek hen *ini request beve, dia maonya dikaw jadi apek hihi*
ReplyDeletebokap daku nyeremin... uda makan 10 biji, skarank kebanyakan makan ketan jadi sembelit wakakaka
Mee: Wah ... bisa bikin bacang juga? Pasti enak yah bacang bikinan dikau ;) Mau dong nyoba hehehehe
ReplyDeleteMeli: Hahaha ... nyi cin cin co fan nyin lo ... boi si lu ... mang mang con si ka hehehe
Violet: Apek? *pelototin Beve* Ini apek yang artinya a pak atau a kong juga hehehe ... aku udah makan berapa? Hmmm ... masih muatlah jari ini menghitungnya. Bokap dikau sembelit? Hahahaha ... jahat banget nih anak tertawain bokap ndiri :))