Skip to main content

Terima kasih

Aku yakin kita sudah sangat akrab dengan kata ini. Ada yang melafalkannya menjadi thank you. Sebagian mengucapkannya kam sia. Ada pula yang berujar mauliate. Selain itu juga akrab di telinga kata: xie xie, gracia, matur nuwun, saohagolo, serta beragam pelafalan lainnya.

Dia adalah sebuah kata sederhana yang sangat mudah untuk kita jumpai di mana-mana. Seuntai kalimat dari kombinasi beberapa aksara yang mempunyai makna mendalam dan sangat besar artinya bagi yang menerimanya. Sebuah senandung kepuasan dan kebanggaan bagi sebagian insan yang menerimanya sebagai penghargaan atas apa yang mereka lakukan.

Namun, aku perhatikan kata ini semakin hari semakin kehilangan esensi sejatinya. Dalam pengamatanku, dia hanya terucap tatkala kita merasa mendapat suatu pemberian yang sangat berharga, atau saat berhadapan dengan pribadi yang jabatannya lebih tinggi dari kita.

Misalnya ketika seseorang menerima pujian dari bozz tertinggi, maka dengan penuh rasa hormat kata ini keluar berulang-ulang dari mulutnya. Saat menerima keberuntungan berupa hadiah door prize, dengan komat-kamit kata ini spontan keluar begitu saja. Waktu menerima berkat dalam bentuk bonus dengan jumlah besar, begitu royal kata ini melewati pita suara untuk diujarkan.

Tetapi apakah harus demikian?

Seberapa sering kita mengucapkan terima kasih kepada OB kantor waktu minuman pagi disajikan untuk kita? Oh ... jangan-jangan kita sudah begitu lama mengabaikan karena kita merasa kehadiran dan jasa mereka adalah hak yang pantas kita dapatkan, serta ada perasaan percuma kita mengucapkannya, karena itu tidak akan berefek dengan karir kita. Hmm ... Atau pernahkah kita berterimakasih kepada petugas jalan tol, tukang pel di mal, petugas parkir, penjaga stand atau toko, petugas pom bensin, dan banyak profesi lain, yang bagi sebagian orang keberadaannya sering diabaikan?

Aku kadang geram melihat orang yang tidak tahu berterimakasih. Entah karena merasa lebih kaya, atau punya kedudukan lebih tinggi, jadi dia sering bertindak seenaknya dan selalu mengharapkan orang lain yang mengucapkan kata ini kepadanya. Wajar sih, mereka bersikap demikian. Tetapi gimana yah ... mbok sekali-kali belajar untuk memperhatikan perasaan orang lain juga. Mereka juga membutuhkan apresiasi, yang aku yakin bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga kata-kata.

Dan dalam rangka itulah aku sengaja melatih diriku untuk mengucapkannya sesering mungkin, dalam situasi apapun, serta berhadapan dengan siapapun. Bukan berarti aku belajar menjilat loh ... BUKAN. Aku selalu berusaha mengucapkannya secara tulus dari hati terdalam sebagai sebuah penghargaan atas pelayanan atau jasa setiap orang, terutama jasa orang-orang yang merasa terpinggirkan.

Namun sejujurnya, aku pernah gagal juga. Hehehe ... meminjam judul lagunya Serious: Hendri juga manusia ...

Waktu itu aku sedang jalan-jalan di sebuah toko buku ternama untuk mencari VCD seri Discovery Channel. Sudah menjadi kebiasaan, kalau aku mencari buku, dengan spontan aku menuju ke komputer yang tersedia, ketik ini-itu, dan dalam hitungan detik langsung muncul judul, stok, serta di lokasi mana buku itu nangkring. Aku tidak tahu apakah komputer itu juga bisa mencari judul VCD yang aku buru. Maka akupun mendekatinya, dan kebetulan sedang dipakai seorang petugas untuk melayani pembeli lain dalam mencari buku. Aku pun menunggu. Setelah dia selesai melayani, aku pun bertanya: bisa ndak aku mencari judul VCD dari komputer ini. Dan aku pun dijawab dengan ramah: maaf pak, kalau untuk VCD tanya langsung saja ke petugas yang ada. Komputer ini hanya khusus untuk buku saja.

Aku yang udah tunggu sekian menit, sedikit sebel dan kecewa. Tanpa melihatnya lagi, aku langsung cabut dan menuju tempat VCD. Namun, baru beberapa meter aku berjalan, nuraniku berbicara: hei ... mana ucapan terima kasihmu? Bagaimana seandainya kamu yang berada di posisi itu? Sana, balik dan say thanks. Seperti sengatan siang bolong, akupun mendapat teguran. Dan tanpa pikir panjang, akupun kembali ke petugas tersebut, memandang matanya, dan berkata: terima kasih yah.

Wah ... aku melihat ada segumpal keharuan terpancar dari matanya. Sebuah reaksi yang sama saat aku mengucapkan hal yang sama kepada tukang pompa ban, pedagang asongan, kasir makanan siap saji, tukang angkut barang di bandara, penjaga karcis masuk di stasiun, dan banyak lagi. Dan sebuah senyum manis menghiasi wajahnya membalas ucapanku, sama-sama pak.

* * *

Dan pada kesempatan ini juga aku ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah setia dan rutin mengunjungi blogku, entah sekedar membaca, memberikan komentar, ataupun mengisi SB. Kehadiran kalianlah yang membangkitkan staminaku dalam bercerita, berceloteh, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Kam sia ...

Comments

  1. Aku tiap ngomong terima kasih sambil senyum ke orang yg uda ngasi service di toko buku, resto, tmpt potokopi dsb, dibalesnya pake senyuman *which is good*, tapi lum pernahh dapet org yg diberi ucapan thanks tiba2 menatap dengan keharuan...

    Pasti jurus lo mengucapkan terima kasih paten neh, ampe yg diucapin langsung terharu gitu hehe.

    BUt u r right, it really feels good in our heart, to show others the appreciation and gratitude they deserved.

    ReplyDelete
  2. Hendri, satu setengah tahun hengkang, saya memepelajari bahwa ucapan terima kasih di sini sangat royal, dari buka pintu,parkir,pamitan, belanja, membawakan minum, abis melakukan hal hal yg sederhana, entah itu anak kecil, sebaya, manula, tua renta...tak pernah terlewatkan kata merci..merci..merci beaucuop.

    Tak lupa buat yg bikin postingan ini...terima kasih ya...idenya bagus...dan mendidik.

    ReplyDelete
  3. bener-bener raja ide *salut*

    iya nih kita kudu berterima kasih pada para pembaca blog kita yah sembari melontarkan ancaman *AWAS LO KALO GAK BACA* wakaka

    *setuju ama Yulie* buat aku pekerja retail, ucapan terima kasih mah udah biasa, gak mungkin aku sampe terharu, biasanya sih relief *akhirnya customer yg menjengkelkan ini kelar juga belanja/nanyanya* Lho ?

    Paling bete kalau nerima "Excuse Me" dari customer, walaupun sopan, biasanya pasti mau ngerepotin wakaka.

    Sorry yah, ini komen tulus dari pekerja di retail field. Tapi tetep lebih mendingan customer kayak lo yg ngucapin thanks rather than bbrp udah cerewet gak terima kasih lagi in the end wakaka

    ReplyDelete
  4. disini keseringan bilang thanks. sampe capek mulut gue hehhe...pernah waktu my mantan kerumah, and aku minta tolong pembantu untuk ngambil sesuatu di lantai bawah. aku langsung ambil and cuma bilang OK..
    eh diprotes ama my mantan ; u didnt say thanks ??? alamak....malu hihihi

    ReplyDelete
  5. gua banyak bilang trimakasih pas nginep di RS, "makasih" soalnya susternya udah baek banget mu layanin keluhan gua yang lagi sakit.

    ReplyDelete
  6. Anonymous8:36 AM

    Terima kasih Hendri. Nice post. :)

    ReplyDelete
  7. terima kasih,kamcia,xie xie,arigatou,thank you dah sering isi sb gue nanyain kemana kakakakaka muaaaaaachhhhhh

    ReplyDelete
  8. Wah, idenya keren nih... :)

    Aku jg nyoba ngomong thanks ke orang2, tp kadang2 (kadang2 ato kebanyakan ya??) lupa, he3... :)

    Di toko rame dulu aku pernah baca katanya kalo pegawainya ga ngomong terima kasih katanya suru ngasih permen loh... :lol: :lol: :lol:

    Danke Schoen, Kamsa Hamnida, Kop Koon, Merci :)

    ReplyDelete
  9. Hen, simple tapi mendalam, just want to say : Thank you to remind me to say it.

    ReplyDelete
  10. VyletteCream: Hehehe ... jurus membuat orang terharu? Hmmm ... pandanglah matanya, pancarkan ketulusan, dan ucapkanlah kata sejujurnya :) Btw, setuju banget dengan statemenmu.


    Sisca: Begitu yah. Mungkin inilah salah satu perbedaan lagi negara berbudaya dengan yang tidak hehe ... Thanks yah ...


    Hide: *senangnya daku disaluti* oh gitu toh jeritan hati seorang pekerja retail hihihi ... so, bisa jadi bahan postingmu tuh ... Ditunggu ...


    Dian: Hahaha ... itu termasuk salah satu sikap yang aku kagumi dari orang asing *baca bule*, gimana gitu loh ...


    Xu: Hehehe ... trus karena susternya cakep juga khan :)) *ketahuan belangnya, pantas opname ampe berhari-hari*


    Dewi: Thanks Dewi ...


    Bev: Iya ... xie xie juga yah ...


    Bolot: Haha ... aku pikir selama ini kamu dikit kesel ditanyain terus :) Btw, thanks juga udah sering mampir dan komen2 ...


    Zilko: Iya tuh ... makanya diprakterkkan yah :) Di Jkt juga ada beberapa supermarket yang gitum cuman bukan permen, tapi kadang softdrink, coklat, dll hehehe. Btw, itu bahasa apaan?


    Nainggolan: Hehehe ... bukankah sesama blogger harus saling mengingatkan :)

    ReplyDelete
  11. MAULIATE Hendri udeh ingetin kita2,utk tdk lupa wats da meanin' of that words,he he he.

    ReplyDelete
  12. MissUnperfect: kam sia kembali. Btw, aku juga berharap lewat tulisan ini diriku juga diingatkan terus untuk selalu mengucapkan 'gracia' ...


    Sinceyen: Matur nuwun juga :))


    Lucy: Senangnya punya teman sepikiran. So ... jangan pernah pelit yah ucapin makacih ...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Private

Sejak blogger menyempurnakan versi betanya, dari sekian perbaikan dan fitur baru yang diperkenalkan, ada satu fitur baru yang belakangan marak dimanfaatkan oleh para blogger. Fitur tersebut adalah blog readers. Aku yakin teman-teman sudah tahu apa fungsi fitur yang terletak di menu permission ini. Yap ... Fungsinya adalah men-setting blog menjadi private sehingga tidak semua orang berhak dan boleh bersantai di sana, tetapi hanyalah orang-orang pilihan yang di-choose atau di-invite yang bisa masuk dan ngopi di sana. Jadi janganlah heran kalau saja suatu saat Anda meng-klik sebuah blog, yang keluar adalah tulisan "blogger: permission denied; this blog is open for invited readers only", yang artinya Anda tidak diundang dan tidak diperbolehkan untuk mengintip isi blog tersebut. Jangan merasa kecewa, karena pasti ada alasan tertentu mengapa seseorang men-setting blog mereka dari semula open menjadi private. Jangan juga merasa patah hati, karena di balik privatisasi tersebut selalu...

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...