Gosip

Tiada hari tanpa gosip. Demikianlah ungkapan yang beredar di republik ini. Bagaimana tidak? Lihat saja di media massa, terutama yang namanya TV. Sejak pagi, sejumlah tayangan yang membahas kehidupan selebriti, entah itu benaran ataupun gosip, berlomba-lomba menarik pemirsanya dengan sajian-sajian yang mereka klaim eksklusif dan fakta adanya. Dan siapa lagi yang tidak tergoda untuk nongkrong dengan manis di sana selain para ibu-ibu, baik yang berperan sebagai ibu rumah tangga maupun mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk berangkat kerja? Bahkan bapak-bapak pun konon banyak yang tersedot untuk menontonnya dengan alasan menemanin anak nonton TV, tapi kenapa sih yang dinonton acara gosip?

Jadi jangan heran kalau sampai di kantor, ada celutuk seperti ini:

"Eh ... udah tahu belum kalo ternyata si anu ketahuan selingkuh dengan si itu ..."

"Kabarnya si ini sedang mengajukan proses perceraian dengan pasangannya lantaran pasangannya sering main pukul yah, gimana tuh lengkapnya ..."

"Udah pada tahu belum? Kabarnya artis A lagi naksir dengan aktor B yah ..."

Dan ketika kita menjawab: Oh ya ... masak sih. Tahu dari mana?
Dengan segera kita mendapatkan jawaban seperti ini: Makanya ... gaul dong. Hari gini masih ketinggalan gosip, hahaha ...

Bukan hanya TV saja yang memanjakan penontonnya dengan gosip, tetapi media cetak juga. Coba sekali-kali perhatikan, sejumlah koran --terutama yang kurang peminatnya-- selalu memanjakan pembacanya dengan menyajikan gosip hangat selebriti yang kadang disertai foto mereka yang ditampilkan begitu menggoda dan sexy. Dan sebagian majalah juga begitu. Headline ditonjolkan secara besar-besaran hanya untuk satu tujuan: sedapat mungkin menarik perhatian orang dengan harapan mereka mau membelinya.

Aku bukan mengkritik dan anti dengan semua cara promosi seperti itu lho. BUKAN. Itu sah dan halal saja, bahkan aku salut dengan semuanya. Tapi aku cuma mau menyorot bagaimana sebuah kata yang namanya gosip begitu mendominasi hidup orang saat ini dan dia menjadi barang yang selalu dicari-cari orang. Endah sekedar mengetahuinya saja, maupun mau beralih profesi menjadi pengamat yang kadang memberikan komentar seolah dia begitu mengetahuinya semua permasalahan yang ada.

Sudahlah ... janganlah kita berbicara tentang selebriti, mungkin karena mereka public figure sehingga layak dan laku dijual sebagai bahan gosip. Tetap sadarkah kita, di kalangan sendiri pun banyak gosip berselewiran. Setuju khan?

Permisi tanya, apakah topik pembicaraan yang hangat dan menarik saat makan siang?

Yap ... gosip juga. Entah itu gosip tentang sesama karyawan, tentang kebijaksanaan perusahaan, sampai yang satu ini aku yakin semua menyetujuinya: gosip tentang atasan. Hayo ... jujur sajalah, pembicaraan apa lagi yang lebih menarik dibandingkan menggosipkan bos? Hehehe *semoga bosku tidak sempat membaca posting ini, kalo iya bisa barabe hahaha*

Mulai dari gosip pilih kasih, keputusan yang plin-plan, pelit naikin gaji, jarang kasih bonus, tidak mau disalahkan, selalu mengganggap diri paling benar, sampai *mungkin* gosip selingkuh mengalir lancar saling bersahutan begitu saja. Hahaha, ketahuan banget yah si Hendri senang banget ngegosipin bos :) Tapi aku pikir itulah realita yang sesungguhnya, dan sebuah kesimpulan yang aku coba aku tarik adalah: kita tidak pernah bisa hidup tanpa gosip.

* * *

Ngomong tentang gosip, aku juga pernah jadi korban gosip. Meskipun aku bukan selebriti, tetapi tetap tidak luput dari gosip hehe ... Mau tahu cerita selengkapnya?

Waktu itu aku baru memulai babak baru dalam hidupku sebagai seorang pekerja. Di tempat aku bekerja, aku kenal dengan seorang cewek lain divisi. Dan entah kenapa, ketika kita kalo ngobrol selalu saja nyambung. Alhasil dibandingkan dengan staf lain, aku lebih sering menghabiskan waktu dengan dia.

Saat itu aku masih belum punya kendaraan pribadi, maklum masih merintis karir dan miskin-miskinnya. Dan, sangat kebetulan juga kostku dan kostnya satu arah. Makanya aku selalu janjian dengan dia kalau mau pulang bareng saja. Kadang aku yang tunggu dia, demikian juga sebaliknya. Namun kalau memang kebetulan salah satu harus pulang lebih malam, yah kita pulang sendiri-sendiri. Meniti perjalanan sejauh hampir 1/2 km dengan obrolan-obralan yang diselingi canda tawa, itulah keasyikan yang kami lalui sekaligus sebagai penghiburan tersendiri kala tubuh ini capek kerja seharian.

Statusku waktu itu udah punya pacar, sedangkan dia masih jomblo. Tetapi aku tidak pernah mengganggap itu sebagai hal yang perlu dipermasalahkan, demikian juga dia. Lagian pacarku udah pernah ketemu dia, dan tahu persis bahwa aku sering pulang bareng dengannya. So, we having fun aja dengan pertemanan kami.

Nah ... suatu hari ketika kita sedang dalam perjalanan pulang seperti biasanya, tiba-tiba dia bertanya kepadaku. "Eh ... di divisimu ada kabar-kabar aneh yang beredar ndak?"

Aku menjawab singkat: tidak. Dan berbalik aku tanya dia: emangnya kenapa sih?
Dia hanya menjawab singkat: tidak apa-apa.

Tetapi aku bisa menangkap ada sesuatu yang salah. Jadi aku mencoba mendesaknya, tetapi dia tetap berkukuh menjawab: nothing. Ya udeh, pikirku.

Trus beberapa hari kemudian, ketika aku ajak pulang bareng lagi, eh ... dia nolak. Aku diam saja. Pikirku mungkin dia mau lembur atau ngapainlah. Jadi aku mengganggap itu hal yang wajar dan tidak mempersoalkannya. Namun, ketika berulangkali dia menolak ajakanku, kecurigaan mulai timbul di hatiku. Dari pada mati penasaran, aku pun langsung menembaknya: ada apa sih.

And .. u guys know what is the answer?

"Aku tidak enak saja dengan teman-teman yang lain, karena di divisiku sudah beredar cerita aku mencoba dekatin kamu, padahal kamu sudah punya pacar. Jadi, sebelum gosip itu berkembang lebih lanjut, makanya kita ndak usah pulang bareng dan kurangi ngobrol lagi deh. Aku takut dikatakan mencoba merebut pacar orang."

HAAAHHHH?!!!?? HOW COME??? Pikirku tak habis-habisnya. Aku coba mengorek siapa saja yang menyebarkan kabar busuk itu, tapi dia bungkam aja. Hasilnya sejak itu pertemanan kami pun retak, dan ... begitulah endingnya. Tidak mengenakan.

Sejak itu pikiran ini muncul di benakku terus. Apakah tidak boleh seorang yang sudah punya pacar berteman dengan cewek lain? Apakah lantas kalau sering bareng itu hal yang tabu? Dan kenapa sih orang selalu gatal dan tidak tahan untuk menjaga mulutnya dari bergosip? Hhhhh ... tidak senang saja melihat orang gembira.

Makanya, aku termasuk orang yang anti dengan gosip. Mengapa? Karena kadang dia begitu kejam: sanggup meretakkan rumah tangga orang, mampu memisahkan sepasang kekasih yang sedang menjalin kisah asmara, bisa memercikan api permusuhan pada dua orang yang sedang bersahabat, dan banyak lagi.

Tapi ada juga pertanyaan yang berujar waktu aku tenggelam dalam pergumulanku: kamu sih Hen, yang kurang nanggap. Masa udah digosipin gitu ndak sadar-sadar juga hahaha ... dasar telmi :))

* * *

Dan ... aku dengar, di dunia per-blog-an pun kabarnya beredar begitu banyak gosip yah. Benarkah demikian?