Pendatang Baru

Akhirnya ia datang
Tangis pertama menghentak kalbu
Apakah berairmata?
Itu pasti genangan permata
Wajah-wajah siapa di sana?
Dikenang pula untuk hari ini dan seterusnya
Senyum, tawa, ceria diikat dalam buaian
Tidak berkata-kata,
Hanya tatapan
Hanya belaian
Ia sudah mengerti

* * *

Itulah seuntai puisi yang aku terima via SMS dari adikku nun jauh di negeri tetangga kala berita kelahiran onga tersebar ke seluruh penjuru dunia. Puisi itu menggenapi sejumlah SMS, e-mail, serta telp sebagai ungkapan sukacita dan kebahagiaan tatkala penantianku selama hampir 9 bulan lebih jebol dalam sehentak tangisan yang sudah lama aku harapkan.

Yah ... onga telah lahir. Dia secara resmi sudah bergabung bersama kami dalam sebuah keluarga kecil bahagia. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena sudah menunjukkan kebaikan dan keperkasaanNya dalam proses penantian panjang ini.

* * *

Kamis, 6 April 2006, jam 05.00 tiba-tiba aku terbangun. Tidak biasanya aku begitu, karena aku selalu bangun saat wekerku yang distel jam 05.45 berbunyi. Seraya merenung 'keganjilan' ini, sesaat kemudian, sebuah SMS masuk. Aku lihat pengirimnya, oh ... dari istri tercinta. Segera aku baca, dan isinya sebuah pesan singkat yang membuat adrenalinku bergetar kencang: Yank ... aku sudah keluar flek merah, dan perutku sudah mulai mulas.

Apakah itu tanda-tanda onga mau lahir? Belum sempat aku berpikir panjang, HP-ku berbunyi. Secepat kilat aku terima. Dari seberang, suara Ibu mertua dengan suara panik memintaku segera cabut dari Jakarta menuju Purwokerto, tempat istri mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental untuk melahirkan. Untuk menenangkannya aku jawab akan segera berangkat dengan kereta terpagi.

Namun sejujurnya hatiku sempat bertutur: ah ... itu khan baru gejala. Seandainya aku berangkat dengan kereta malam paling masih keburu, soalnya masih ada beberapa kerjaan kantor yang masih tanggung dan rencananya mau aku selesaikan hari itu juga. Lagian aku sudah punya rencana untuk berangkat hari Jumat malam saja. Selain karena tiketnya sudah ditanganku, feelingku juga mengatakan bahwa onga baru akan lahir kalau tidak hari Sabtu, yah Minggu.

Beberapa saat kemudian ada telp masuk lagi. Kali ini dari adik ipar dan pesannya sama: ko, segera berangkat karena sudah ada tanda-tanda melahirkan. Aku kembali mengiyakan sambil OL untuk cek jadwal kereta serta jumlah kursi yang tersedia. Setelah memastikan jam kereta terpagi masih ada kursi kosong, aku pun telp ke istri menanyakan kabar terakhir. Rupanya dia juga panik, dan segera memintaku datang menemaninya.

Aku pun segera mandi, beres-beres, telp sana-telp sini, dan jam 06.15 aku sudah di taksi menuju stasiun Gambir. Sesampainya di sana, aku langsung membatalkan tiket jumat malam dengan kompensasi dipotong 25%, dan pesan kereta Taksaka. Jam 08.15, akupun sudah nongkrong dengan manis di Gerbong 3 kursi 5D, sendirian dengan sejuta pergumulan dan doa agar semuanya berjalan lancar.

Tepat pukul 13.20, aku sampai di stasiun Purwokerto. Dan jemputan sudah siap mengantarku ke Rumah Sakit. Awalnya aku berpikir istri pasti sudah panik dan sedang berjuang menghadapi proses kelahiran. Namun aku kecele. Ternyata dia masih ceria dengan aneka jajan yang setia menantikan giliran untuk disantap. Aku tanya kabarnya, ternyata baru pembukaan 1/2. Ooo ... kata suster dan dokter itu masih lama baru lahir, paling 2 atau 3 hari lagi. Statemen yang sama juga aku dengar dari beberapa teman yang sempat aku tanyakan. Setelah mendengarkan semua penjelasan tersebut, akupun memutuskan untuk pulang dan istirahat di rumah saja, daripada tidak betah di RS serta juga menghabiskan biaya hehe ... Alhasil, sore hari kitapun boyongan pulang, dan istirahat serta melakukan aktivitas seperti biasanya.

Sekitar jam 00.30 aku sempat tulis satu posting [terima kasih]. Ketika lagi publish sambil blogwalking, istri mulai merasakan kontraksi dengan jeda waktu yang mulai teratur. Aku pun segera OFF, dan bergabung dengan istri di kamar bersama-sama mulai menghitung jeda waktu kontraksinya. Awalnya masih 8 menit, kemudian secara perlahan berkurang menjadi 7 menit, 6 menit ... hingga sekitar jam 04.30 sudah menjadi 3 menit sekali. Wah ... kata orang-orang sih itu artinya tanda sudah mau lahir beneran.

Kita pun kembali ke RS. Ketika diperiksa ternyata baru pembukaan 3, dan dikatakan lagi paling ntar sore atau malam baru lahir. Istri yang udah ndak tahan minta segera di-caesar saja. Namun saat aku pun ngomong sama dokter, permintaan untuk ceasar ternyata ditolak dengan alasan kondisi bayi dan ibu sehat. Operasi hanya boleh dilakukan kalau ada kelainan saja. Kalau memang ngotot untuk caesar, tunggu sampai siang hari sambil melihat proses pembukaannya. Kalau tetap bertahan di angka 3, segera lakukan, namun kalau lancar, mau tidak mau harus lahir normal. Aku yang dikit panik dan kasihan, merasa sebel juga. Masak sih mau operasi saja tidak boleh? Alhasil karena tidak punya pilihan lain, kita pun berkutat di ruang bersalin seraya bertahan dan berdoa.

Singkat cerita, saat jam 07.30 aku lihat di kasur sudah banyak cairan berwarna merah menggenang. Aku pun segera panggil suster, dan saat diperiksa ternyata sudah pembukaan 8. Armada persalinan pun mulai berdatangan, dan sekitar 2 menit kemudian diperiksa lagi sudah pembukaan sempurna alias 10. Aku yang sejak semula memang bertekad ingin menemani istri dan tidak mau melewatkan momen bersejarah ini pun ikut berjuang. Sambil membisikkan doa dan semangat, kupandang wajah istri dengan penuh kasih berpacu dengan waktu mengeluarkan seluruh tenaga yang dimiliki untuk melahirkan onga.

And finally, tepat jam 07.45 di hari Jumat, 7 April 2006, onga untuk pertama kalinya melihat dunia dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Tangis kebahagian pecah seketika, ucapan syukur terlanturkan begitu saja, dan pujian atas kebesaran Tuhan mengalir seiring lengkingan tangisan onga.

* * *

Penanggalan di layar pekan lalu menunjuk angka tujuh, dalam jemu berkutat, datanglah berita sukacita, di sebuah rumah bersalin tanah air, sekitar pukul 07.45,
seorang bayi lelaki berbobot tiga kilo, dengan panjang empat puluh delapan centimeter telah membuka mata, menyemarakkan dunia.

sedikit sisipan ini bersalut doa,
semoga penghuni baru dan nahkodanya,
di tengah rasa gembira memetik hasil bunga cinta,
mengingat pesanku..." isi dan bekali si kecil...
menempanya penuh kasih dan budi....
agar menjadi kebanggaan di kemudian hari".

*) a poem from my another far away sister

* * *

Marvel Enrico Bun. Itulah nama buah hatiku. Selamat datang ke dunia nyata, sebuah tempat pembelajaran kehidupan yang penuh tantangan, ketatnya persaingan, serta kerasnya rimba yang harus ditelusuri. Namun, aku ucapkan juga selamat bergabung dalam indahnya sebuah keluarga, limpahnya rahmat dan anugerahNya, serta kayanya kasih sayang dari lingkungan sekitarmu. Aku yakin engkau pasti bisa karena engkau adalah seorang pemenang dan insan pilihan. Engkau sudah bersaing dengan 250 juta saudara sekandungmu dalam proses perburuan menuju sel telur, dan engkau begitulah apa adanya.

Tuhan memberkatimu selalu ...