Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2006

Putus Cinta [Count down at 7]

Kalau orang-orang mengatakan bahwa jatuh cinta itu berjuta rasanya, bagaimanakah rasanya kalau sedang putus cinta? Apakah rasanya berjuta juga? Atau jangan-jangan tiada rasa apa-apa ... Kesan pertama yang kita tangkap dari seseorang yang sedang putus cinta adalah kesedihan yang mendalam. Sangat bertolak belakang dengan saat jatuh cinta, bawaannya menjadi selalu loyo, lesu, tiada bergairah, dan tentunya tanpa semangat. Keceriaan hilang sekejap berganti dengan kemurungan. Celoteh gembira seketika berubah menjadi keluhan yang tak terucapkan. Tak ketinggalan air mata bahagia secara kilat berubah menjadi deraian air mata kesedihan. Dunia serasa runtuh. Tidak ada lagi denyut kehidupan. Hidup serasa menjadi begitu hampa. Hari-hari terasa begitu lambat dan berat untuk dilewati. Semuanya menjadi serba salah: mau begitu salah, mau begini rasanya tidak bisa, mau begono rasanya canggung. Ada perasaan manjadi manusia paling malang sedunia, serta berjuta perasaan tidak enak lainnya dipastikan datang

Jatuh Cinta

Kata orang kalau sedang jatuh cinta sejuta perasaan akan bergejolak di dalam dada. Entah itu senang, bahagia, rindu, kangen, bahkan sedih bertumpuk menjadi satu membuat insan yang sedang dilanda cinta bingung sendiri. Entah dari mana munculnya dia datang begitu saja. Seperti pencuri di malam hari, kehadirannya sungguh mengejutkan, secara tiba-tiba, dan ketika kita dihantam olehnya ... kita hanya bisa berdiam diri tanpa bisa berbuat apa-apa. Sikap yang paling bijaksana adalah just take it and enjoy very much. Jatuh cinta mampu mengtransformasikan secara total pribadi seseorang. Lihat saja bukti-bukti yang berseliweran di sekeliling kita. Tiba-tiba saja kita mendapati teman kita berubah drastis penampilannya, dari seorang super cuek menjadi pendandan tangguh. Hari-hari biasa, mungkin dia berpakaian rapi seadanya dengan aroma parfum serta olesan di muka yang masih dapat diterima keberadaannya. Namun saat sang cupid memanah hatinya, kita akan melihat perbedaan yang begitu nyata dalam dirin

Hujan

Aku menyukai hujan. Melihat mereka terjun bebas dari angkasa yang tak terjangkau menghadirkan kekaguman akan sang Dia yang menciptakannya. Apalagi malam hari, di bawah sorotan sinar lampu mereka terlihat begitu indah dan anggun membasahi bumi. Mereka sangat berirama, layaknya sebuah orkestra dengan dirigen Maha Kuasa membentuk serangkaian alunan yang bersenandung begitu merdu, menghadirkan nuansa damai, tentram, dan tenang dalam dekapan sang Khalik. Sering aku menyempatkan diri untuk termenung di depan kaca. Tiada maksud lain sekedar untuk melihat mereka jatuh, hinggap, dan secara perlahan mengalir membentuk sebuah alur sebelum mereka pecah dan bergabung dengan alam. Merefleksikan dan bertanya-tanya, apakah hidup ini juga seperti itu? Dilahirkan, mendamparkan diri dalam sebuah wacana yang dinamakan dunia, melewatkan hari demi hari membentuk sebuah aliran yang dinamakan cerita hidup, hingga akhirnya bersatu kembali bersama alam dengan sebuah peristiwa: kematian. Di waktu kecil, hujan be

Aku Jatuh Cinta

hati ini selalu bertanya dari manakah dia datang sebuah perasaan yang sanggup meluluhlantahkan segenap perasaanku batin ini kerap berbisik untuk apa dia mendekatiku sehingga jantung ini berdetak kencang menghancurkan keegoisanku seketika kepada siapakah aku harus bertanya bagaimana caranya menghadapi semuanya itu serangkaian godaan yang selalu menantiku dan siap menerkamku dalam sebuah persimpangan kemanakah aku harus berdekam mencari kenyamanan dalam sebuah pelukan karena dia semakin menjadi-jadi menggedor dan menghantuiku setiap saat aku mencoba melawan aku berusaha menampiknya sekuat tenaga aku menyingkirkannya semampu ragaku menyepelekannya tetapi aku mendapati sebuah kenyataan bahwa tidak mungkin aku bertarung dan aku harus jantang mengakui ternyata dia lebih berkuasa dan aku hanya mampu bersuara sebuah bisikan yang nyaris tak terdengar bahwa aku memang sedang dilanda perasaan aneh yang aku namakan ... jatuh cinta

SBKRI

Teman-teman tahu apa singkatan dari SBKRI? Yap ... Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia. Sebuah surat sakti yang selalu menjadi momok bagi WNI suku Tionghoa, namun di lain pihak merupakan surat ampuh bagi sebagian pihak untuk menekan sekaligus ajang untuk mempertebal kantong. Entah bagaimana asal usul SBKRI ini diterbitkan. Tetapi berdasarkan pengetahuan, referensi, dan cerita-cerita yang aku dengar, surat ini muncul waktu zaman Orde Baru. Tidak jelas apa dasar pemikirannya, secara tiba-tiba seluruh masyarakat Tionghoa dikejutkan dengan sebuah instruksi: bagi masyarakat sukuTionghoa, Anda diwajibkan untuk membuat sebuah surat sebagai tanda menjadi warga negara Republik Indonesia. Seandainya tidak, maka Anda tidak akan tercantum secara resmi sebagai WNI, dan apabila ketahuan akan mendapat ancaman dideportasi atau dikembalikan ke negara asli, Republik Rakyat Tiongkok. Alhasil, keresahan dan kebingungan melanda masyarakat Tionghoa. Karena tidak ada pilihan, beramai-ramailah mend

Kentut

Hmm ... aku yakin ini adalah aktivitas rutin setiap manusia setiap hari. Aktivitas ini bukan cuma dilakukan sekali dua kali, tetapi berkali-kali. Kadang kita melakukannya secara diam-diam, penuh kehati-hatian, dan sedapat mungkin tidak ketahuan orang lain, tetapi adakalanya kita melakukannya secara terang-terangan, apalagi kondisinya sangat-sangat kondusif dan mendukung. Ada sebuah perasaan lega tatkala kita menuntaskannya. Apalagi semakin kuat, kencang, dan panjang bunyinya, ada sebuah kebanggaan tersendiri bisa menghasilkan alunan yang menggetarkan. Namun juga ada perasaan was-was takut ketahuan, terlebih ketika kita berada dalam sebuah kelompok dan secara samar-samar tercium seberkas bau yang khas sekali. Nah, kalau sudah begitu kondisinya, kita akan berdiam diri dan berusaha seolah-olah tidak terjadi apa-apa, atau kalau cerdas pura-pura bertanya kepada tetangga sebelah: eh ... cium bau tidak enak nggak? Hahaha Tahukah teman-teman tentang kentut itu? Secara penelitian ilmiah yang di

Gosip

Tiada hari tanpa gosip. Demikianlah ungkapan yang beredar di republik ini. Bagaimana tidak? Lihat saja di media massa, terutama yang namanya TV. Sejak pagi, sejumlah tayangan yang membahas kehidupan selebriti, entah itu benaran ataupun gosip, berlomba-lomba menarik pemirsanya dengan sajian-sajian yang mereka klaim eksklusif dan fakta adanya. Dan siapa lagi yang tidak tergoda untuk nongkrong dengan manis di sana selain para ibu-ibu, baik yang berperan sebagai ibu rumah tangga maupun mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk berangkat kerja? Bahkan bapak-bapak pun konon banyak yang tersedot untuk menontonnya dengan alasan menemanin anak nonton TV, tapi kenapa sih yang dinonton acara gosip? Jadi jangan heran kalau sampai di kantor, ada celutuk seperti ini: "Eh ... udah tahu belum kalo ternyata si anu ketahuan selingkuh dengan si itu ..." "Kabarnya si ini sedang mengajukan proses perceraian dengan pasangannya lantaran pasangannya sering main pukul yah, gimana tuh lengkapny

Respon

"Peristiwanya tidaklah penting. Yang paling menentukan adalah apa respon kita atas peristiwa tersebut." Apakah teman-teman pernah mendengar pernyataan ini? Kalimat indah di atas sudah lama aku dengar, endap-endapkan maksudnya, dan mencari-cari apakah makna di baliknya. Dan setelah sekian lama berjibaku dengannya aku mendapatkan pencerahan melalui kisah-kisah dari tokoh-tokoh yang luar biasa mempraktekkannya. Salah satunya adalah Viktor Frankl. Pernah dengar namanya khan? Yap ... satu dari sekian orang yang bisa dihitung dengan jari yang lolos dari pembantaian secara besar-besaran dalam rangka pemusnahan etnis tertentu oleh rezim yang ditokohi oleh Aldolf Hitler, Nazi. Sewaktu aku membaca kisah hidupnya, bagaimana dia mampu untuk melihat secara perspektif lain sewaktu di penjara, aku tersadarkan oleh statement di atas. Benar sekali, peristiwa yang dialaminya saat itu adalah dalam proses menuju kematian. Setiap hari dia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana rekan-rekan

Celoteh Malam Hari

Hari ini aku lalui dengan penuh perjuangan. Setelah mencutikan diriku selama hampir 10 hari, dengan hati berat aku harus menceburkan diriku kembali ke sebuah dunia yang bagi banyak orang begitu berat dan membosankan: dunia kerja. Terus terang aku sedikit kagok harus mulai kerja lagi. Membayangkan bakalan ada setumpuk kerjaan yang menantiku sudah membuat nyaliku ciut. Rasa enggan dan malas begitu melandaku. Perjalanan dari rumah ke kantor selama 1 jam serasa lama dan jauh sekali. Tetapi semuanya harus aku lakoni dengan alasan klasik: biar dapur tetap mengebul dan demi sebongkah berlian :) Dan seperti kekhawatiranku, itulah yang terjadi. Aku baru saja meletakkan pantatku ke kursi, buka lapty, cek email seraya blogwaking sebentar, berdatanganlah rekanku satu persatu menyodorkan serangkaian tugas yang harus dan segera aku selesaikan. Dari mulai desain iklan, membuat modul, cek jaringan yang sempat masalah, searching data sebagai tambahan bahan training, dan hal-hal kecil seperti email mace

Status

Dalam keheningan malam, ketika sebagian alam sudah menghentikan aktivitasnya, dengan sengaja aku menceburkan diriku dalam sebuah perenungan akan perjalanan hidupku. Satu persatu memori masa lalu hadir dan tercetak dengan jelas bagaimana diriku hidup, tumbuh, dan berkembang. Selembar demi lembar semuanya tersaji layaknya sebuah pertunjukan slide layar lebar yang seketika mencengangkan diriku bahwa sudah banyak yang sudah aku lewati. Sepatah ucapan syukur dengan spontan meluncur dari lubuk hatiku yang terdalam, berdesis melalui pita suaraku, mengalir melewati tenggorokanku, hingga menggerakkan lidahku untuk menggetarkan sebuah kata: terima kasih. Semakin hanyut dan tenggelam diriku dalam retrospeksi, secara perlahan tapi pasti ada desakan begitu kuat menekan kantong mata hingga aku tidak sanggup lagi untuk menahan sebutir air membasahi mataku dan menetas meleleh di pipi. Begitu terharu batinku atas kebaikan yang sudah aku terima sepanjang hidup. Begitu bahagia diriku menyadari semua yang

Chutzpah

Hahaha ... kembali aku memperkenalkan sebuah istilah baru: Chutzpah. Tahukah Anda akan artinya? Aku adalah salah satu penggemar Oprah. Seri talkshow yang mampu menyedot perhatian pemirsa di rumah dengan menghadirkan rumor, issue, kehidupan selebriti, perwujudan mimpi sebagian orang, hingga mampu menjadi arena untuk mendamaikan pihak-pihak yang berseberangan. Disajikan dengan setting santai, acara ini aku yakini adalah salah satu show yang paling ditunggu-tunggu, baik oleh penonton maupun orang tertentu untuk dijadikan tokoh acara. Masih sangat jelas diingatanku, bagaimana dalam suatu episode, dia begitu royal dengan membagi-bagikan mobil kepada semua penonton live. Semuanya dapat bagian. Mungkin ada yang datang dengan angkutan umum, atau sebagian besar membawa kendaraan sendiri, tidak disangka-sangka pulang dengan senyum ceria seraya memboyong boil baru. Wow ... keren ... sambil membayangkan seandainya daku juga berada di sana hahaha ... Salah satu seri yang juga jelas di memoriku, ada

Pendatang Baru

Akhirnya ia datang Tangis pertama menghentak kalbu Apakah berairmata? Itu pasti genangan permata Wajah-wajah siapa di sana? Dikenang pula untuk hari ini dan seterusnya Senyum, tawa, ceria diikat dalam buaian Tidak berkata-kata, Hanya tatapan Hanya belaian Ia sudah mengerti * * * Itulah seuntai puisi yang aku terima via SMS dari adikku nun jauh di negeri tetangga kala berita kelahiran onga tersebar ke seluruh penjuru dunia. Puisi itu menggenapi sejumlah SMS, e-mail, serta telp sebagai ungkapan sukacita dan kebahagiaan tatkala penantianku selama hampir 9 bulan lebih jebol dalam sehentak tangisan yang sudah lama aku harapkan. Yah ... onga telah lahir. Dia secara resmi sudah bergabung bersama kami dalam sebuah keluarga kecil bahagia. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena sudah menunjukkan kebaikan dan keperkasaanNya dalam proses penantian panjang ini. * * * Kamis, 6 April 2006, jam 05.00 tiba-tiba aku terbangun. Tidak biasanya aku begitu, karena aku selalu bangun saat wekerku y

Terima kasih

Aku yakin kita sudah sangat akrab dengan kata ini. Ada yang melafalkannya menjadi thank you. Sebagian mengucapkannya kam sia. Ada pula yang berujar mauliate. Selain itu juga akrab di telinga kata: xie xie, gracia, matur nuwun, saohagolo, serta beragam pelafalan lainnya. Dia adalah sebuah kata sederhana yang sangat mudah untuk kita jumpai di mana-mana. Seuntai kalimat dari kombinasi beberapa aksara yang mempunyai makna mendalam dan sangat besar artinya bagi yang menerimanya. Sebuah senandung kepuasan dan kebanggaan bagi sebagian insan yang menerimanya sebagai penghargaan atas apa yang mereka lakukan. Namun, aku perhatikan kata ini semakin hari semakin kehilangan esensi sejatinya. Dalam pengamatanku, dia hanya terucap tatkala kita merasa mendapat suatu pemberian yang sangat berharga, atau saat berhadapan dengan pribadi yang jabatannya lebih tinggi dari kita. Misalnya ketika seseorang menerima pujian dari bozz tertinggi, maka dengan penuh rasa hormat kata ini keluar berulang-ulang dari mu

Demo

Tiada hari tanpa demo. Begitulah pameo baru yang beredar di Republik ini semenjak rezim orde baru tumbang. Dulu, orang akan berpikir 1001 kali kalau mau berdemo ria. Meskipun negara kita memiliki UUD'45 di mana salah satu pasalnya adalah kebebasan mengeluarkan pendapat, tetapi itu bukanlah sebuah jaminan mutlak. Resikonya sangat berat. Kalau ketangkap, nyawa bisa menjadi taruhan. Alhasil, jarang sekali kita mendengar ada pengerahan massa besar-besaran untuk mendemo pemerintah. Memasuki era reformasi, sebuah masa yang disebut-sebut juga sebagai era kebebasan, demo bermunculan di mana-mana layaknya jamur yang tumbuh subur diterpa derasnya air hujan. Tidak suka ini demo. Nggak setuju dengan itu demo. Kagak terima dengan ono demo. Pokoknya sedikit-dikit langsung demo. Dan hari ini Jakarta kembali dipenuhi para pendemo. Dari berita yang aku dengar di pagi hari, dari arah Tangerang sebanyak 54 bus dikerahkan untuk meramaikan suasana. Dari arah Depok ada 50 bis menyusul. Entah dari daerah

Deja Vu

Ada beberapa hal yang menjadi misteri bagiku, dan aku selalu mencari kebenarannya. Ketika hal-hal tersebut ditampilkan, baik lewat bacaan, tayangan, maupun pembicaraan, inderaku langsung tanggap dan seketika seluruh diriku terseret untuk menyimaknya dengan serius. Bagiku, mereka begitu menggoda, misterius, hingga menggelitik imajinasiku untuk bertanya-tanya: benarkan semua itu, apakah rahasia di balik semuanya, bagaimana itu bisa terjadi, dan yang terpenting adalah apakah jawabannya. Satu hal misteri yang sempat aku tuliskan adalah tentang fenomena mimpi [bagi pendatang baru yang belum sempat terbang bersamaku menerobos alam mimpi, silakan klik di sini ]. Dan kejadian lain yang sempat dan masih membuat diriku gelisah, penasaran, hingga menjadi sasaran bidikku adalah apa yang dinamakan Deja Vu. Keren yah istilahnya hehe ... Saat aku coba googling, dan aku mendapatkan sebuah pengertian yang menarik versi Merriam Webster Medical Dictionary: The term déjà vu is French and means, literally,

Burjo

Hahaha ... ini sebuah istilah baru lagi. Pernahkah mendengar istilah ini: Burjo? Bagi Anda yang pernah menghabiskan waktunya sebagai anak kost, terutama di Jogjakarta, pasti pernah mampir di sini. Tempat ini sering digunakan tempat untuk mangkal, menghabiskan malam dengan teman-teman, tempat memuaskan dahaga dan lapar. Jadi tidak heran tempat ini merupakan salah satu tempat favorit bagi sebagian anak kost, termasuk diriku. Bubur kacang ijo, demikian kepanjangan dari burjo. Dengan harga yang sangat terjangkau, akan tersaji dengan indah di depan kita semangkok panganan yang isinya kacang ijo, ketan item, dan dilumuri santan putih. Kadang ada yang minta disajikan hangat, dan dengan menambah seratus perak beberapa bongkah kecil es batu nongkrong siap memberikan kesegaran tiada taranya. Selain itu, warung burjo juga menyediakan jajanan lain. Menunya ditampilkan dengan kreatif dan memikat. Anda tahu di sana juga jual intel? Itu bukan intel beneran atau intel-nya pentium, tetapi singkatan dar