Skip to main content

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah.

Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam?
Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...'

* * *

Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut.

Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbelakangi kondisi jaman dulu yang tidak semewah sekarang dalam hal penerangan. Dulu sumber penerangan utama adalah api seperti petromaks, lilin, dan sejenisnya. Tidak seperti sekarang yang sudah serba listrik. Jadi hemat saya nasehat ini ada karena hari sudah malam, suasana gelap, dan supaya tidak ada barang berharga yang tersapu, makanya kalau menyapu sebaiknya ke dalam.

Penjelasan nasehat lain : anak perempuan tidak boleh bangun siang karena akan berat jodoh. Memangnya benar ada hubungan langsung antara bangun siang sama jodoh? Pastilah tidak ada. Jadi apa penjelasan logisnya? Kemungkinan ini. Anak perempuan jaman dulu selalu identik dengan suasana dapur dan pekerjaan rumah tangga. Jadi kehadirnya anak perempuan diharapkan bisa meringankan beban seorang ibu dalam mengelola pekerjaan rumah. Sehingga tidak heran para ibu akan 'cerewet' kalau anak perempuan mereka bangun telat. Bisa-bisa proses kaderisasi mandeg. Nah, untuk mengantisipasi hal itulah makanya nasehat ini dihembus-hembuskan.

Ada juga nasehat supaya jangan memotong kuku waktu malam, karena akan datang hantu kuku menangkap dan memotong kita. Pernah dengar nasehat ini? Kalau iya berbahagialah hehe ... Lantas apa alasan logisnya? Kira-kira begini. Karena hari sudah malam, riskan kalau potong kuku. Salah-salah malah jari kita berdarah karena salah potong. Selain itu karena hari sudah malam, kita cenderung mendekatkan mata ke guntingan supaya terlihat lebih jelas. Resikonya adalah takut kalau guntingan kuku itu tidak sengaja masuk ke mata kita

Jadi ... kenapa orangtua kita jaman dulu memberikan nasehat penuh mitos tersebut? Belum ada penjelasan secara resmi. Tetap menurutku ada 2 kemungkinan.

Pertama, ilmu parenting jaman dulu pastilah tidak secanggih sekarang. Buku-buku tentang parenting juga belum banyak. Keleluasan untuk mengakses informasi tentang parenting juga tidak sedahsyat sekarang. Karena belum banyak ilmu tentang parenting, maka cara terbaik supaya anak taat kepada orangtuanya adalah dengan 'menakut-nakuti' mereka dengan sejumlah pamali.

Alasan kedua adalah karena ajaran turun-temurun. Ada teori mengatakan bahwa seseorang cenderung mengajarkan sesuatu berdasarkan referensi yang mereka terima. Kaitannya dengan nasehat pamali? Jelas. Orangtua kita mendapatkan ajaran seperti ini dari orangtua mereka. Dan bisa dipastikan dengan referensi yang mereka terima mereka akan mengajarkan hal yang sama untuk anak-anak mereka juga.

Oklah. Kita sudah menjadi 'korban' nasehat demikian. Terimalah itu. Hemat saya, yang menjadi tugas kita sekarang adalah memutuskan nasehat-nasehat pamali tersebut dan menggantinya dengan penjelasan-penjelasan yang masuk akal. Harapan lebih lanjut anak-anak kita akan mengajarkan hal yang 'benar' juga untuk anak-anak mereka. Setuju? Yaksip.

Comments

Popular posts from this blog

Mie Godog Jawa ... Harga Sebuah Ketaatan

Aku ada janji meeting jam 14.00 di Bentara Budaya Palmerah. Jam 12.30, aku jalan dari kantor (Galaxy Bekasi). Tidak ketinggalan aku aktifkan Maps untuk mendapatkan advise jalur yang paling lancar. Maps merekomendasikan tol dalam kota, dan diperkirakan aku tiba di lokasi jam 13.45. Ok. Aku jalan. Kalau aku tiba sesuai waktu yang diperkirakan itu berarti aku akan kehilangan kesempatan untuk lunch. Berpaculah aku dengan waktu. Saat masuk tol Bekasi Barat, Maps merekomendasikan jalur alternatif yang bisa menghemat waktuku sekitar 15 menit. Hmmm ... interesting. Aku lirik jalur yang direkomendasikan. Aku harus keluar di Cawang, kemudian lanjut arteri sampai Pancoran, setelah itu baru nyambung tol lagi di Pancoran. Akal sehatku berkata: itu kan jalur macetttt. Sempat terlintas untuk aku abaikan rekomendasi ini. Apalagi menjelang simpang keluar cawang dan Gate Halim, aku lihat arah Halim lancar. Bimbang dan nimbang. Sepersekian detik, aku putuskan untuk ikut rekomendasi maps. Aku pun kelua...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...