Skip to main content

Hukum Kekekalan Energi

Sejenak kembali ke masa sekolah yuk. Dari sekian banyak mata pelajaran, ada satu yang tidak aku suka. Teman-teman tahu apa itu? FISIKA. Yahhh ... selain karena dia bersifat eksata yang notebene banyak rumus dan perhitungan, juga disebabkan karena dulu guru yang ngajar itu tidak asyik orangnya. Guru itu dikit playboy, jadi baik dan ramahnya sama murid cewek aja. Sedangkan kita yang cowok-cowok, sedikit merasa tersingkirkan karena sering dianggap penggangu saja hehehe ...

Dari sekian banyak rumus dan hukum fisika yang ada, satu hukum yang selalu nyantol di pikiranku adalah Hukum Kekekalan Energi. Secara bahasa ilmiah sih hukum ini berbunyi "Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan". Tapi kalau mau disederhanakan, hukum ini mengatakan bahwa jumlah energi yang dikeluarkan adalah sama dengan jumlah energi yang dihasilkan. Jadi perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidak merubah jumlah atau besar energi secara keseluruhan. *Lhoo ... perasaan bukannya tambah sederhana yah, malah tambah mumet hehehe ...*

Pokoknya intinya begini deh. Kita ambil contoh saja: misalnya kita berteriak. Aktivitas teriak itu khan aktivitas mengeluarkan energi. Lantas bukan berarti energi yang kita keluarkan untuk teriak itu sia-sia atau hilang begitu saja, tetapi dia bertransformasi bentuk menjadi suara atau bunyi, yang jika diukur [entah gimana dan apa alat ukurnya] jumlah energi yang kita keluarkan untuk teriak sama dengan jumlah energi bunyi atau suara yang dihasilkan. *Masihkah bingung? Hehehe ... semoga tidak yah :)*

Kejadian yang sama juga berlaku pada perubahan energi batu baterai menjadi terang sinar senter, tenaga drummer menggebuk drum setara dengan kencangnya bunyi drum yang dihasilkan, jumlah bensin yang dihabiskan sama dengan jarak tempuh sebuah kendaraan, hingga lampiasan emosi seseorang dalam bentuk bogem mentah setara dengan rasa sakit dari orang yang kena pukulan. Intinya: tidak ada yang hilang secara sia-sia atau percuma.

* * *

Kalau di dunia Fisika ada Hukum Kekekalan Energi [HKE], secara paralel sebenarnya dalam hidup ini ada sebuah hukum kehidupan juga yang dinamakan Hukum Kekekalan Kebaikan. Nah ... apalagi barang baru itu?

Hukum Kekekalan Kebaikan [HKK] prinsipnya sama juga dengan HKE. Proses kerjanya juga sama, yaitu secuil perbuatan kebaikan yang pernah kita lakukan tidak akan berlalu dengan sia-sia juga. Dengan kata lain semakin sering kita melakukan kebaikan pada orang lain, maka jumlah kebaikan yang akan kita terima dari orang lain juga semakin banyak. Demikian juga sebaliknya.

Hanya bedanya dengan HKE adalah masa proses itu terjadi. Kalau HKE, perubahan energi yang terjadi seketika itu juga, sedangkan di HKK tidak terjadi secara instan. Jadi sangat jarang sekali misalnya kita hari ini menolong orang lain, hari itu juga atau besoknya kita langsung menerima buah dari kebaikan kita. Prosesnya sangat misterius dan kita tidak bisa menebak kapan itu terjadi.

Seumpama kalau memang kita terima saat itu juga, bersyukurlah, karena memang itu sudah jatah dan bagian kita. Tapi kalau emang belum waktunya, janganlah ngomel, kecewa, marah, trus akhirnya tidak mau berbuat kebaikan lagi. Semuanya berproses. Bukankah ada istilah: Segala sesuatu pasti indah pada waktunya?

Yang sering jadi masalah khan banyak yang tidak mau mengerti dan maunya seketika itu juga menuai hasilnya. Sebuah budaya yang akrab disebut budaya instan. Memang sih sikap ini tidak bisa disalahkan, karena itu adalah kodrat alami insani. Tapi di sinilah justru kualitas dan mental kita diuji, apakah kita adalah insan yang berkualitas hebat atau justru orang memble alias tahunya cuma protes demi kepentingan pribadi semata.

Satu hal yang kadang tidak disadari adalah sering kebaikan yang kita lakukan hari ini tidak kita terima balasannya, bahkan sampai kita meninggal pun kita tidak terima. Lantas ke mana aja hasilnya? Apakah itu berarti teori HKK ini gugur? Kalau iya, sia-sia dong kita berbuat kebaikan. Jawabannya TIDAK. Lho kok bisa? Iya ... karena kerap semua kebaikan kita justru dinikmati keturunan kita alias anak-cucu kita.

Pernah ndak teman-teman kebingungan seperti ini, entah angin apa yang berhembus, tiba-tiba aja ada orang datang kepada kita, trus ngomong dulu kenal dan akrab sama ortu atau kakek kita, kemudian seperti mendapat duren runtuh --yang montong lagi-- kebaikan itu datang begitu saja kepada kita. Nah, kalau sudah begitu apa yang bisa kita katakan?

Dalam ajaran agamaku, ada istilah Hukum Tabur-Tuai. Di sana dikatakan dengan jelas: Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Kalau kita menabur kebaikan, maka kebaikan jugalah yang akan kita tuai. Dikatakan juga di sana, jumlah yang kita tuai tidak sama dengan jumlah yang kita tabur, tetapi sering lebih alias berlimpah. So ... mungkin istilah yang dipakai harus diubah kali yah, jadinya Hukum Kelimpahan Kebaikan :)

Aku tidak tahu ajaran agama lain menyebutnya apa. Tapi yang aku tahu mungkin sama kali yah dengan hukum karma ...

* * *

Kalau ada Hukum Kekekalan Kebaikan, berarti juga ada Hukum Kekekalan Kejahatan yah ... Waaaa ... jangan deh kena yang satu itu. Makanya, hidup ini harus selalu dipenuhi dengan kebaikan, biar dunia ini semakin indah, cinta bertumbuh, dan kasih bersemai dengan subur. Setuju khan???

Comments

  1. Anonymous3:05 PM

    Setujuuuuuu. hehe... seandainya saja dunia ini isinya orang2 kayak Hendri semua, pasti gak akan ada kejahatan. :)

    ReplyDelete
  2. Anonymous7:15 PM

    Setuju... . Memang Hukum2 Fisika, Matematika, dan Kimia serta ilmu2 eksak lainnya tuh penerapannya sangat luas koq... :D Kebanyakan orang gamau tau, makanya dibilang ga berguna, pdhl kalo mau ditelusuri, berguna skali loh... :D

    Btw, kalo aku dapet "rejeki" duren runtuh malah ga seneng, ga suka duren sih, he3.... :D

    ReplyDelete
  3. setujuhhhhh!! cuma aku kok belon bisa jadi orang baek yah? hiks...

    ReplyDelete
  4. Anonymous12:21 AM

    setuju jugaaaaa ... cuma kadang kan penerapan ilmu2 fisika, kimia, matematika, dah identik ama serem, susah, njlimet, jadi jarang juga tuh orang yang menerapkan ilmu2 ini kedalam kehidupan sehari2 .... hehhee. nice post :-)

    ReplyDelete
  5. bukan ikut-ikutan, tapi aku juga setuju!!!
    tabur - tuai, itu yang selalu gua rasain.
    gua mau tuh duren runtuh, yang monthong ya... :)

    ReplyDelete
  6. Dewi: Ahhh ... bisa aja dikau. Ndak seru ah kalo orang2nya kayak Hendri semua. Dunia bakalan sepiiiiiii ... damaiiiiiii ... tentrammmmm. Ndak asyik. Asyiknya khan kalo banyak kejahatan, tragedi, bencana alam HAHAHAHA

    Zilko: Bukannya ndak mau Zilk, tapi malas soalnya mumetin otak HAHAHA . Kenapa tidak suka duren? Padahal ueeenakkk lohhhhh :)

    Yenny: HAHAHA ... blm bisa jadi orang baik? Tanyakan kenapa??? *bacanya dimirip2in iklan salah satu produk rokok yah :)*

    Engeltje: Iya. Lagian kalo udah dengar kata2 FISIKA, MATEMATIKA, KIMIA ... rasanya gimanaaa gitu hehe ... Thx :)

    Xu: Sering yah kena tabur-tuai. Cerita dong kalo gitu :)) *sambil lemparin duren montong hahaha*

    ReplyDelete
  7. Anonymous12:59 PM

    Mau dong duren montongnyaa hehehe ...

    Dipikir2, bener juga yah. Kadang ngerasa juga kok berbuat baik tapi ndak ada hasilnya. Trus sering heran juga tiba2 datang dari mana aja kebaikan dari orang lain. Rupanya karena hukum fisika juga toh :)

    ReplyDelete
  8. hehehe iya sih, kadang kita berpikir yang nolong aja lama ditolongnya apa lagi yang gak nolong sapa-sapa.. uh jangan salah justru biasanya mereka malah berjaya ditolong sapa aja dimana aja

    ReplyDelete
  9. Duren? hmmm..nyam..nyam..Januari masih musim duren gak yah? ini apa seh, ngawur banged dah ah..wakakakakkk..

    ReplyDelete
  10. Anonymous1:48 AM

    Bikin Hukum Kekekalan Blog ahh

    ReplyDelete
  11. setuju denngan akang hendri :D

    ReplyDelete
  12. Anonym: Emang sering juga ngalami gitu yah :) Jd Fisika itu dahsyat yah ...

    Afin Yuliani: Pernah ndak punya pengalaman gitu? Cerita2 dong :)

    Yulia: Kalo duren mah, di indo sih perasaan ada terus tuh. Terutama yang montong :)

    Leo: Jadi bunyinya gimana? Blog forever gitu yah hahaha ... Blog yang satu mati, blog lain bermunculan :)

    Mel: Haiya ... panggil koko dong. Masak akang ... nuhunnnn ..

    ReplyDelete
  13. setujuuuu.... bahwa fisika itu mata pelajaran paling menyebalkan sedunia, wakakakaa.....

    ReplyDelete
  14. hehehe klo gw menganut hukum..... gedenya kado sesuai dengan traktiran hihihihihi

    ReplyDelete
  15. Ester: Give me five *toast* hehe ... tapi heran juga yah, udah tahu tuh mata pelajaran mumet, tapi ada juga yang doyan. *geleng2 kepala tidak habis pikir*

    Tata: HAHAHA ... itu namanya hukum apa dong. Hukum Kekekalan Kado :))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...