Skip to main content

Banjir [2]

Jakarta banjir lagi? Ah ... itu bukan cerita baru, udah basi ... Sampai-sampai ada sebuah iklan yang selalu menyindir dan mengkritik mengatakan: selamat datang banjir bandang. Lho, banjir kok diselamati dan ditunggu-tunggu he he ... Tetapi itulah yang terjadi hari ini.

Setelah hampir seminggu kemarin, tepatnya setalah imlek, kota Jakarta disinari dengan gagah matahari. Aku kita musim penghujan udah lewat, jadi udah bersiap diri neh, menyambut indahnya dan panasnya kota Jakarta ... Namun, sejak 2 hari terakhir ini cuaca kembali berubah. Awan-awan gelap mulai berdatangan seolah berkata kepada matahari, 'hei ... masamu belum tiba, nyingkir sana. Kita masih belum puas dan cukup memberikan air mata kami sebagai tanda turut prihatin atas kejadian-kejadian yang sedang dan sudah dialami penduduk Jakarta ... '

Dan, kemarin pagi, hujan mulai turun. Tapi, itu belum cukup untuk menenggelamkan sebagian kota Jakarta. Puncaknya, sejak jam 3 pagi [kebetulan aku terbangun karena kebelet pipis he he], hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Jakarta. Sampai aku bangun jam 05.30, hujan masih saja turun. Mmm ... alamat buruk neh, pasti ntar banjir di mana-mana, demikian pikirku.

Benar saja. Sepanjang jalan yang merupakan langganan banjir kelelep. Misiku pergi ke kantor diawali dengan sukses. Seperti biasa, aku kembali mengambil jalan Kemayoran untuk antar istri. Setelah itu, aku menelusuri ruteku yang hampir 3 tahun ndak bosan-bosannya aku lewati. Lancar ... begitulah pikirku. Tapi apa benar?

Ternyata tidak. Banjir kali ini lebih dahsyat dibanding kemarin. Sampai perempatan Cempaka Mas, aku lihat kiri-kanan banyak teman-teman senasib hanya bisa melonggok dan bengong karena banjirnya bener-bener dalam. Aku pun ikut bergabung dengan rombongan itu, sambil memperhatikan situasi dan menimbang-nimbang apakah motorku kali ini bisa lewat atau tidak.

Wuss ... dari kanan jalan ada pengendara motor yang nekad menerobos, namun beberapa saat kemudian diapun berbalik sambil mendorong dengan susah payah. Wah ... mogok he he ... Beberapa lama kemudian, lewat lagi beberapa motor, dan kali ini nggak balik, artinya sukses melewatinya. Berulang-ulang aku amati mereka-mereka yang memberanikan diri, dan statistikku berbicara lebih banyak yang berhasil daripada gagalnya. Setelah hampir 20 menit, di dalam sebuah persimpanan dan pergumulan apakah jalan terus atau balik ke rumah saja ... dan batinku mendesakku untuk mengambil keputusan tegas dan secepatnya. Balik atau maju ...

Akhirnya akupun mengambil langkah maju aja. Pikirku motorku rutin servis, berarti pasti ndak mudahlah untuk mogok, ditambah lagi aku juga melihat banyak yang berhasil ... kalau mereka iya kenapa aku juga tidak. Dengan doa minta perlindungan dariNya, sambil melantunkan lagu-lagu penguatan dan berharap, aku pun melewatinya, dan sukses.

Namun, ketika mendekati RS Mediros di Pulo Gadung, mesin motor saya mati juga. Aku pun meminggirkannya, dan berulang-ulang starter baik tangan maupun kaki. Syukur, berhasil nyala ... Sambil memanas-manasin mesin, seseorang mendekatiku dan bertanya, dalam nggak banjir jalur ke Cempaka Mas. Aku pun menjelaskan lumayan-lah, kalo mau nekad bisa lewat ... Aku pun balik tanya, kalo ke arah sebaliknya ... katanya lancar. Wow ... secercah harapan memelekkan mataku, dan sebelum berpisah aku ucapin sebuah kata, cobalah keberuntunganmu he he ...

* * *

Kalau aku bisa tulis ini, berarti aku udah duduk dengan manis di kantor. Namun, sepanjang perjalanan aku belajar beberapa hal.

Pertama, sering kali kita diperhadapkan pada sebuah persimpangan, yang memerlukan keteguhan hati kita untuk memilih dan menentukan, apa yang baik dan buruk, benar dan salah, dan mendesak kita untuk segera memutuskannya. Aku bercermin pada diriku, masih banyak titik-titik yang selama ini aku abaikan dan telantarkan begitu saja tanpa ada sebuah keputusan yang jelas. Istilahnya masih ngambang. Apakah dengan kejadian ini, aku semakin dicerahkan dan dikuatkan untuk segera memutuskan ke-ngambang-anku selama ini? Semoga ...

Kedua, keyakinan. Sama seperti teman-teman perjalanan lain yang berani menerobos meskipun melihat kiri-kanan ada yang mogok dan menunggu lihat-lihat kondisi, namun aku percaya mereka mempunyai sebuah keyakinan bahwa mereka bisa melewatinya, dan benar. Aku pun yang tertular keyakinan tersebut akhirnya bisa melewatinya juga.

Ketiga, kita memerlukan partner untuk mengetahui situasi di mana kita sedang berada. Seperti ketika aku mendapatkan informasi bahwa jalur yang akan aku lewati tidak kebanjiran, maka dengan penuh percaya diri aku melaju. Seandainya aku tidak dapat info tersebut, mungkin sepanjang jalan aku akan was-was dan ketika melihat di depan ada sedikit genangan, aku pasti berhenti sebentar atau memelankan laju motorku untuk melihat situasi dan apa yang orang lain lakukan ...

* * *

Dan aku tidak tahu apa yang dilakukan teman baruku yang mendapat info dariku ... aku yakin dia juga dalam sebuah persimpangan juga ... semoga dia juga bisa belajar sesuatu seperti diriku ...

Comments

  1. satu kata perjuangan ihihih
    turut prihatin dah sama banjirnya...benci aku kalo hujan dan banjir!

    ReplyDelete
  2. Iya ... perjuangan ... *sambil manggut-manggut*

    ReplyDelete
  3. duh banjir lagi banjir lagi. semoga besok cerah dah cuacanya. serba susah ya...hujan banjir, panas kemarau, kering

    ReplyDelete
  4. Dian: yah ... begitulah yang namanya manusia, maunya seenaknya :)

    Eh, blogmu kok ndak ada link-nya?

    ReplyDelete
  5. Anonymous5:24 PM

    Apa ngak bosan tiap kali musti hadapin banjir ? tapi sama spt hidup , suka tidak suka , mau tidak mau kita harus hadapi semuanya yah Hen.Kalau gitu nyetok sendal jepit aja lebihan hahaha

    ReplyDelete
  6. Anonymous5:24 PM

    Apa ngak bosan tiap kali musti hadapin banjir ? tapi sama spt hidup , suka tidak suka , mau tidak mau kita harus hadapi semuanya yah Hen.Kalau gitu nyetok sendal jepit aja lebihan hahaha

    ReplyDelete
  7. Hendri,

    Banjir bawa hikmah, setidaknya ada 3 pelajaran yang di petik :)

    Di lubuk hatiku, dgn tulus mendoakan semoga peristiwa was was sepanjang tahun itu cepat diantisipasi pemerintah...Jd ingat kejadian bulan February bbrp tahun silam...sepinggang..bersama para tetangga ..berjalan tersendat sendat..

    ReplyDelete
  8. Wah, untung Jogja ga sering2 banjir.... :)

    ReplyDelete
  9. banjir emang menyebalkan kadang2, tapi itu kan gara2 ulah manusia yang buang sampah sembarangan... saluran air jadi mampet... banjir deh...
    jadi inget iklan TANYA KENAPA yang versi banjir... hehehe

    ReplyDelete
  10. Lisa: betullll ... bukankah dengan adanya kejadian ini membuat kita semakin tangguh? Sandal jepit he he ... good idea :)


    Sisca: Ohhh ... pernah toh mengalaminya he he ... aku pernah punya pengalaman yang mengasyikkan kala itu, kapan2 aku cerita yah :)


    Zilko: Iya tuh. Bersyukurlah dikau dilahirkan di sono :)

    ReplyDelete
  11. pernah juga tuh gw kerja di kantor smg, banjir selutut, tapi tetep disuruh kerja juga. untung sangu sepatu boots. sambil liat kebawah terus kalo2 ada ular nyasar, hiiii...

    ReplyDelete
  12. Yah ... begitulah kalau jadi karyawan yah. Banjir tetap harus masuk. Kalo bos tinggal telp, "aku cuti hari ini, ada pertemuan bisnis ha ha "

    Ular nyasar? Ihhh ... seremmmmmmm

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...