Skip to main content

Gemuk

"Wah ... kamu tambah gemuk yah. Naik berapa kilo?"
"Wuihh ... sejak menikah makin makmur aja, udah ada yang perhatikan yah ..."
"Eh ... itu perut atau bola, kok bisa besar dan bulet gitu? Weleh-weleh ... udah terjamin nih yee ..."

Itulah beberapa reaksi teman/saudara/sahabat yang sudah lama tidak ketemu aku.

Gemuk? Mmm ... Harus kuakui, sejak punya pacar kemakmuran diriku secara perlahan-lahan mulai kelihatan. Puncak kejayaannya adalah setelah menikah.

Waktu masih bujangan, yang diperparah lagi nge-kost waktu kuliah, itu merupakan masa-masa tersuram bagi tubuhku. Lha ... gimana ndak? Masa-masa bujangan ndak ada tuh yang memperhatikan diriku, terutama dengan pola makanku.

Perut ini cuma diisi kalo perlu aja, entah itu pagi, siang, ataupun malam tidak ada jadwal teratur untuk itu. Pokoknya kalau perut udah menjerit, tubuh udah lemes dan keringatan, itulah tandanya tubuh ini minta disuplai. Kalau tidak ... sori yah ...

Gizi dan vitamin yang masuk ke tubuhku juga sangat sedikit. Maklum, yang namanya anak kost itu harus dan kudu ngirit. Jarang banget tuh, yang namanya daging ato ikan, apalagi vitamin kayak redoxon ato nutrisari yang mampir melewati pencernaanku. Yang paling sering dan akrab dengan ususku adalah telor, tempe, tahu, nasgor, dan kadang-kadang lele ... Yang namanya jajan seperti roti, coklat, makanan-makanan yang MSG-nya tinggi juga bisa diitung dengan jari berapa kali aku mengkonsumsinya.

Waktu aku melihat fotoku di masa muda [cielee ... sekarang udah tua nih ye :) ], aku terharu. Di situ aku kelihatan kurus-kurus sekali. Tulang pipiku tertera begitu jelas, perutku masih kempes, tanganku kelihatan jelas urat-uratnya. Berbeda jauh dengan foto sekarang. Pipi udah mulai gembul, perut bulat menonjol, dan tangan sudah banyak dagingnya. Intinya semacam metamorfosa yang sukses dan berhasil he he ...

Tahu beratku dulu waktu itu? 50 kg. Dengan tinggin 172 cm, bisa khan membayangkan sosokku. Tapi itu adalah masa laluku. Sejak tingkat ke-3 kuliah, secara perlahan tapi pasti keuanganku membaik, dengan mulai mengerti prinsip mengatur keuangan serta ada tambahan dari menjadi asisten dosen, beratku mulai naik. Yah ... meskipun tidak banyak, aku masih ingat naik sekitar 6-7 kg.

Setelah punya pacar kehidupanku lebih terjamin. Jam makan ada yang memperhatikan, menu makanan juga lebih bervariasi, sudah berani mengeluarkan uang ekstra untuk jajan roti, coklat, dll. Di masa itulah beratku stabil antara 64-65 kg.

Bertahun-tahun dengan kondisi itu, perubahan kembali terjadi. Sejak menikah, tiap pagi disediakan bekal, siang juga makan, dan malam selalu dimanjakan dengan makan enak, ditambah lagi cemilan ekstra sebagai teman nonton TV, membuat kegesitanku berkurang banyak. Yah ... aku mulai menyadari tubuhku udah kurang sehat. Jalan sedikit jauh udah keringatan dan ngos-ngos-an, naik-turun tangga 3-4 kali udah pegel nih kaki, angkat-angkat dikit udah cepat capek ... uih ... kurang olahraga neh ...

Aku penasaran, apakah diriku sendiri yang mengalami perubahan seperti ini? Ternyata tidak. Surveiku ke teman-teman seperjuangan, rata-rata sama. Ada temanku yang naiknya cuma 6 kg, ada yang menggembung tambah 12 kg, bahkan ada yang berlipat ganda ekstra bobot 20-an kg. Wah ... kalau aku masih di level aman, masih dapat dipertanggungjawabkan he he ...

Penasaran berapa beratku sekarang?

* * *

Sambil menunggu istriku menebus obat di apotik, pandangan mataku tertuju pada sebuah alat dengan angka-angka yang tertera di bulatan dan jarum yang bergerak menunjuk angka 0. Perlahan tapi pasti, aku mendekati alat tersebut, menginjakkan kakiku, satu persatu menaiki alat tersebut. Dan ... seperti pin of wheels, jarum yang semula di posisi 0 dengan cepat berputar ... sampai setelah beberapa waktu lamanya, jarum terebut berhenti di angka 73.

Wow ... itulah beratku sekarang ...

Comments

  1. ahahaha, aku lagi pacaran, udah setaon tapi belum nambah berat badan tuch.. :P

    ReplyDelete
  2. Xu; he he ... itu karena kurang pinter manfaatin kesempatan dalam kesempitan he he ...

    Tetap usaha yah ... aku mendukungmu selalu :)

    ReplyDelete
  3. wah masih beratan vi3 euy... jadi pengen maluw... hahahahaa...
    btw, Nda juga gitu lho.. makin hari makin tambun tuh badannya.. apalagi perutnya makin mbuncit.. apalagi ntar kalo married deh.. pasti tambah endut lagi.. :D

    ReplyDelete
  4. kekekeke....jadi lucu baca postingannya...

    ulah ibu rumah tangga yang baik adalah membuat tubuh para suami selain menjadi makmur juga muka berseri *sok tahu mode on*

    hehehhee....salam kenal juga mas hendri

    ReplyDelete
  5. pacaran pada masa2 menggebuh2 akan membuat orang langsing but kalo sudah stabil jalannya pacaran dan apalagi kalo sudah nikah dijamin makin makmur terutama buat yang co hahahahahahha....

    :> 172/73 hhhmmm no koment hahahaha

    ReplyDelete
  6. vi3: Ah ... masa'? Jadi malu hi hi ...

    Yoan: Sesuai nama blog-ku, be happy :) Btw, apa bener salah satu tugas ibu RT adalah menggemukkan suami?

    Meli: Ada apa dengan 172/73? Ideal khan :))

    ReplyDelete
  7. Hallo Hendri,

    Jadi targetnya brp kilo ???
    73 apa kurang ?

    Mau kurus ? ntar kalo ada baby mungkin akan lebih langsing...siapa tau loh ? apa malah nambah ya...kita lihat aja nanti :)

    ReplyDelete
  8. Beverly: He he ... bener tuh kata teman loe :)

    Minta bantuan supaya gemuk? Mudah, siapin cemilan sebanyak mungkin di kamar, trus kalo nonton TV jangan biarkan tangan dan mulut ini nganggur. Dijamin pasti gemuk he he ...

    ReplyDelete
  9. Sisca: 73 udah pas-lah ...

    Kalau ada baby jadi kurus? Kok bisa ... Apa karena ada baby, tidurnya jadi kurang trus perhatian istri jadi berkurang ... Wah, alamat buruk nih :(

    ReplyDelete
  10. wah, nyindir suami miniez yah. 73 kg dah bagus tuh buat tinggi 172 cm.

    ReplyDelete
  11. Wah ... ada yang tersindir. Maap, maap :)

    Udah ideal yah Niez?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...