Skip to main content

Valentine

Konon, Tuhan sang Maha Kasih sedih melihat bahwa dunia sudah kehilangan kasih. Peperangan terjadi di mana-mana, kebencian melanda hati manusia, dan kedamaian sudah menjadi barang yang sangat langka. Untuk itu, diutuslah Dewi Amor, dewi cinta, untuk menebarkan virus cinta supaya ketentraman dan kasih kembali menyelimuti hati manusia.

Tetapi apakah misi ini berhasil dilaksanakan? Ternyata tidak.

Kekerasan dan dendam yang sudah sangat berakar ternyata tidak bisa dicairkan begitu saja, dan kekacauan masih terjadi di mana-mana. Maka kembalilah sang Amor ke Tuannya, dan melaporkan kegagalan misinya.

Sang Maha Kasih tidak kehabisan ide. Dipanggillah Dewa Mars dan Dewi Venus dan menggelar pertemuan segi empat. Rembuk punya rembuk, ide demi ide dilontarkan, sampai akhirnya Amor diutus kembali ke dunia dengan didampingi Mars dan Venus.

Hanya sasarannya kali ini lebih terfokus, yakni tebarkanlah cinta dan kasih kepada sepasang cowok-cewek, dan peranan Mars dan Venus penting untuk meluluhkan hati insan yang diwakilinya. Cara ini diyakini lebih ampuh, karena setelah pasangan itu bersatu, kasih dan cinta tersebut diharapkan akan merambat ke lingkungannya dan meluas, sehingga perdamaian dunia pun tercipta.

Beraksilah ketiga dewa-dewi itu untuk menunaikan amanah agung mereka. Dengan panah asmara yang siap ditembakkan Amor, kharisma Mars menghinggapi sang cowok dan pesona Venus menggeluti si cewek untuk membuka hati mereka berdua menjadi sasaran panah Amor. Seketika ... dessss ... dan sambutan berupa sebuah toss ketiga dewa tersebut berseru: mission accomplish.

Sepanjang hari mereka berkeliling mencari pasangan yang siap ditembak ... dan hari itu menjadi sebuah kebahagiaan dan sukacita melimpah meliputi insan yang diberkatiNya.

* * *

Di sepanjang jalan Solo, Jogjakarta, sepasang insan yang lagi dimabuk asmara menelusuri setapak demi setapak, memasuki satu toko demi toko memburu sesuatu yang tiba-tiba menjadi sangat langka. Pemburuan mereka mulai dari Galeria Mal, Supermarket Gardena, dan beberapa toko lainnya ... tetapi mereka tetap tidak menemukannya.

Sang cowok mulai panik, dilihatnya pasangannya yang tetap ceria dan setia menggandeng tangannya dan sekali-kali menyelutuk: 'udah yu', kalau tidak menemukannya juga tidak apa-apa. Besok-besok juga bisa kita membelinya.' Sebuah pernyataan yang menusuk dan menghantam keegoan yang juga sekaligus melipur-larakan perasaan sang cowok, dan penyesalan muncul, kenapa tidak dari jauh hari aku menyediakannya?

Sementara itu, kegelisahan juga melanda sang cewek. Pikirannya udah berkelana ke mana-mana, membayangkan seandainya dia kembali dan berkumpul dengan teman-teman di kostnya, apakah hanya dia yang pulang dengan tangan kosong? Tetapi melihat perjuangan cowok-nya yang tiada mengenal lelah, dan kesungguhan di wajah pangerannya, membuat dia tidak tega dan merasa: ini sudah hadiah yang terbaik bagiku. Aku tidak mengharapkan apa-apa lagi, perhatian dan tekadmu sudah merupakan hadiah terbaik bagiku ...

Setelah menelusuri sekian lama, sampailah mereka toko yang selama ini tidak pernah mereka pikir bahwa di sana ternyata ada barang buruan mereka. Di toko Djago, ada sebuah toples di depan kasir ... dan di dalamnya ada beberapa batang coklat ...

Peristiwa ini masih terekam di pikiranku, 14 Februari 1999.

Met valentine kekasihku ... Tuhan memberkatimu selalu ...

Comments

  1. Anonymous12:11 PM

    How touching....Aku tau galeria, gardena, mirota...tapi Djago?? Sebelah mana tuh ya Ndri?

    ReplyDelete
  2. Itu lho ... yang sebelahan persis ama toko Viva, dipisahkan oleh sebuah gang ...

    Itu 4 taon yang lalu, sekarang ndak tau masih ada ndak ...

    ReplyDelete
  3. very touching.... aku juga punya crita yang model2 gitu .oh... :) jadi inget....jadi kangen....

    ReplyDelete
  4. Wah wah.... :))

    Lho, masa sih di Gale sama Gardena stock coklat bisa habis?? Anyway, touching juga nih critanya... :))

    ReplyDelete
  5. Anonymous5:59 PM

    Mhhh.. romantisnya.. ampe terhanyut nih..

    ReplyDelete
  6. ini nih yg perlu ditiru cowok2, gak gampang nyerah buat beliin sesuatu ama yayangnya. romantis deh.

    ReplyDelete
  7. aiiihhhhh....terharu ngebacanya. trus, coklatnya dibeli ? atau dipandanging saja? hahaha

    ReplyDelete
  8. Hen, Kisah nyata rupanya..:)

    ReplyDelete
  9. Anonymous10:14 AM

    huahuahua...kirain berburu apa? Coklat apaan seh? emang susah yah nyarinya?

    ReplyDelete
  10. Bev: statusku bisa ditingkatkan, dari koko menjadi pi [pangeran impian] he he :)


    Xu: punya juga ... ceritain dong, kita khan pengen tahu juga. Hayo ... cia yo ...


    Zilko: yah ... itulah kejadian sebenarnya. Luar biasa yah :)


    Me: terhanyut? Jangan ampe tenggelam yah ... ntar aku disuruh bertanggungjawab lagi .. khan repot he he

    ReplyDelete
  11. Miniez: setuju ... viva the romatic guy :)


    Dian: terharu? ampe netesin tears ndak :) Coklatnya, beli dong ... langsung borong lagi ha ha ..


    Sisca: yap. My true and real story. Do you have any one?


    Dewi: coklatnya? hi hi ... malu nyebutnya. Tapi sering kok iklan di tipi-tipi, yang ada hadiah VW kodoknya :)

    ReplyDelete
  12. met palentin..moga makin mesra ama lo pho euyyy

    ReplyDelete
  13. met palentin ria woiiiii (wah telat mlulu sih gue)

    ReplyDelete
  14. Meli: met palentin juga ... gimana kabar ko Albert?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mie Godog Jawa ... Harga Sebuah Ketaatan

Aku ada janji meeting jam 14.00 di Bentara Budaya Palmerah. Jam 12.30, aku jalan dari kantor (Galaxy Bekasi). Tidak ketinggalan aku aktifkan Maps untuk mendapatkan advise jalur yang paling lancar. Maps merekomendasikan tol dalam kota, dan diperkirakan aku tiba di lokasi jam 13.45. Ok. Aku jalan. Kalau aku tiba sesuai waktu yang diperkirakan itu berarti aku akan kehilangan kesempatan untuk lunch. Berpaculah aku dengan waktu. Saat masuk tol Bekasi Barat, Maps merekomendasikan jalur alternatif yang bisa menghemat waktuku sekitar 15 menit. Hmmm ... interesting. Aku lirik jalur yang direkomendasikan. Aku harus keluar di Cawang, kemudian lanjut arteri sampai Pancoran, setelah itu baru nyambung tol lagi di Pancoran. Akal sehatku berkata: itu kan jalur macetttt. Sempat terlintas untuk aku abaikan rekomendasi ini. Apalagi menjelang simpang keluar cawang dan Gate Halim, aku lihat arah Halim lancar. Bimbang dan nimbang. Sepersekian detik, aku putuskan untuk ikut rekomendasi maps. Aku pun kelua...

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...