Dua hari kemarin aku dapat tugas dari kantor untuk menemani bos memberikan training di salah satu hotel di Jakarta. Mungkin ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan fans setiaku [cieleee ...] mengapa 2 hari ini aku sepertinya hilang ditelan bumi he he ...
Ada suka, demikian juga ada duka mengikuti kelas training.
Sukanya adalah aku bisa bertemu dengan lebih banyak orang baru, sehingga bisa menambah kenalan dan relasi. Selain itu aku bisa mendapatkan ilmu baru, penyegaran baru, antusias baru, serta suntikan motivasi untuk semakin bersemangat dalam bekerja. Selain itu ada variasi baru untuk mengatasi kebosanan dan kerutinan kerjaku sehari-hari ... yah, semacam refreshing gitu ...
Sedangkan dukanya, kelihatan lebih banyak dari sukanya he he ... Yang jelas, sebagai orang yang bertanggungjawab atas lancarnya kelas training, aku harus rela mengurangi jam tidurku dengan bangun 1 jam lebih awal dari biasanya. Kalau hari normal jam 5.30 atau 06.00 aku baru memelekkan mata, tidak sesantai itu kalau ada training. Jam 04.45 sudah harus bangun, mandi, rapi-rapi, dan jam 06.00 sudah harus cabut dari rumah.
Ada sebuah komitmen tidak tertulis di kantor kami, kalau training, kita minimal harus sampai di tempat training maksimal 1 jam sebelum peserta datang. Jadi kalau acara mulai jam 08.00, maka paling telat jam 07.00 kami sudah harus tiba.
Apa yang kami lakukan sepagi itu? Banyak. Di antaranya memastikan setup ruangan udah ok, memasang laptop, LCD, serta sound system supaya standby and ready to use, menyusun name tag peserta dan lembar registrasi, membagikan modul ke meja peserta, serta memastikan coffee morning udah ready ... ribet juga yah :)
Selain duka waktu, ada satu hal yang selalu merisaukanku dan membuat aku agak jengah, yaitu tentang makan. Lho, emangnya kenapa? Bukankah makanan di hotel terkenal enak dan melimpah?
Oh ... kalau itu jelas. Aku coba uraikan kronologi makanan yang berlimpah kalau mengikuti training.
* * *
Acara selalu dimulai jam 08.00. Setelah sesi perkenalan dan pembukaan, jam 10.00 akan ada coffee break. Di luar ruangan training telah tersedia kopi dan teh, serta tidak ketinggalan kue kecil seperti resoless, mini pizza, mini black forest, atau brownies yang dibuat dalam bentuk memikat dan mengundang selera. Mmm ... pagi-pagi setelah terkungkung dalam ruangan AC yang ekstra dingin, siapa yang tidak tergoda dengan semuanya itu.
Setelah break sekitar 15 menit, sesi pertama kita mulai sampai jam 12.00.
It's lunch time. Senyum manis para pelayan sudah menyambut saat langkah pertama kita menginjakkan kaki memasuki restoran. Dan ketika pandangan dilayangkan ke sekeliling, beraneka makanan dari dessert, main course, sampai makanan penutup disajikan ala buffet. Bagi orang yang doyan icip-icip, inilah tempatnya. Dijamin, menghabiskan waktu 1 jam di sana, perut pasti penuh.
Jam 13.00 acara dimulai lagi. Dan jam 15.00 akan ada coffee ke-2. Aroma teh dan kopi yang menggoda kembali mengelitik perut kita untuk diisi lagi. Kue yang ditata rapi lagi-lagi mengundang tangan untuk memungut dan memasukkan ke mulut, mengunyah pelan, dan meluncur mulus menelusuri tenggorokan sampai mampir dengan tenang di perut.
Setelah itu, acara mulai lagi sampai jam 17.00 ... acara bubar.
* * *
Tapi sejujurnya, aku tidak tahu itu normal atau tidak, perutku sulit menerima makanan hotel. Aku sudah berpetualang dari satu hotel ke hotel lainnya, dan selalu aku mendapat kesimpulan berikut: entah karena standart hotel bintang 4 atau 5, yang kebanyakan guest-nya adalah bule, jadi makanan yang disajikan dibuat sedemikian rupa sehingga taste-nya juga kebule-bulean. Nasi goreng aja misalnya, bagiku lebih lezat dan enak jika aku memesannya di abang-abang warung pinggir jalan ketimbang di hotel. Meskipun murah, tetapi rasanya itu loh ... yang cocok dan bersahabat dengan lidahku.
Belum lagi daging ayam, kambing, atau ikan yang dimasak dengan racikan dan bumbu yang ... menurutku aneh. Jadi gimana yah ... masuk ke perutku sih iya, tapi aku sama sekali tidak menikmatinya. Bagiku nasi kotak yang isinya ayam goreng dengan sedikit lalapan lebih nikmat. Soto di pinggir jalan justru lebih kompromi dengan pencernaanku dibandingkan sop atau soto hotel. Apa artinya di balik semuanya itu? Apakah aku tidak ditakdirkan dan berbakat menjadi orang kaya? Sehingga makanan orang kaya tidak pas buatku? He he ... aku bingung ...
Satu-satunya makanan yang aku lahap dengan nikmat adalah makanan penutupnya. Es krim, puding, jajanan pasar, buah, serta aneka kue kecil selalu aku buru. Itulah makanan yang memberikan penghiburan bagiku dan yang mengenyangkanku.
Aku juga anti minum kopi. Yah ... karena ingin hidup lebih sehat saja, jadi aku lebih aman mengkonsumsi air mineral yang lebih alami dan sehat. Bukankah kopi itu mengandung kafein yang efeknya sama dengan nikotin pada rokok yang bisa menganggu dan merusak sistem pertahanan imun tubuh kita? Makanya, ketika waktu coffee break, aku paling ambil segelas teh sama sedikit kue ... that's it.
* * *
"Wah ... perbaikan gizi nih yee ..." Itulah idiom yang beredar di antara kita di kantor kalau diajak ikut training, dan komentar itulah yang aku terima waktu aku ditunjuk ikut.
Dalam batinku hanya berbisik ... "kata siapa?"
Ada suka, demikian juga ada duka mengikuti kelas training.
Sukanya adalah aku bisa bertemu dengan lebih banyak orang baru, sehingga bisa menambah kenalan dan relasi. Selain itu aku bisa mendapatkan ilmu baru, penyegaran baru, antusias baru, serta suntikan motivasi untuk semakin bersemangat dalam bekerja. Selain itu ada variasi baru untuk mengatasi kebosanan dan kerutinan kerjaku sehari-hari ... yah, semacam refreshing gitu ...
Sedangkan dukanya, kelihatan lebih banyak dari sukanya he he ... Yang jelas, sebagai orang yang bertanggungjawab atas lancarnya kelas training, aku harus rela mengurangi jam tidurku dengan bangun 1 jam lebih awal dari biasanya. Kalau hari normal jam 5.30 atau 06.00 aku baru memelekkan mata, tidak sesantai itu kalau ada training. Jam 04.45 sudah harus bangun, mandi, rapi-rapi, dan jam 06.00 sudah harus cabut dari rumah.
Ada sebuah komitmen tidak tertulis di kantor kami, kalau training, kita minimal harus sampai di tempat training maksimal 1 jam sebelum peserta datang. Jadi kalau acara mulai jam 08.00, maka paling telat jam 07.00 kami sudah harus tiba.
Apa yang kami lakukan sepagi itu? Banyak. Di antaranya memastikan setup ruangan udah ok, memasang laptop, LCD, serta sound system supaya standby and ready to use, menyusun name tag peserta dan lembar registrasi, membagikan modul ke meja peserta, serta memastikan coffee morning udah ready ... ribet juga yah :)
Selain duka waktu, ada satu hal yang selalu merisaukanku dan membuat aku agak jengah, yaitu tentang makan. Lho, emangnya kenapa? Bukankah makanan di hotel terkenal enak dan melimpah?
Oh ... kalau itu jelas. Aku coba uraikan kronologi makanan yang berlimpah kalau mengikuti training.
* * *
Acara selalu dimulai jam 08.00. Setelah sesi perkenalan dan pembukaan, jam 10.00 akan ada coffee break. Di luar ruangan training telah tersedia kopi dan teh, serta tidak ketinggalan kue kecil seperti resoless, mini pizza, mini black forest, atau brownies yang dibuat dalam bentuk memikat dan mengundang selera. Mmm ... pagi-pagi setelah terkungkung dalam ruangan AC yang ekstra dingin, siapa yang tidak tergoda dengan semuanya itu.
Setelah break sekitar 15 menit, sesi pertama kita mulai sampai jam 12.00.
It's lunch time. Senyum manis para pelayan sudah menyambut saat langkah pertama kita menginjakkan kaki memasuki restoran. Dan ketika pandangan dilayangkan ke sekeliling, beraneka makanan dari dessert, main course, sampai makanan penutup disajikan ala buffet. Bagi orang yang doyan icip-icip, inilah tempatnya. Dijamin, menghabiskan waktu 1 jam di sana, perut pasti penuh.
Jam 13.00 acara dimulai lagi. Dan jam 15.00 akan ada coffee ke-2. Aroma teh dan kopi yang menggoda kembali mengelitik perut kita untuk diisi lagi. Kue yang ditata rapi lagi-lagi mengundang tangan untuk memungut dan memasukkan ke mulut, mengunyah pelan, dan meluncur mulus menelusuri tenggorokan sampai mampir dengan tenang di perut.
Setelah itu, acara mulai lagi sampai jam 17.00 ... acara bubar.
* * *
Tapi sejujurnya, aku tidak tahu itu normal atau tidak, perutku sulit menerima makanan hotel. Aku sudah berpetualang dari satu hotel ke hotel lainnya, dan selalu aku mendapat kesimpulan berikut: entah karena standart hotel bintang 4 atau 5, yang kebanyakan guest-nya adalah bule, jadi makanan yang disajikan dibuat sedemikian rupa sehingga taste-nya juga kebule-bulean. Nasi goreng aja misalnya, bagiku lebih lezat dan enak jika aku memesannya di abang-abang warung pinggir jalan ketimbang di hotel. Meskipun murah, tetapi rasanya itu loh ... yang cocok dan bersahabat dengan lidahku.
Belum lagi daging ayam, kambing, atau ikan yang dimasak dengan racikan dan bumbu yang ... menurutku aneh. Jadi gimana yah ... masuk ke perutku sih iya, tapi aku sama sekali tidak menikmatinya. Bagiku nasi kotak yang isinya ayam goreng dengan sedikit lalapan lebih nikmat. Soto di pinggir jalan justru lebih kompromi dengan pencernaanku dibandingkan sop atau soto hotel. Apa artinya di balik semuanya itu? Apakah aku tidak ditakdirkan dan berbakat menjadi orang kaya? Sehingga makanan orang kaya tidak pas buatku? He he ... aku bingung ...
Satu-satunya makanan yang aku lahap dengan nikmat adalah makanan penutupnya. Es krim, puding, jajanan pasar, buah, serta aneka kue kecil selalu aku buru. Itulah makanan yang memberikan penghiburan bagiku dan yang mengenyangkanku.
Aku juga anti minum kopi. Yah ... karena ingin hidup lebih sehat saja, jadi aku lebih aman mengkonsumsi air mineral yang lebih alami dan sehat. Bukankah kopi itu mengandung kafein yang efeknya sama dengan nikotin pada rokok yang bisa menganggu dan merusak sistem pertahanan imun tubuh kita? Makanya, ketika waktu coffee break, aku paling ambil segelas teh sama sedikit kue ... that's it.
* * *
"Wah ... perbaikan gizi nih yee ..." Itulah idiom yang beredar di antara kita di kantor kalau diajak ikut training, dan komentar itulah yang aku terima waktu aku ditunjuk ikut.
Dalam batinku hanya berbisik ... "kata siapa?"
kirain kemana kok ilang, ternyata ada job...hehehe
ReplyDeletesama hen, gua pernah ke hotel yang ada bintangnya, makanannya gak cocok tuh... bener kata kamu, mending makan yang di pinggir jalan... lebih pas rasanya.. hhehe..
eniwei... welcome back... makasih buat oleh2 postingannya... belajar hidup sehat kan ya!!!
Hidup Hendry, si Indonesia sejati hihi...
ReplyDeleteG jg lebih ngiler makan yg di tenda2, apalagi kalo menunya syomai, bakso, bakmi ayam, batagor, es doger, gorengan, **jadi laper**
ooh pantesan...kirain si onga udah nongol.
ReplyDeleteteh juga mengandung kafein, hen.
Setujuuu sama Imelda. Setuju juga sama Hendrie. umm...so, gw gak ditakdirkan jadi orang kaya juga neh?!! ikutan bingung.
ReplyDeletesetuju juga ah ma Dewi & Imelda. Gw doyan bakso, sate ayam, kayaknya makanan kaki5 makin jorok makin sexy di mata daku. Hehehehe... ngomong2, nggak ngopi, nggak ngerokok, hobi nonton kartun, kapoan mau ke Bali nih, tempat tinggal gratis, tolong kasih seminar ke misoa daku...hehehehe
ReplyDeleteXu: he he ... hidup sehat ... kudu lagi :)
ReplyDeleteImelda: iya nih ... Indonesia sejati he he ... Batagor? Mau dongggg ...
Bev: Perbaikan gaji? Hmmm ... boleh juga tuh *doa semoga post ini dibaca bozz-ku haha*
Dian: Onga masih aman-aman, belum waktunya nongol. Teh ada kafein juga? *bingung besok2 kali break minum apa*
Dewi: He he ... senangnya ada yang ikutan bingung :))
Yenny: Senang aku: makin jorok makin sexy ... ha ha ha
Ke Bali? Iya neh ... siap jadi guide-ku ndak? Barter dengan seminar gratiso yah :)
ohh ternyata....kirain....makanya....
ReplyDeleteWah kok bisa setipe yah kita hihi *nyama2in nih critanya* gue juga lebih suka makan di warteg cuma yg bedain kalau gw tuh hobi minum kopi haha ngak papalah khan umur ditangan Tuhan jadi kalau minum kopi sambil ngomong puji Tuhan and percaya deh cafeinnya ilang haha *teori dr mana tuh*
ReplyDeleteya itung2 latian perut hen hehehe
ReplyDeletekirain ngelahirin ehhh..... dilahirin ehhh.........
ReplyDeletekelahiran ehhh...........
ngerthi ahhh
Hen, siap2 ke Yogya untuk 8Etos. Tapi... klo yg ngundang kuat bayar feenya. Lagi dipikir2 ama klien yg ini....
ReplyDeleteMeli: ternyata apa, kirain apa, trus makanya apa? *bingung*
ReplyDeleteFlona: he he ... biar six pax gitu ya :)
Bronx: *ikutan bingung ah*
Khun: asyik ke Jogja .. mana kliennya?
Ooh... :) Ternyata lagi ada training toh? So how was it? Lancarkah???
ReplyDeleteIya, makanan hotel sih standart-standart aja tuh. Kalo breakfastnya pasti makanan barat, yang ada tuh roti, (seringnya) nasi goreng, omelet, sosis, kentang goreng, dkk....
Hen, sekalian pertanyaanmu soal type cowok. kamu type beruang = banyak duit.
ReplyDeletengomentarin posting di atas :
alah bisa karena biasa; kayak kerjaan aja, tadinya aku juga asing sama makanan londo,tapi lama2 doyan makanan asing juga koq.
kafein dlm dosis sedikit tidak berefek buruk spt nikotin.
ReplyDeletekayanya sih.
slm knl.
Zilko: Thanks God, lancar-lancar selalu. Kemarin di Dusit seperti itu juga makanannya :)
ReplyDeleteTenfarms: Banyak duit hi hi hi ... tapi trully my stomach still Indonesian ... tapi ndak tau kalo suatu hari ketiban rejeki trus mampir di negerinya Ruud van Nistelrooy he he
Macchiato: gitu yah *garuk-garuk kepala* Lam kenal juga :)
Kliennya langsung pingsan begitu tau fee 2 hari penuh utk training 8E. Jadi sabar ya, aku lagi nunggu dia siuman :)
ReplyDeleteHendri, Biasakanlah dgn masakan hotel sejak dini, supaya ndak kaget kalo berkunjung kemari :)
ReplyDeleteKhun: he he ... shock terapy yah ha ha ha
ReplyDeleteSisca: iya neh ... tapi emang susah yah ... maklum, anak desa yang udah terbiasa makanan ndeso ha ha ha