Chatting

"Hai ..."
"Hai juga ..."

"Kenalan dong ..."
"Boleh ..."

"a/s/l please"
"23/m/jkt. Kamu?"

* * *

He he he ... Bagi yang pernah chatting dan sampai sekarang masih suka ber-chatting ria, tentu saja tidak asing dengan percakapan-percakapan di atas.

Chatting memang mengasyikkan. Dengan chatting, kita seperti masuk dan tenggelam dalam sebuah dunia baru, dunia cyber yang tidak mampu membatasi kita untuk berkenalan, ngobrol, dan bagi sebagian orang, mencari gebetan baru. Dunia chatting mampu menghanyutkan kita hingga kita lupa waktu, lupa makan, lupa kerja, lupa segalanya.

Aku mulai mengenal chatting waktu aku masih kuliah di tingkat 3. Saat itu kampusku baru bekerja sama dengan sebuah provider ISP dengan menyediakan lab komputer yang online non-stop. Lab mulai buka jam 08.00, dan tutup jam 22.00. Awalnya aku tidak tertarik dengan yang satu ini, ngapain sih, kurang kerjaan, demikian pikirku. Lebih baik fasilitas online aku gunakan untuk surfing, baca news, cari-cari informasi dan bahan kuliah, dll.

Tapi, seiring perkembangan waktu, dari percakapan dengan teman-teman sehabis kuliah, waktu makan di kantin, mereka selalu membangga-banggakan teman-teman mayanya.

"Eh ... kemarin aku ketemu cewek, lokasinya di Bandung. Kita nge-chat hampir seharian, asyik bener ... dan dia ngakunya masih single lho ... Ah, ntar kita janjian mojok lagi."

"Ah, itu belum seberapa. Kemarin aku iseng join channel #australia, di sana aku ketemu banyak teman baru, dan ngobrolnya pake Inggris lagi. Keren 'bok ..."

"Weee ... coba dong join #ngakak, di sana banyak teman yang lucu-lucu, dan obrolannya juga rada-rada nyerempet. Nggak rugi deh, join channel itu ..."

Demikian komentar sebagian teman yang mulai menggoda dan menggoyang imanku untuk terjun dan terlibat dengan dunia chatting. Mulanya aku tetap bertahan, namun secara perlahan pertahananku terkikis juga, keinginanku untuk mencoba chat mulai menguat, dan di satu titik aku ndak tahan lagi. Aku terseret dalam gelombang chatting juga.

Mulailah aku mencoba. MIRC merupakan program yang begitu laris waktu itu untuk chatting. Setelah klik ini, klik itu, join ini, join itu ... Wow, ternyata chatting itu mengasyikkan. Dan ... aku ketagihan. Mulanya aku cuma ikut channel dalam negeri, trus karena bosan, aku coba-coba channel luar negeri. Channel #Manila adalah yang paling sering aku kunjungi. Di sana aku sempat bercengkerama dengan seorang cewek [ngakunya sih] bernama mmm ... *pikir dulu* ... Irene, kalo ndak salah. Dia juga chat dari kampusnya, dan sebentar lagi akan lulus dan wisuda. Ngobrol sana, ngobrol sini, dia pun minta tukaran pic. Tapi aku tolak dengan halus, karena memang aku menghindari hal itu. [udah ah ... cerita lebih lanjut akan muncul kenangan masa lalu ha ha ha].

Semenjak mengenal chatting, aku pun lebih banyak berkencan dengan komputer. Setiap habis kuliah, tempat tujuan pertamaku adalah langsung ke lab. Bersaing dengan teman-teman, kita cepat-cepatan masuk dan memilih komputer yang sepertinya sudah menjadi komputer kita sendiri. Dan, waktulah yang memisahkan diriku dengan kencan baruku itu, menjelang malam ... dengan tubuh capek dan mata lelah karena nongkrong seharian, bagai prajurit yang habis bertempur, aku pun melewatkan malam dengan istirahat nyenyak sambil mengumpulkan tenaga baru untuk chat keesokan harinya.

Dunia chatting juga identik dengan bohong-bohongan. Ngaku cewek, ndak taunya cowok. Ngaku single, ndak taunya udah duda beranak 2. Ngaku tinggal di luar negeri, ndak taunya mangkal di warnet yang sama dan hanya dipisahkan beberapa pc saja. Tapi itulah realita dunia chatting, dan kita harus benar-benar memahaminya.

Namun, tidak semua seperti itu. Ada yang benar-benar jujur, seadanya, dan terbuka. Sering aku dengar ada pasangan yang jadian lewat dunia chatting, pacaran, bahkan menikah. Mmm ... sebuah roman percintaan yang menyentuh dan luar biasa.

Aku sempat stop chatting semenjak tingkat akhir kuliah sampai mulai bekerja lagi aku terlibat chatting lagi. Tapi fokusnya sekarang berbeda, kalau dulu motifnya hanya untuk bersenang-senang, sekarang lebih memperkuat relasi, kabar-kabari, tempat curhat, bahkan tempat prospek he he ...

* * *

"Hello ..."
"Hello 2"

"How are you today?"
"Boring"

"Why?"
"Too many meeting today ... u know"

"Mmm ..."
"Wasted time only"

...
...