Skip to main content

Waktu

Pantatku baru aku daratkan di kursi kerjaku yang empuk. Sambil menyalakan laptop kerja, aku lirik kalender meja dengan pemandangan situs-situs wisata yang indah dan menggodaku untuk mengunjunginya. Mataku tertuju pada angka-angka yang ada di kalender itu, dan ...

Februari. Sebuah kata yang membuat aku tertegun sesaat dan merenung. Hari ini sudah masuk Februari, berarti aku sudah melewatkan waktu selama 1 bulan di tahun 2006 ini. Gile ... cepat banget yah, waktu ini berlalu. Masih terekam dengan baik di memoriku saat aku masih di kereta api, bersama istri dalam perjalanan Purwokerto-Jakarta, dan untuk pertama kalinya kami melewati malam old and new tanpa melihat atraksi dan indahnya kembang api. Dan sesampainya di Gambir, waktu menunjukkan jam 02.00 pagi, dengan pemandangan yang luar biasa, Jakarta macet total, dipenuhi insan-insan yang bersukacita dan bergembira menyambut datangnya 2006.

Menurut para ahli, waktu sering dibagi menjadi 2, yaitu Kronos dan Kairos. Yang pertama itu membosankan, dan yang kedua sangat menggairahkan. Mengapa bisa demikian?

Coba bedakan reaksi kita melewatkan waktu. Seandainya aku meminta Anda untuk memelototi jam tangan Anda, kemudian ikutilah jarum ketiga yang bergerak tiada bosan-bosannya mengelilingi jam tersebut, dan lakukanlah itu selama 10 menit. Gimana rasanya? Hampir dipastikan jawabannya sama, membosankan. Percis, dan itulah yang dinamakan kronos.

Tetapi lain perkara ketika kita [terutama cowok], melewatkan malam dengan acara nonton sepak bola, apalagi partai big match antara MU vs Chelsea. Apakah waktu selama 90 menit terasa membosankan mereka? Atau kaum cewek melewatkan hari Sabtu/Minggu antara jam 15.00-17.00, yang dipenuhi berita-berita dan gosip para artis, apakah itu juga membosankan? Jawabannya tentu tidak. Dan momen-momen seperti itulah yang dinamakan kairos.

Jadi, adalah patut untuk dikasihani apabila kita terjebak dalam kronos. Dan sebaliknya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia bila hidup dalam dunia kairos.

Trus, bagaimanakah caranya supaya bisa hidup se-kairos-kairos-nya?

Pengalamanku berbicara, milikilah sebuah target dan goal apa yang harus dikerjakan dan diselesaikan, setiap hari. Kemudian tekunilah target tersebut dan nikmatilah proses-proses dalam mencapainya. Selain itu berusahalah untuk menjadi insan yang kreatif. Lalu, jangan membiarkan diri kita terlena dan mengganggur. Cintailah apa yang bisa kita kerjakan sekarang, dan gumulilah itu. Ada lagi yang bisa menambahkan ...?


* * *

Benakku kembali melayang menelusuri waktu yang sudah aku lalui selama 1 bulan ini, dan bertanya-tanya apakah selama ini aku terjebak dengan fenomena kronos, ataukah aku terseret dengan indahnya kairos?

Comments

  1. Anonymous11:33 PM

    tepatnya waktu yang terus mengejar-ngejar:) gong xi fa chai juga...

    anita
    http://anita.our-beautiful-day.com

    ReplyDelete
  2. kalo geh mau dating...pasti gak sabar pengen cepet2 dateng waktu janjinya hehehe itu kronos or kairos?

    ReplyDelete
  3. Anita: kalo dipiki-piki, bener juga yah he he ... thx for visit yah ...

    Meli: Proses tunggunya itu kronos, tapi proses datingnya yang kairos :) se-7?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mie Godog Jawa ... Harga Sebuah Ketaatan

Aku ada janji meeting jam 14.00 di Bentara Budaya Palmerah. Jam 12.30, aku jalan dari kantor (Galaxy Bekasi). Tidak ketinggalan aku aktifkan Maps untuk mendapatkan advise jalur yang paling lancar. Maps merekomendasikan tol dalam kota, dan diperkirakan aku tiba di lokasi jam 13.45. Ok. Aku jalan. Kalau aku tiba sesuai waktu yang diperkirakan itu berarti aku akan kehilangan kesempatan untuk lunch. Berpaculah aku dengan waktu. Saat masuk tol Bekasi Barat, Maps merekomendasikan jalur alternatif yang bisa menghemat waktuku sekitar 15 menit. Hmmm ... interesting. Aku lirik jalur yang direkomendasikan. Aku harus keluar di Cawang, kemudian lanjut arteri sampai Pancoran, setelah itu baru nyambung tol lagi di Pancoran. Akal sehatku berkata: itu kan jalur macetttt. Sempat terlintas untuk aku abaikan rekomendasi ini. Apalagi menjelang simpang keluar cawang dan Gate Halim, aku lihat arah Halim lancar. Bimbang dan nimbang. Sepersekian detik, aku putuskan untuk ikut rekomendasi maps. Aku pun kelua...

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...