Skip to main content

Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada

Apakah kita semua
benar-benar tulus menyembah padaNya
Atau mungkin kita hanya
takut pada neraka dan inginkan surga

Reff : Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau bersujud kepadaNya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut namaNya

Bisakah kita semua
benar-benar sujud sepenuh hati
Karena sungguh memang Dia ada
Memang pantas di sembah
memang pantas dipuja

* * *

Jangan heran dulu. Jangan pula berdecak kagum membaca kata-kata di atas. Itu bukan puisi buatanku. Mana bisa seorang Hendri merangkai kata seindah dan bermakna dalam seperti itu hehe ... Kalau aku mengatakan sebuah nama: Chrisye dan Ahmad Dhani, aku yakin teman-teman bisa menebak rangkaian apakah kata-kata itu. Yap ... benar sekali. Itu adalah lirik dari lagu "Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada". Sebuah lagu karya Ahmad Dhani yang akhir-akhir ini aku rasakan 'mengganggu' dan berbicara terus di telingaku.

Aku sebenarnya sudah agak lupa di mana pertama kali aku dengar lagu itu. Tapi perasaanku mengatakan kali pertama aku dengar lagu tersebut adalah sekitar bulan April, kala aku sedang di kereta api dalam perjalanan Purwokerto-Jakarta sewaktu Marvel baru lahir. Saat pertama kali lagu itu dilantunkan dan alunan musiknya menerobos indera pendengaranku, seketika perhatianku langsung tersita di sebuah layar yang memutar klip-nya. Selain karena perpaduan nada-nada yang direkonstruksi menjadi sebuah musik yang syahdu, kemudian karena penyanyinya adalah salah satu favorit saya: Chrisye, juga teristimewa karena kata-kata yang teringkus dalam lirik yang mampu membuat aku merinding.

Sebuah perenungan yang menggangguku akhir-akhir ini saat aku serius memikirkan makna lirik lagu tersebut. Seandainya memang tidak ada Surga dan Neraka, apakah kehidupanku akan sama seperti sekarang ini?

Banyak orang saat ditanya, kenapa mereka memeluk sebuah agama serta taat melaksanakan perintah dan ajaran dari Sang Junjungan mereka, mayoritas akan menjawab: supaya amal kita banyak dan bekal untuk masuk ke surga. Tidak heran ada pemikiran kalau kita hidup semakin baik dan saleh, maka tempat kita di kehidupan abadi adalah surga. Demikian juga sebaliknya, semakin tidak karuan hidup kita, semakin bejat tingkah laku kita, semakin jahat perbuatan kita, maka akan diasumsikan bahwa tempat bagi kelompok ini adalah neraka.

Bukan aku meragukan akan adanya kedua tempat tersebut. Bukan pula aku mulai tergoda untuk menjadi Ateis dan mulai mempengaruhi teman-teman dengan menulis posting seperti ini. BUKAN. Aku percaya kedua tempat itu ada dan memang tersedia untuk kehidupan abadi kita semua. Tetapi akal dan logikaku berputar-putar dan iseng menantang diriku, kalau benar seandainya Surga dan Neraka itu memang tidak ada, apakah aku akan tetap hidup seperti saat ini, yang kata sebagian orang: Hendri yang alim?

Apakah setiap minggu aku masih tetap ke gereja? Apakah saat makan, bangun dan mau tidur aku tetap berdoa? Apakah aku masih membaca kitab suci, meskipun jarang? Apakah aku tetap menolak saat ada ajakan teman untuk berbuat curang? Apakah aku tetap pada pendirianku untuk tidak ikut-ikutan narkoba, judi, serta mabuk-mabukan? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di pikiranku yang intinya kalau diterjemahkan adalah sekelompok perilaku yang diarahkan supaya nantinya aku bisa masuk ke Surga. Masihkah aku hidup seperti itu?

Aku tidak mengatakan salah kita hidup alim dan saleh seperti itu. sebaliknya aku malah mendukung habis, karena dengan demikian hidup ini pasti bahagia dan dunia ini akan aman dan tentram. Yang mungkin pantas menjadi pertanyaan adalah apakah motif utama dari semuanya itu?

Seperti alenia terakhir dari lagu tersebut, layaknya sebuah anjuran dan penegasan, hendaklah kita berbuat seperti itu karena memang HARUS begitu adanya. Kita sembah sujud kepadaNya karena memang Dia pantas menerimanya, bukan karena kita mengharapkan masuk surga. Ok-lah kalau tujuan akhirnya memang ke sana, tapi anggaplah itu bonus dan efek samping dari perbuatan kita, bukan tujuan utama kita.

Hal yang sama bisa juga diterapkan dalam tindakan sehari-hari. Kalau berbuat baik kepada sesama, lakukanlah tanpa mengharapkan dan tujuan yang muluk-muluk. Saat mengatakan TIDAK untuk hal-hal yang curang dan nista, sudah sepatasnya karena memang harus demikian. Kala menolak ikut-ikutan perbuatan tercela, memang sudah seharusnya kita memenuhi hidup kita demikian. Intinya: hiduplah sesuai dengan nurani baikmu, dan apa rentetan kejadian dan kebaikan yang akan mengikuti perbuatan kita --termasuk nantinya urusan surga dan neraka-- adalah buah dan hasil yang akan kita petik nantinya.

So ... tidak penting kali pertanyaan apakah ada efek tingkah laku kita jika surga dan neraka itu ada atau tidak. Yang penting "mungkin" adalah bagaimana kita menyikapi dan memenuhi hidup kita dengan apa adanya dan seharusnya. Setuju?

*Apakah tulisan ini sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam diriku? Let me think more ... Jangan-jangan setelah aku post tulisan ini, muncul lagi pertanyaan-pertanyaan konyol lainnya lagi. Memang dasar Hendri yang selalu berpikir macam-macam hehehe ...

Comments

  1. pertama dengar lagu ini, aku langsung jatuh cinta...

    ReplyDelete
  2. Anonymous11:34 PM

    Peletak Dasar Agama (a.k.a pendiri agama) sebenernya bisa dikelompokkan sebagai orang-orang yang cerdas dan jenius loh... :) Mereka bisa membuat orang mau berbuat baik, dengan mengatakan "surga" dan "neraka". Aku NGGAK ngomong surga/neraka itu bohongan lho ya... . Mereka tetap eksis, bahkan saat kita masih hidup bisa koq kita rasakan. Misal: habis berbuat baik kita merasa puas. Kalo berbuat jahat dan tertangkap polisi trus dipenjara, neraka itu terasa: masuk penjara plus perasaan bersalah, dll. Gampangnya sih gitu, tp kenyataannya lebih kompleks... :P

    Mereka juga bisa dikatakan jenius sebagai orang bisnis loh, karena OOT, gak aku tulis ah, ntar kepanjangan nih komennya... :)

    ReplyDelete
  3. Anonymous6:42 AM

    Hendri yg alim? aku mulai terganggu dengan kata kata itu. hahaha...

    Btw, lom denger lagunya. Tapi, memang banyak orang yg berbuat baik karna pengen masuk surga. Yg pasti, gw gak termasuk di dalamnya. hehe...

    ReplyDelete
  4. Yang gw tau sih, kalo berbuat baik cuma mo mausk surga pasti jadi basi. Semua-mua perbuatan baeknya diukur & ditimbang, capek dehhh :))

    ReplyDelete
  5. aku ada karena engkau ada bukan karena ada surga atau neraka ... halahhh gk nyambung banget yah koh hehehe *kabur*

    ReplyDelete
  6. Anonymous11:51 PM

    Pertama aku dengar lagu itu, aku juga merinding dengar liriknya. Gimana gituuuu hehehe

    Thanks untuk pencerahannya. Semoga membuka mata batinku bahwa semua tingkah laku dan perbuatanku bukan semata2 karena adanya surga dan neraka, tetapi karena memang seharusnya aku berbuat begitu :)

    ReplyDelete
  7. percaya ato tidak itu tergantung orang seh nurut gue...kalo gue....hhhmmm tau kakakakak

    ReplyDelete
  8. Anonymous1:44 AM

    surga dan neraka adanya dari jaman nabi adam, tapi teteepp aja kadang kita ga sadar kalo ada surga dan neraka .. hihihi. *hayooo .. maksudnya apa coba?*

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...