Salah satu hal dari seorang wanita yang paling susah untuk aku mengerti sekaligus aku kagumi adalah kebiasaan mereka sewaktu berbelanja. Ketidakmengertian daku dengan kegiatan rutin mereka tersebut bukanlah dikarenakan oleh kegemaran mereka dalam hal borong-memborong, sehingga tidak heran kalau melihat wanita berbelanja hampir bisa dipastikan tangan mereka selalu penuh dengan hasil belanjaan. Kekagumanku kepada mereka bukan juga dalam hal kesukaan dan ketekunan mereka untuk hinggap menghinggap dari satu toko ke toko lain ataupun singgah menyinggah dari counter yang satu ke counter yang lain sekadar mengobrak-abrik isi toko atau counter tersebut.
Kebingunganku juga bukanlah tercermin dari keasyikan mereka membanding-bandingkan barang yang satu dengan barang yang lain yang kadang diselingi bercahayanya mata mereka saat melihat produk gress dan teranyar yang acap kali muncul sebagai iklan baik di koran maupun di layar kaca aka TV terpampang jelas di depan mereka. Dan keheranan daku juga bukan disebabkan heboh dan meriahnya SEBAGIAN KECIL kaum hawa mengobok-obok keranjang atau berkumpul di lokasi yang bertebaran tulisan SALE/OBRAL.
Lantas, apakah hal yang membuat aku tidak mengerti sekaligus heran dengan kebiasaan wanita dalam berbelanja? Yap ... kehebatan mereka dalam hal tawar menawar dan kebanggaan mereka saat berhasil mendapatkan barang yang ditaksir berat dengan harga yang lebih murah. Benar khan para wanita :) Dan terus terang, untuk hal yang satu ini aku benar-benar kagum berat. Bayangkan, kadang beda harga barang tersebut hanyalah beberapa ratus perak atau sekian ribu rupiah. Tapi perasaan puas dan bangganya itu loh, seperti melambung ke langit ke sepuluh. Perasaan capek, lelah, pegel, bahkan haus dan lapar karena harus mengelilingi seluruh toko yang ada sepertinya sirna begitu saja. Yang penting: puas karena dapat barang lebih murah.
Aku tidak tahu apakah yang membuat SEBAGIAN BESAR wanita mempunyai kebiasaan seperti itu. Apakah itu sebuah naluri bawaan yang dibekali oleh Sang Pencipta sebagai senjata untuk survive? Atau itu faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun melalui contoh sehari-hari dari penerus mereka sebelumnya? Ataukah itu hanyalah kebetulan saja? Tidak jelas. Namun logikaku sih menjelaskan hal-hal yang di sebutkan di atas ada korelasinya. Apakah korelasinya itu?
Tidak bisa kita pungkiri, wanita zaman dulu tidak bisa menolak untuk ditakdirkan sebagai seorang Ibu Rumah Tangga. Tugas mereka? Harus bisa mengatur keseluruhan aktivitas di rumah dengan baik. Dari membereskan rumah, memasak, mencuci baju, mengasuh anak, termasuk mengelola uang belanja bulanan. Makanya tidak heran kalau dulu suasana rumah semrawut atau terjadi apa-apa dengan anak, yang menjadi sasaran untuk disalahkan dan dicap tidak becus dalam mengelola rumah adalah seorang Ibu.
Sepertinya tidak adil yah. Tapi itulah yang terjadi. Jadi mohon untuk bisa dimaklumi dan dimaafkan kalau kaum pria bersikap seperti itu. Terlebih lagi dalam hal dunia dapur dan belanja berbelanja yang notebene ada hubungannya dengan uang belanja bulanan, makin lagi kaum pria tidak mau tahu yang satu ini. Yang mereka tahu hanyalah tiap hari ada nasi plus lauk pauk tersedia di meja makan. Sedangkan proses untuk tersedianya semua hal tersebut, itu urusan seorang Ibu.
Jadi jangan heran kalau para pria tidak pernah tahu berapa harga bahan kebutuhan pokok. Mereka juga sepertinya tidak peduli kalau harga beras, sayur, lauk, minyak, bahkan bumbu-bumbu secara perlahan tapi pasti naik. Padahal jatah belanja bulanan yang diberikan tetaplah sama alias tidak naik. Situasi seperti itu membuat naluri survive para ibu bekerja dengan harus ekstra keras berusaha supaya asupan dapur harian tetap terpenuhi. Dan langkah yang dipilih? Yap ... harus ngotot dan pintar untuk tawar menawar.
Hematku berkata sepertinya kebiasaan puas dan bangga karena berhasil menawar dan membeli barang lebih murah berawal dari sini ... dan secara tidak langsung turun temurun ditularkan ke generasi penerus mereka. Setujukah teman-teman?
* * *
Beberapa waktu lalu aku mampir ke Hypermart untuk beli jajan. Setelah barang-barang yang jadi list jajananku plus beberapa titipan dari istri masuk keranjang belanjaan, aku pun antri di kasir. Tidak berapa lama, kasir pun mulai menghitung jajananku. Setelah rampung, angkanya keluar: Rp. 95.100,- Seperti biasa, aku keluarkan kartu matahari plus uang cash 100.000,-. Di proses, kembali Rp. 4.900,-. Aku pun pulang.
Saat tiba di parkiran, entah kenapa tiba-tiba muncul di pikiranku: kamu belanjanya kok tanggung banget, 95.100,-. Kenapa tidak kamu ambil satu barang lagi untuk genapin menjadi angka 100rb?
Hmmm ... apakah yang akan aku dapatkan kalau aku belanja sampai 100rb? Yap, tambahan 1 poin untuk kartu matahari, tambahan 1 kupon Royalvkb (setiap belanja 50rb plus kelipatan dapat 1 kupon, yang kalau dikumpul sampai banyak bisa beli perkakas dapur dengan harga diskon), plus dapat free koran Suara Pembaruan.
Herannya, selama ini kalau dalam posisi seperti itu pikiran tersebut tidak pernah muncul. Dan anehnya, entah angin apa yang bertiup perasaan 'rugi' tersebut mengiang terus di benakku sepanjang jalan pulang ke rumah.
ASTAGA!!! Setelah sempat menjadi BRT selama beberapa waktu, apakah perasaan wanita dalam hal hemat dan tidak mau rugi berkembang dalam diriku? Waaaa ....
Kebingunganku juga bukanlah tercermin dari keasyikan mereka membanding-bandingkan barang yang satu dengan barang yang lain yang kadang diselingi bercahayanya mata mereka saat melihat produk gress dan teranyar yang acap kali muncul sebagai iklan baik di koran maupun di layar kaca aka TV terpampang jelas di depan mereka. Dan keheranan daku juga bukan disebabkan heboh dan meriahnya SEBAGIAN KECIL kaum hawa mengobok-obok keranjang atau berkumpul di lokasi yang bertebaran tulisan SALE/OBRAL.
Lantas, apakah hal yang membuat aku tidak mengerti sekaligus heran dengan kebiasaan wanita dalam berbelanja? Yap ... kehebatan mereka dalam hal tawar menawar dan kebanggaan mereka saat berhasil mendapatkan barang yang ditaksir berat dengan harga yang lebih murah. Benar khan para wanita :) Dan terus terang, untuk hal yang satu ini aku benar-benar kagum berat. Bayangkan, kadang beda harga barang tersebut hanyalah beberapa ratus perak atau sekian ribu rupiah. Tapi perasaan puas dan bangganya itu loh, seperti melambung ke langit ke sepuluh. Perasaan capek, lelah, pegel, bahkan haus dan lapar karena harus mengelilingi seluruh toko yang ada sepertinya sirna begitu saja. Yang penting: puas karena dapat barang lebih murah.
Aku tidak tahu apakah yang membuat SEBAGIAN BESAR wanita mempunyai kebiasaan seperti itu. Apakah itu sebuah naluri bawaan yang dibekali oleh Sang Pencipta sebagai senjata untuk survive? Atau itu faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun melalui contoh sehari-hari dari penerus mereka sebelumnya? Ataukah itu hanyalah kebetulan saja? Tidak jelas. Namun logikaku sih menjelaskan hal-hal yang di sebutkan di atas ada korelasinya. Apakah korelasinya itu?
Tidak bisa kita pungkiri, wanita zaman dulu tidak bisa menolak untuk ditakdirkan sebagai seorang Ibu Rumah Tangga. Tugas mereka? Harus bisa mengatur keseluruhan aktivitas di rumah dengan baik. Dari membereskan rumah, memasak, mencuci baju, mengasuh anak, termasuk mengelola uang belanja bulanan. Makanya tidak heran kalau dulu suasana rumah semrawut atau terjadi apa-apa dengan anak, yang menjadi sasaran untuk disalahkan dan dicap tidak becus dalam mengelola rumah adalah seorang Ibu.
Sepertinya tidak adil yah. Tapi itulah yang terjadi. Jadi mohon untuk bisa dimaklumi dan dimaafkan kalau kaum pria bersikap seperti itu. Terlebih lagi dalam hal dunia dapur dan belanja berbelanja yang notebene ada hubungannya dengan uang belanja bulanan, makin lagi kaum pria tidak mau tahu yang satu ini. Yang mereka tahu hanyalah tiap hari ada nasi plus lauk pauk tersedia di meja makan. Sedangkan proses untuk tersedianya semua hal tersebut, itu urusan seorang Ibu.
Jadi jangan heran kalau para pria tidak pernah tahu berapa harga bahan kebutuhan pokok. Mereka juga sepertinya tidak peduli kalau harga beras, sayur, lauk, minyak, bahkan bumbu-bumbu secara perlahan tapi pasti naik. Padahal jatah belanja bulanan yang diberikan tetaplah sama alias tidak naik. Situasi seperti itu membuat naluri survive para ibu bekerja dengan harus ekstra keras berusaha supaya asupan dapur harian tetap terpenuhi. Dan langkah yang dipilih? Yap ... harus ngotot dan pintar untuk tawar menawar.
Hematku berkata sepertinya kebiasaan puas dan bangga karena berhasil menawar dan membeli barang lebih murah berawal dari sini ... dan secara tidak langsung turun temurun ditularkan ke generasi penerus mereka. Setujukah teman-teman?
* * *
Beberapa waktu lalu aku mampir ke Hypermart untuk beli jajan. Setelah barang-barang yang jadi list jajananku plus beberapa titipan dari istri masuk keranjang belanjaan, aku pun antri di kasir. Tidak berapa lama, kasir pun mulai menghitung jajananku. Setelah rampung, angkanya keluar: Rp. 95.100,- Seperti biasa, aku keluarkan kartu matahari plus uang cash 100.000,-. Di proses, kembali Rp. 4.900,-. Aku pun pulang.
Saat tiba di parkiran, entah kenapa tiba-tiba muncul di pikiranku: kamu belanjanya kok tanggung banget, 95.100,-. Kenapa tidak kamu ambil satu barang lagi untuk genapin menjadi angka 100rb?
Hmmm ... apakah yang akan aku dapatkan kalau aku belanja sampai 100rb? Yap, tambahan 1 poin untuk kartu matahari, tambahan 1 kupon Royalvkb (setiap belanja 50rb plus kelipatan dapat 1 kupon, yang kalau dikumpul sampai banyak bisa beli perkakas dapur dengan harga diskon), plus dapat free koran Suara Pembaruan.
Herannya, selama ini kalau dalam posisi seperti itu pikiran tersebut tidak pernah muncul. Dan anehnya, entah angin apa yang bertiup perasaan 'rugi' tersebut mengiang terus di benakku sepanjang jalan pulang ke rumah.
ASTAGA!!! Setelah sempat menjadi BRT selama beberapa waktu, apakah perasaan wanita dalam hal hemat dan tidak mau rugi berkembang dalam diriku? Waaaa ....
memang kami ini pantes ditiru, dikagumi & diteladani. Jadi...cintailah kami :D
ReplyDeletesudah lama tidak tawar menawar barang dan sudah lama banget tidak rebutan pakaian di keranjang yg ada tulisan obral hehehehe
ReplyDeleteaku juga kagum ama orang yang perhitungan sekali dalam hal beli membeli :D
asline lho, mungkin cewek itu suka ngeyel :D, krn aku liat, tawar menawar itu berkaitan erat dengan eyel mengeyel. Kalo belum ngeyel, ya belum puazzz :D
ReplyDeleteYenny: iya deh ... wanita memang sangat pantas dan layak untuk dicintai. Sekiranya kami memberikan 100% cinta kami kepada kalian, berapa persenkah cinta kalian kepada kami???
ReplyDeleteChoco: Hahaha ... mungkin di taipe tidak perlu tawar menawar kali, makanya dikau jarang gituan lagi. Keranjang obral? xixixix
Lily: Gitu yah. Jadi serasa menang yah kalau ngeyelnya juga menang. ic ic ic ...
di Londo gak bs tawar menawar Hen hiks..harga yg udah di cantumin ya yg itu di bayar, tp kadang gw suka kumat tetep aja coba2 nawar kali2 di kasih kan? 10% dr barang2 yg gw tawar berhasil dpt diskonan huehehehehehhhh..
ReplyDeletetp di Londo ada jg pasar, namanya pasar item hihihihi..disitu kt bs nawar tp jauh banget dr rumah gw sih jd jarang nyamperin tuh pasar :p
Horeeee Hendri punya jg sisi kewanitaannya hueheheheh..bukan wadam loh ya :p
wah itu emak gue tuh..hapal banget harga dari satu toko ke toko laennya.
ReplyDeletetapi kalo disini, tawar menawar cuma di craigslist hehehe
aku pindah blog
Hendri, jaid besok klo masukin barang ke keranjang jgn lupa pencet kalkulator yah, biar pas sama kupon. Jgn mo rugi dong.. :D
ReplyDeleteOm ... belakangan ini kok tulisannya rada 'membela' wanita? Ada apakha gerangan???
ReplyDeletexixixixix ... diam2 ikut ngumplin royal juga :))
kalo gua tergantung sikon. kalo lagi niat nawar, cewe aja bisa kalah jago ama gua. tapi kalo males ya biasa, kembali ke nature laki2, tinggal beli bayar trus pulang.
ReplyDeleteYulia: Wahhh .. hebat dong masih bisa dapat 10% hasil kumat nawarnya hehe ... ada triknya ndak? Pasar item? Kok diberi nama itu? Apa yang jualan di sana pada item2 semua hehe
ReplyDeleteDian: Ic. Kalo gitu u dapat hibahan ilmu gituan ndak? Perlu dilestarikan tuh ;) Btw, kok pada rame2 pindah blog sih?
Dewi: Iya juga yah. Besok2 boleh coba ah. Selain ndak mau rugi, bisa sekalian latihan untuk ketat budget hehehe ...
Rudy: Masa sih kayak gitu? Ok deh, besok2 aku tulis yang membela pria :) Iyaaaa ... yang ngumpulin gitu istri hehehe ...
Xu: ic ic ic. Jadi kesimpulannya dikau jago nawar juga yah Xu. Ada resepnyakah? boleh dong ditularin hehe ...
aku sama kaya xuxu, kalo niat sih suka nawar. tp kalo gak niat ya langsung bayar aja (asal harganya masih masuk akal), wakakakaka.... lol
ReplyDeleteeh, klo di RRC mesti pinter nawar tu, kadang harga barang ditawar cuma 10%-nya (jadi harga 100 yuan gitu ditawar 10 yuan), dikasi loh!! hahaha.... (pengalaman ini dulu pas nemeni papaku beli poci teh, haha..)
wah slamet ya hen sisi kewaniataannya berkembang..lebaran taon depan pan jadi BRT lg tuh jgn2 dah ikutan pinter masak, beres2 rumah ..trus tahon depannya lagi jadi pinter dandan deh kekeke
ReplyDeletecara nawarnya ya pake ngekek2 pasti. nah biasanya gw dpt tuh kl udah ngekek2 gitu, tau napa mungkin krn hidup di londo berat ya jd bwt ketawa2 aja mrk pd mikir2 dulu huehehehehhehhh..tp bener deh kl gw udah senyum2 manis dan ngobrol2 dulu sm si penjual biasanya sih dpt ;)
ReplyDeletesebenernya namanya zwartemarkt artinya pasar item, nah di pasar itu penjual gak di kenain pajak. Laen sm yg punya toko sendiri mrk hrs bayar pajak..pokoke di londo pajak deh maenannya hihihihihii..
mas henri bun,
ReplyDeletekasih tips dong jadi BRT.
*tuing-tuing*
Hen,..
ReplyDeleteresolusi lo pas nginjek umur 30 kayaknya semakin care ama urusan keluarga and perempuan ya..
hahaha.. syukurlah..
tapi serius lho.. baca dua postingan terakhir lo plus komen-komen dari para pecinta wanita..
Gw jadi ga ngerasa perempuan.. hehe.. somebody should teachs me cara tawar menawar and belanja..
Gawat deh gw.. hehehe..
Zilko: ic ic. kayaknya aku harus banyak belajar neh dari kalian2, terutama para cowok yang pintar nawar, soalnya aku sama sekali tidak berbakat gituan hehe ... Masa sih di RRC ampe gitu. Btw, thanks untuk tips-nya, jadi punya bekal kalo2 suatu hari belanja di sana :)
ReplyDeleteMamaRashel: Hahaha ... kayaknya kalo masak sih mungkin. Tapi kalo dandan? Tidak lah yauw ... Saingan lagi ntar ama kang Ivan cs. Tapi boljug yah, siapa tahu akan ada Salon Hendri Bun ;)
Yulia: Gitu toh. Jadi manfaatin kelebihan seorang wanita yah. Pasti yang jualan itu cowok2, makanya sekali disenyumin, langsung luluh hatinya, lantas kasih diskon :) Zwartemarkt? Ooo ... *padahal tidak ngerti xixixi*
Vino: Mau tipsnya? Hehehe ... mau dalam bentuk postingan ndak ;)
George: Kayaknya sih iya yah, mau lebih care pada keluarga dan memahami perempuan (sengaja tidak pake wanita untuk dikau hehe). Yuhuuu ... teman2 yang merasa wanita, adakah yang mau membantu rekan kita yang satu ini supaya merasa menjadi perempuan???
Semakin memahami perasaan dan pikiran wanita rupanya si Hen ini :D
ReplyDeletewah sama dong koh..punya card nya matahari. eh iya aku pindah alamat koh ....
ReplyDeleteSince: Begitulah :) Biar keadilan terjadi hehehe ...
ReplyDeleteTata: Iya. Lumayan kumpul2in poin-nya. Kenapa ganti blog? Yang lama diapain? Jadi private yah?