Skip to main content

Banjir

Hari ini adalah hari yang berat, penuh perjuangan untuk bisa sampai ke kantor. Bayangin aja [cukup bayangin, ndak usah lakoni he he ...], aku ama istri naik motor berangkat dari Tubagus Angke, baru jalan 100 meter rintik-rintik ujan mulai mengguyur dengan cerianya. Untung itu cuma berlangsung sebentar saja. Sesampai di kota [karena tujuanku ke Ancol dulu - istri ngantor di sana], aku sengaja memilih rute Kp. Bandan, karena pengalaman kalo lewat Mangga Dua, sampai depan WTC [Gunung Sahari] pasti banjir. Eh ... sebelum sampai Bandan, pemandangan seperti empang terpampang dengan begitu indah ... dan di kiri-kanan ada beberapa teman seperjuangan yang mengotak-atik motornya dan berjuang men-starter kaki karena mogok kelelep.

[Sumber: SuaraPembaruan.Com]

Karena tidak ada pilihan, aku lantas putar arah, kembali ke Kota dan mengambil jalan Mangga Dua. Dan benar ... sesampai di depan WTC Gunung Sahari, pemandangan kolam renang kembali membuat aku berpikir ekstra untuk mengambil jalur lain. Terpaksa aku belok kanan menuju ke arah Senen, dan putar ke Kemayoran ... dan berhasil juga tiba di kantor istri dengan tidak kekurangan apa pun.

Tapi perjuanganku belum berakhir di sini. Perjalananku ke kantor masih sangat jauh. Aku kembali meluncur menerobos Kemayoran [Benyamin Sueb], dan persis sebelum pertigaan Kali Sentiong ke arah Cempaka Putih, hujan deras dengan tidak berprikemanusiaan mengguyur. Aku pinggirin motorku, dan dengan sigap memakai jas hujan, trus melanjutkan perjalanan.

Semuanya sepertinya akan berjalan lancar saja, begitu benakku berbicara. Ternyata tidak. Tepat di depan ITC Cempaka Mas, jalur lambat tergenang setinggi lutut. Syukur sempat membelokkan motor ke jalur cepat, dan lolos dari yang satu ini. Nah ... selepas dari perempatan Coca Cola, jalur terberat menghadang. Sepanjang jalan sampai Kelapa Gading, baik jalur cepat maupun lambat, genangan air setinggi paha dengan angkuh mengatakan, hayo ... kalo berani lewat he he ...

Akhirnya dengan pelan-pelan, sambil berharap-harap cemas -dan doa tentunya-, dengan tidak mengurangi gas motor ... jalur yang biasanya dilewati dalam waktu 5 menit harus dilakoni menjadi 15 menit. Wiuh ... dalam pikiranku udah deh ... kalo mogok yah ... paling-paling hari ini bolos ke kantor. Tapi, Tuhan masih memimpin daku. Aku berhasil melewatinya dengan selamat, dan rute selanjutnya sampai kantorku di Pulo Gebang lancar-lancar saja. Dan ... inilah daku he he ...

Waktu mengetik tulisan ini, muncul begitu saja bisikan, Hen ... inilah jalan kehidupan yang harus kamu tempuh. Jalan ini tidak mulus-mulus saja, selalu ada hambatan, tantangan, dan perjuangan ekstra diperlukan untuk melewatinya. Niscaya, kalau kita mau bertekun, berusaha, dan berjuang lebih ... jalan selanjutnya akan lancar ...

Apa sih yang masih menjadi pergumulan dan perjuangan yang harus aku lalui ... Pertama, tentang rumah. Kedua, istri yang sebentar lagi melahirkan. Dan masih banyak lagi kalau mau didata.

Tapi hari ini aku belajar satu hal. Kalau aku mau bertekun, berjuang, dan tidak kendor dalam meng-gas spirit dan semangatku, serta yang terpenting doa ... Aku pasti bisa melewati semuanya. PASTI ...

Comments

  1. Anonymous1:32 PM

    Percayalah, Tuhan tau yg terbaik buat kamu Hen. Segala hambatan yg kamu alami saat ini, pasti ada jalan keluar. Dan jangan lupa, semua hambatan Tuhan berikan, karena Dia sayang sama kamu. Supaya kamu kuat dan menjadi indah. GBU.

    ReplyDelete
  2. Anonymous3:43 PM

    met gabung di blogfam.. account sudah aktif.. silakan memperkenalkan diri di ruang perkenalan.. makasih..

    ReplyDelete
  3. Hambatan dlm hidup ini semakin membuat kita dekat pada DIA, dan tidak semua bisa berjalan mulus sesuai rencana kita tapi yg penting adalah Bapa di surga slalu menyertai kita dlm keadaan apapun dan itu adalah hal yg terindah dlm hidup ini,right.

    ReplyDelete
  4. alow hendri,'lam kenal n met gabung diblogfam..

    ya ampun itu banjir..kayanya menjelang imlek banjir ya..syukurlah kamu selamat sampe ditempat kerja

    Juju

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mie Godog Jawa ... Harga Sebuah Ketaatan

Aku ada janji meeting jam 14.00 di Bentara Budaya Palmerah. Jam 12.30, aku jalan dari kantor (Galaxy Bekasi). Tidak ketinggalan aku aktifkan Maps untuk mendapatkan advise jalur yang paling lancar. Maps merekomendasikan tol dalam kota, dan diperkirakan aku tiba di lokasi jam 13.45. Ok. Aku jalan. Kalau aku tiba sesuai waktu yang diperkirakan itu berarti aku akan kehilangan kesempatan untuk lunch. Berpaculah aku dengan waktu. Saat masuk tol Bekasi Barat, Maps merekomendasikan jalur alternatif yang bisa menghemat waktuku sekitar 15 menit. Hmmm ... interesting. Aku lirik jalur yang direkomendasikan. Aku harus keluar di Cawang, kemudian lanjut arteri sampai Pancoran, setelah itu baru nyambung tol lagi di Pancoran. Akal sehatku berkata: itu kan jalur macetttt. Sempat terlintas untuk aku abaikan rekomendasi ini. Apalagi menjelang simpang keluar cawang dan Gate Halim, aku lihat arah Halim lancar. Bimbang dan nimbang. Sepersekian detik, aku putuskan untuk ikut rekomendasi maps. Aku pun kelua...

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...