Apa sih yang terbayang di kepala Anda kalau mendengar sebuah kata 'ulang tahun'? Yap ... kado, hadiah, usia bertambah, dan aku yakin semua setuju dengan yang satu ini, makan-makan he he ... Tetapi apakah sebatas itu saja maknanya?
Adalah sebuah tradisi di keluarga kami, kalau ada anggota keluarga yang ulang tahun [ultah], makanan di hari tersebut pasti istimewa. Pagi-pagi sudah tersedia telor rebus berwarna merah, siang hari ada es krim, dan puncak perayaan dari semua itu adalah makan malam istimewa dengan menu misoa [mian sian], tahu isi daging, kacang polong 'maling', daging-dagingan, dan tidak ketinggalan ayam goreng. Kenapa ayam goreng termasuk istimewa? Karena di kota tercinta, yang namanya makan ayam itu sangat langka. Tidak seperti sekarang -terutama di kota-kota besar- ayam ada di mana-mana, yang disajikan dengan berbagai macam ramuan yang mengundang selera, dari goreng sampai rebus, bakar hingga panggang. Jadi, di pemangkat hanya momen-momen tertentu saja kita makan ayam, dan salah satu momen berharga tersebut adalah ulang tahun hehe ... kalo dipikir-pikir kasihan juga yah :)
Selain makanan yang ekstra istimewa, satu hidangan yang harus ada adalah kue ultah dengan lilin yang menunjukkan usia kita. Beda dengan sekarang di mana lilin udah dalam bentuk huruf, sehingga kalau usianya 8, tinggal pasang lilin dalam bentuk angka 8. Dulu tidak ada yang seperti gituan, jadi kalau ulang tahun ke-8, berarti lilinnya 8 batang dan harus ditiup sendiri semuanya hingga padam. Jadi bisa dibayangkan seandainya usianya udah kepala 2,3, atau 6. Kasihan khan he he ...
Tidak banyak kenangan yang berarti ketika aku melewati ultahku, termasuk yang ke-17, yang kata orang-orang harus dan kudu dirayain secara besar-besaran. Aku tidak pernah melakukan pesta ultah dengan mengundang teman-teman, apa lagi mengadakan pesta di gedung-gedung atau tempat bergengsi lainnya. Bagi aku, cukup kehadiran keluarga dan ucapan syukur karena sudah bertambah usia, bertambah dewasa, dan bertambah hikmah dariNya.
Momen-momen ultah biasanya selalu aku habiskan dengan merefleksi perjalanan sepanjang tahun, apa yang sudah aku capai dan lakukan, dan apa yang akan menjadi target dan sasaran mendatang untuk kugapai. Bagiku, tidaklah penting seberapa heboh, ramai, dan meriahnya sebuah ultah dirayakan dan dipestakan, tetapi dari lubuk hatiku terdalam aku selalu berbisik, terima kasih untuk tambahan usia sebanyak satu, karena aku tahu sebanyak itu juga pemeliharaan dan pimpinanMu nyata atasku.
Ajar aku Tuhan, untuk menghitung hari-hariku
sedemikian sehingga aku beroleh hati yang bijaksana
untuk melewati dan menggunakannya
dengan penuh tanggungjawab dan bermakna ...
* * *
31 Januari 1979, di sebuah rumah sakit kota purwokerto, sepasang suami-istri sedang berbahagia karena dikarunia anak ke-2, putri pertama yang sehat dan kuat dari pernikahan mereka, yang kelak mereka namai Fransisca Widjaja.
Selamat ulang tahun, istriku ... Tuhan memberkatimu.
Adalah sebuah tradisi di keluarga kami, kalau ada anggota keluarga yang ulang tahun [ultah], makanan di hari tersebut pasti istimewa. Pagi-pagi sudah tersedia telor rebus berwarna merah, siang hari ada es krim, dan puncak perayaan dari semua itu adalah makan malam istimewa dengan menu misoa [mian sian], tahu isi daging, kacang polong 'maling', daging-dagingan, dan tidak ketinggalan ayam goreng. Kenapa ayam goreng termasuk istimewa? Karena di kota tercinta, yang namanya makan ayam itu sangat langka. Tidak seperti sekarang -terutama di kota-kota besar- ayam ada di mana-mana, yang disajikan dengan berbagai macam ramuan yang mengundang selera, dari goreng sampai rebus, bakar hingga panggang. Jadi, di pemangkat hanya momen-momen tertentu saja kita makan ayam, dan salah satu momen berharga tersebut adalah ulang tahun hehe ... kalo dipikir-pikir kasihan juga yah :)
Selain makanan yang ekstra istimewa, satu hidangan yang harus ada adalah kue ultah dengan lilin yang menunjukkan usia kita. Beda dengan sekarang di mana lilin udah dalam bentuk huruf, sehingga kalau usianya 8, tinggal pasang lilin dalam bentuk angka 8. Dulu tidak ada yang seperti gituan, jadi kalau ulang tahun ke-8, berarti lilinnya 8 batang dan harus ditiup sendiri semuanya hingga padam. Jadi bisa dibayangkan seandainya usianya udah kepala 2,3, atau 6. Kasihan khan he he ...
Tidak banyak kenangan yang berarti ketika aku melewati ultahku, termasuk yang ke-17, yang kata orang-orang harus dan kudu dirayain secara besar-besaran. Aku tidak pernah melakukan pesta ultah dengan mengundang teman-teman, apa lagi mengadakan pesta di gedung-gedung atau tempat bergengsi lainnya. Bagi aku, cukup kehadiran keluarga dan ucapan syukur karena sudah bertambah usia, bertambah dewasa, dan bertambah hikmah dariNya.
Momen-momen ultah biasanya selalu aku habiskan dengan merefleksi perjalanan sepanjang tahun, apa yang sudah aku capai dan lakukan, dan apa yang akan menjadi target dan sasaran mendatang untuk kugapai. Bagiku, tidaklah penting seberapa heboh, ramai, dan meriahnya sebuah ultah dirayakan dan dipestakan, tetapi dari lubuk hatiku terdalam aku selalu berbisik, terima kasih untuk tambahan usia sebanyak satu, karena aku tahu sebanyak itu juga pemeliharaan dan pimpinanMu nyata atasku.
Ajar aku Tuhan, untuk menghitung hari-hariku
sedemikian sehingga aku beroleh hati yang bijaksana
untuk melewati dan menggunakannya
dengan penuh tanggungjawab dan bermakna ...
* * *
31 Januari 1979, di sebuah rumah sakit kota purwokerto, sepasang suami-istri sedang berbahagia karena dikarunia anak ke-2, putri pertama yang sehat dan kuat dari pernikahan mereka, yang kelak mereka namai Fransisca Widjaja.
Selamat ulang tahun, istriku ... Tuhan memberkatimu.
Happy Birhday, Sisca... :) Duh, bentar lagi jadi ibu, ya... ;)
ReplyDeleteHai, Hen...salam kenal...rajin2 mampir, ya... :D
Met ulang tahuuun... tadadadada...
ReplyDeleteDevita ... salam kenal juga.
ReplyDeleteDari sisca: iya neh, deg-degan
Mus: Thanks banget
Happy belated day for ur wife Hen. wish her all da best!
ReplyDeletewah ultah sama buanget ama ultah temenku...
ReplyDeletemet ultah yo....