Skip to main content

Mendengarkan

Berikut adalah bocoran rekaman adegan kegiatan di atas ranjang sesaat sebelum dua insan berlawanan jenis yang menjadi aktor utama melambungkan awangnya dalam dunia mimpi. Dengan setting si kecil sudah terlelap, begitulah scene selengkapnya ...

"Lo Kung ... aku ingin cerita neh."
"Hmm ... mau cerita apa?" (sambil memainkan hape)

"Pokoknya mau cerita ..."
"Ya udah. cerita aja ..." (tetap terpaku pada hape)

"Letakkan dulu hapenya napa sih ... Ini nih ada yang penting." (sambil tangannya merebut hape dari genggaman Lo Kung)
(Berusaha merebut kembali hapenya) "Sini hapenya ... kalau kamu mau cerita, langsung aja. Aku dengarin kok ..."

(Rebut lagi hape ... dan umpetin di balik bantal yang jauh dari gapaian Sang Lo Kung) "Aku tahu kamu dengarin. Tapi aku tidak ingin kamu sekadar mendengar ..."
(Karena hapenya jauh dari jangkauan, ditambah malas untuk rebut-rebutan, Lo Kung pun memiringkan badannya memunggungi Lo Pho-nya sambil memeluk guling). "Apa yang ingin kamu ceritakan?"

(Merasa dipunggungi, Sang Lo Pho pun berusaha membalikkan badan Lo Kung supaya menghadapnya) "Ah Lo Kung ... kalau aku cerita dengarinnya yang serius dong. Jangan bersikap memunggungi gitu."
(Dengan malas berbalik ke arah Lo Pho) "Emang ada bedanya. Aku khan tetap dengarin kamu. Aku juga bisa mengulang ceritamu dari awal kalau kamu ingin aku ceritain ulang ceritamu ..."

"Iya aku tahu. Tapi jangan lupa, aku juga hafal dengan sikapmu yang satu ini, kalau aku cerita dan kamu memunggungi aku, pasti tengah cerita kamu ngorok."
(Lo Kung Hanya tersenyum).

"Intinya aku ingin kalau aku cerita, kamu MENDENGARKAN aku. Bukan sekadar MENDENGAR ..."
"Emang ada bedanya?"

"Ada ... Kalau mendengar khan sekilas lewat telinga kiri keluar telinga kanan. Tapi aku ingin DIDENGARKAN. Jadi bukan cuma numpang lewat dan pengantar tidur doang ..."
"Ooo ..."

Dan alur cerita selengkapnya, Lo Kung pun akhirnya MENDENGARKAN sang Lo Pho. Singkat cerita, malam itu pun dilewati dengan selibat adegan yang ehem ehem ... :)

* * *

MENDENGAR dan MENDENGARKAN. Apakah ada perbedaan antara kedua kata tersebut?

Mungkin sekilas tidak ada perbedaan sama sekali. Kalaupun ada bedanya, paling cuma ada tambahan akhiran -kan saja. Tapi kalau aku boleh mencoba untuk membedah kedua kata tersebut (ceille ... ceritanya mau jadi ahli bahasa neh si Hendri hehe ...), MENDENGAR itu dapat diartikan sebagai sekadar dengar doang. Memang sih secara aktivitas, kita mendengar apa yang diceritakan lawan bicara kita. Namun apa yang kita dengar itu sepertinya cuma numpang lewat saja alias tidak pernah dicerna, dipikirkan, direnungkan, hingga yang paling tragis, dicuekin dan disepelekan.

Aktivitas mendengar itu mudah sekali kita temukan terjadi di sekeliling kita. Bahkan secara sadar atau tidak, kita juga (sering) melakukannya. Misalnya, saat istri atau suami kita mau berdiskusi dengan kita, kita malah asyik membaca koran sambil berkata "bicaralah ... aku mendengar apa yang kamu bicarakan." Atau ketika anak kita mau cerita, tatapan kita malah terfokus pada layar TV, dan lagi-lagi kita berkata "cerita saja Nak, papi/mami mendengar." Demikian juga waktu kita asyik di depan layar komputer, atau ber-hape ria, atau tenggelam dalam sihir novel kesukaan kita ... kita selalu bisa berdalih "aku MENDENGAR".

Jadi tidak salah khan kalau aku mengatakan, mendengar orang itu berarti kita hanya menghadirkan tubuh atau raga atau fisik kita di depan lawan bicara kita, sedangkan pikiran, fokus, dan perhatian kita melambung dan berkelana entah ke negeri mana. Istri/suami/anak kita asyik bercerita dengan penuh gairah, eh ... pikiran kita malah melayang memikirkan "ntar malam siapa yah yang menang dalam big match MU vs Chelsea?" Kolega kita pengen share atau curhat, tahu-tahu kita malah merencanakan "ntar mau lunch di mana yah?"

Tidak enak khan kalau kita berada pada posisi yang bercerita. Dengan setumpuk harapan akan adanya tanggapan penyaluran, yang didapat hanyalah anggukan-anggukan atau dehaman-dehaman kecil nir-makna. Bisa ditebak, semangat mengebu-gebu tersebut perlahan tapi pasti segera menyusut. Ibarat api yang mulai kehilangan minyak, begitulah mendengar menjadikan sebuah pembicaraan dan interaksi menjadi hambar. Yap ... itulah MENDENGAR.

Sedangkan MENDENGARKAN adalah bertolak belakang dari MENDENGAR. Mendengarkan berarti kita menghadirkan diri kita seutuhnya untuk lawan bicara kita. Ada perhatian, kepedulian, tanggapan, umpan balik, pendapat, pemecahan masalah, hingga akhirnya kelegaan dan kedamaian bisa dicapai oleh aktivitas MENDENGARKAN. Dengan mendengarkan, secara tidak langsung terjadilah komunikasi dan interaksi dua arah yang akhirnya menghasilkan sebuah solusi yang titik akhirnya semakin mempererat sebuah persekutuan atau pertemanan. Sedangkan untuk yang sudah berumah tangga, tentunya hubungan suami-istri-anak semakin mesra dan saling berpengertian.

Dalam mendengarkan, ada unsur perasaan dan emosi dilibatkan. Ibarat sebuah masakan, bahan-bahan yang ada dikumpulkan dan diracik sedemikian rupa dengan tambahan bumbu-bumbu yang merangsang tumbuhnya nafsu melelehkan liur di indra perasa kita, yang kemudian diolah dengan sepenuh kreasi oleh sang koki hingga akhirnya tersaji makanan enak nan menggiurkan ... demikianlah mendengarkan. Ada rasa lapar, keinginan mencicipi, kepuasan, hingga kerakusan membuat kita ingin dan ingin dan ingin lagi berinteraksi dan menikmati indahnya sebuah percakapan. Dan menurutku ... gairah tersebut bisa diciptakan dengan mempraktekkan sekeping aktivitas: mendengarkan.

Mendengarkan juga berarti kita menyediakan telinga kita utuh untuk lawan bicara kita. Secara fisik memang telinga letaknya di kepala kita. Namun bukan telinga itu yang dimaksudkan. Telinga di sini berarti kesediaan dan kelapangan kita untuk menampung semua kata yang dikeluarkan untuk kemudian diolah menjadi sebuah sikap yang aku sebut perhatian (care) yang olehnya membuat partner kita merasa lebih puas.

Ah ... indahnya kalau semua orang sadar dan mau mendengarkan. Dan secara istimewa, aku bersyukur dan berterima kasih untuk istriku yang sudah memberikan pencerahan kepadaku untuk hal ini. Kiranya aku mau mulai belajar untuk MENDENGARKAN, bukan sekadar MENDENGAR.

* * *

Anak kecil pun butuh untuk DIDENGARKAN. Itulah yang aku alami bersama buah hatiku, Marvel. Bagaimanakah cerita selengkapnya?

Seperti yang pernah aku ceritakan, wiken adalah saat yang paling aku tunggu. Kenapa? Karena itulah kesempatan untuk bermain bersama anakku sepanjang hari. Trus, apa hubungan antara bermain dengan mendengarkan?

Begini nih ... Seperti biasa, aku selalu menemani dia bermain dan bereksplorasi dengan dunianya. Saat itu, kadang ada telp atau SMS masuk hingga mau tidak mau aku harus menjawabnya. Kalau telp sih tidak masalah, karena dia malah senang memperhatikan aku bertelp. Mungkin dia merasa heran, aku kok ngomong sendiri. Kadang khan terdengar suara lawan bicara meski secara samar-samar. Itu juga membuat dia tambah takjub dan diam mengamati, kok bisa alat tersebut mengeluarkan suara.

Yang jadi masalah pas harus menjawab SMS. Mau tidak mau aku harus mengalihkan perhatianku sementara dari dia untuk ketik SMS. Nah ... di sinilah anakmu menunjukkan rasa irinya untuk dimadu alias diduakan. Dia mungkin berpikir waktu aku SMS berarti aku tidak lagi menghadirkan diriku sepenuhnya untuk menemaninya bermain. Alhasil, tiap kali aku dapat SMS dan menjawab, dengan segera dia akan merebut hape-ku dan menyuruhku untuk meletakkannya. Kalau aku tetap nekad melanjutkan SMS, dia akan tambah agresif merebut, dan setelah dapat dia akan umpetin hapeku supaya aku tidak SMS lagi.

Hmm ... bentuk lain dari tuntutan mendengarkan. Begitukah?

Comments

  1. sebagai manusia yang diciptakan dengan 2 kuping, 1 mulut dan otak yang luarbiasa. MENDENGARKAN itu sudah selayaknya terjadi, kalo engga, yang pacaran bisa putus, yang udah nikah bisa ribut, karyawan bisa dipecat, murid bisa disetrap... hehehehe

    ReplyDelete
  2. Baru juga mo nulis yg bau-bau mendengarkan.. :)

    Ooo... jadi malam itu yang dibicarakan dan didengarkan cuman ehem ehem gitu? :p

    ReplyDelete
  3. Anonymous7:22 PM

    Hen, paling gak enak kalo dah berusaha mendengarkan dengan baik, giliran minta didengar, malah gak dianggap. Air susu dibalas air tuba...qiqiqi...ini ngomongin hubungan pertemanan loh bukan suami istri :p

    ReplyDelete
  4. Anonymous9:15 PM

    Hen,

    Marvel umur berapa? Anak-anak jaman sekarang semakin kritis ya, makin bertambah umurnya makin meminta "didengarkan". Bagiku, saat-saat inilah saat yang paling berharga bagi orangtua untuk mendengarkan cerita anak-anaknya dengan seksama. Sehingga dia merasa diperdulikan / diperhatikan dan membentuk rasa "aman" untuk bercerita pada ortu.

    Btw, GP Japan minggu ini udah di depan mata;) gimana prediksi mu? hihi.. iya, i hate FA so much:D oya hen, gimana kalo FA ke Ferrari? :p

    Aiko's Mom
    our-beautiful-day.com

    ReplyDelete
  5. xuxu: Yap ... makanya susah untuk dibayangkan kalo manusia diciptakan dengan 2 mulut yah. Bisa2 masing2 pribadi berantem sendiri2, karena mulut yang satu ngomong ini langsung dibalas oleh mulut yang lain hehe ... makanya bersyukur diberi Tuhan sesuatu yang sudah pas dan penuh perhitungan ;)

    Since: Wahh ... apakah ini berarti kita udah mulai sehati ;) Tetaplah tulis yang berbau mendengarkan yah, itung2 memberi wawasan baru bagi kita yang membaca ... Ehem ehem itu apa yah ;)

    Yenny: Emang dikau mengalami seperti itu? Coba sebutkan siapa temanmu yang berani berbuat seperti itu sama kamu *sambil bawa pentungan* xixixixi ... Tapi untuk hubungan suami-istri, segalanya lancar khan ;)

    Aiko Mom: Marvel masih kecil, bulan depan baru 1 1/2 taon. Tapi emang benar yah, jaman sekarang anak2 pada kritis2. Apa ada pengaruh asupan gizi yang semakin canggih yah? GP Japan? Tetap KR dong. FA ke Ferrari? Waaaa ... janganlah. Tapi kalo statusnya ntar dia kayak RB sewaktu masih ada MS sih, ndak apa2 hehehe ...

    ReplyDelete
  6. Anonymous10:41 AM

    Anak-anak biasanya lebih menuntut ortunya utk mendengarkan, tapi klo gw n hubby biasanya saling mendengar aja soalnya klo ngobrol pasti sambil hubby maen komputer or gw sambil baca buku. Biar hemat waktu. :p

    ReplyDelete
  7. hehehehe cowo kebanyakan mendengar doang,jarang ada yg mendengarkan :D

    ReplyDelete
  8. Anonymous1:59 PM

    jadi si lo pho mau minta di dengerin atau mau ehem ehem sih ???
    hehehe....

    yah emang sih anak sekarang tuh emang pada kritis2 bisa protes...

    ReplyDelete
  9. So...si lao pho dan lao kung itu pengalaman pribadi ya hen ? hhiihihhi. tull anak kecil perlu didengar tapi sekaligus jg harus belajar mendengar :D...abis mereka maunya cuman didengar..giliran mamane ngomong ....dicuekin

    ReplyDelete
  10. Dewi: Iya neh. Anak-anak sangat meminta perhatian, mgkn karena kebanyakan ditinggal ortu kerja kali yah, makanya sekali ada kesempatan ketemu langsung caper dan minper abiz ... Hemat waktu? Hehehe ... Bisa juga dicoba tuh ;)

    Kece: Hehehe ... begitulah cowok. Tapi cewek juga banyak yang cuma mendengar doang loh :)

    Ir: Yang ehem ehem itu efek lanjutnya. Makanya, harus banyak mendengarkan supaya bisa sering ehem ehem ;) Setuju .. anak2 udah pada kritis. Jadinya gimana dong ...

    Fanvin: *angguk2* Yap, pengalaman pribadi :) Salah satu sifat anak kecil khan egois, makanya jangan heran dia suka didengarkan tapi tidak mau mendengarkan :)

    ReplyDelete
  11. Anonymous5:50 PM

    lah, trus yg dimaksud ehem ehem itu apa?? Wkwkwkwkwkw.... lol

    haha, bener tuh. udah sering disinggung dari pas zaman SMP dulu, beda antara mendengar dan mendengarkan. Kalo pake bahasa inggris lebih jelas yah, to hear sama to listen... :)

    teori (ngomong) sih gampang, tp praktek kadang susah, ha3... :D Secara mendengarkan kan susah tuh, capek lg... :D

    ReplyDelete
  12. kalo yg ngomong kayak customerku yg gak bisa berenti ngomong si j, bisa muntah mendengarkannya. so, kalo dia ngomong, cukup didengar saja sambil ooooh oh ya ? hmm...ok...*sambil chatting

    ReplyDelete
  13. emang paling bete klo ngomong sama orang tadi gk bertatap muka...kesannya gk mendengarkan getoh

    ReplyDelete
  14. Zilko: ehem ehem itu yah ehem ehem hehe ... ntar kalo udah waktunya kamu juga tahu maksudnya ;) Hehehe ... tadinya aku juga mau pake kata english, soalnya makna kata eng lebih mantap dan kuat. Tapi yahhh ... jadinya tetap mendengar dan mendengarkan. Betul tuh, praktek selalu lebih susah dari teori. Kenapa yah???

    Dian: Hahaha ... kalo untuk yang satu itu, benar kamu cukup mendengar sambil berharap2 semoga dia mengerti bahwa kita lagi mengusirnya secara halus :)

    Tata: Betul. Makanya kalo kita ingin didengarkan, kita juga harus mendengarkan. Ada pengalaman pribadikah?

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Kalo mendengar di balik pintu gimana? :p (serius dikit napa sih gw? hihihihi)

    salah satu keajaiban di diri gw itu ya mendengarkan. Tp kl lagi ngumpul rame2 ya susahlah, plg jd mendengar aja hihihii :p

    ReplyDelete
  17. lo kung & lo pho tuh sapa siy hen? :D

    klo sy siy lebi seneng dengerin..soalnya ga bawel siy hahahha...

    ReplyDelete
  18. Anonymous2:30 PM

    Si kecil udah belajar kritis rupanya. Om sebagai ortu kiranya diberi kebijaksanaan dan himkah untuk mendidiknya menjadi orang berguna yah. Salammmmm ....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Barang Baru

Kira-kira sebulan yang lalu, laptop saya mengalami masalah. Entah karena sudah tua, atau kebanyakan buka program, atau isinya udah penuh, mendadak laptop saya hang. Karena kurang sabar, langsung saja aku matiin dengan paksa. Ketika aku mulai menyalakannya lagi, berhasil ... Namun belum sempat aku klik tombol start, mendadak blue screen error muncul. Awalnya aku pikir itu error normal. Aku pun mematikannya lagi, kemudian restart. Windows menyarankanku memilih Safe Mode, aku pun mengikutinya. Namun, apa yang terjadi, tunggu punya tunggu, nanti detik demi detik, windows yang aku nantikan tidak muncul-muncul. Aku mulai panik ... karena secara pelan mulai terdengar suara berisik yang semakin lama semakin keras. Waduh ... fellingku berbicara kali ini harddisk-ku yang kena. Aku coba tenang, lalu mematikan laptop, dan menunggu sekitar 10 menit. Kembali aku coba nyalain ... dan benar, suara gemerisik harddisk membuatku patah arang ... terbayang sudah data-dataku yang bakalan lenyap [karena suda

Private

Sejak blogger menyempurnakan versi betanya, dari sekian perbaikan dan fitur baru yang diperkenalkan, ada satu fitur baru yang belakangan marak dimanfaatkan oleh para blogger. Fitur tersebut adalah blog readers. Aku yakin teman-teman sudah tahu apa fungsi fitur yang terletak di menu permission ini. Yap ... Fungsinya adalah men-setting blog menjadi private sehingga tidak semua orang berhak dan boleh bersantai di sana, tetapi hanyalah orang-orang pilihan yang di-choose atau di-invite yang bisa masuk dan ngopi di sana. Jadi janganlah heran kalau saja suatu saat Anda meng-klik sebuah blog, yang keluar adalah tulisan "blogger: permission denied; this blog is open for invited readers only", yang artinya Anda tidak diundang dan tidak diperbolehkan untuk mengintip isi blog tersebut. Jangan merasa kecewa, karena pasti ada alasan tertentu mengapa seseorang men-setting blog mereka dari semula open menjadi private. Jangan juga merasa patah hati, karena di balik privatisasi tersebut selalu

Sedang ingin bercinta

Wuihhh ... serem abiz yah judulnya: sedang ingin bercinta ... hahaha. Eit ... jangan berpikir yang macam-macam dulu, meskipun benar Hendri sekarang sedang berpuasa panjang dari aktivitas yang namanya bercinta, bukan berarti ini sebuah proklamir atau deklarasi dari hati terdalam tentang keinginan yang terpendam selama waktu yang sangat panjang. BUKAN .... Semuanya berawal dari suatu malam saat aku tidak bisa tidur karena terlalu capek. Seperti biasa, sebagai pelarian dari ketidakbisatiduranku, remote TV selalu menjadi sasaranku. Setelah aku pencet sana pencet sini, sebuah klip musik dengan alunan lumayan keras menarik perhatianku. Aku perhatikan personil yang nyanyi, oh ... Dewa. Biasanya aku kalau dengar lagu Dewa, entah itu di radio maupun TV, dengan spontan aku langsung memindahkan salurannya karena emang aku kurang menyukai musiknya. Namun entah kenapa, lagu ini kok menyita banget perhatianku, dan tanganku sepertinya dihipnotis untuk tidak macam-macam alias hanya kaku saja tak kuasa