Skip to main content

Ketika Waktu Itu Tiba

Kala maut menjemput kita
apakah kita sanggup mengelaknya
dengan mengatakan aku bukanlah orang yang tepat
aku bukanlah penumpang yang harus mengikuti jemputanmu
aku hanyalah korban yang salah sasaran
seseorang yang seharusnya menempati kursi tungganganmu
dia berada nun jauh di sana
dengan segala keberadaan mereka
demikian juga diriku
engkau salah orang

Dia datang begitu saja
tanpa sebuah peringatan sama sekali
layaknya seekor singa yang sedang mencari mangsa
dia mengintai
mengintip
selalu waspada
ganas
garang
tidak kompromi
menunggu waktu yang tepat
menunggu mangsanya lengah
dengan sekuat tenaga
melompat
menerkam
menerjang
menggigit
merobek
menghancurkan
mematikan ...

Bagaimanakah bentuk dia sebenarnya
apakah benar berjubah hitam
dengan muka ditutupi topeng
memegang sebuah tombak panjang
yang ujungnya tajam seperti golok
yang konon siap menghujam
dan menarik dengan paksa roh si mangsa
untuk kemudian dihantarkan
kepada penguasa dunia akhirat
untuk di tempatkan di sebuah tempat
yang sudah disiapkan baginya
tanpa menerima protes dan sanggahan?

Saat kematian mendekati kita
apakah mungkin kita berdalih dengannya
langkahku menuju ke sana masih sangat jauh
pijakan kakiku belum seharusnya menuju ke sana
masih banyak hal yang menghantuiku
untuk aku kerjakan dan selesaikan
kesempatan bagiku seharusnya masih panjang
tidak mungkin aku harus pergi sekarang
engkau salah orang

Dia muncul layaknya ular phyton
yang tenang tidak bersuara
bersembunyi dalam sebuah keheningan
bermeditasi dengan sepinya semesta
karismanya begitu kuat
aura keberadaannya begitu hebat
naluri kehadirannya begitu dahsyat
namun dalam semua keberadaannya
sanggup membuat mangsanya lengah
tidak menyadari bahwa di sana
telah menunggu sebuah ancaman besar
yang berkekuatan luar biasa
dengan sebuah lilitan keras
sanggup mencegat nafas berhembus
menghancurkan
meremukkan
dan mematikan ...

Apakah dia berbentuk seberkas terang
dengan dua sayap terkepak lebar
menebarkan butiran keemasan
membentuk sebuah gerbang
dengan tangga berhiaskan batu permata
yang bekerja dengan lembut
membujuk penumpangnya untuk tidak sabar
dan menanamkan rasa penasaran
meniti langkah demi langkah
sekadar mengetahui apakah ujung di sana
seraya bertanya-tanya
itukah tujuan akhir dari hidupku?

Saat waktu itu datang
sanggupkah kita menyatakan
inilah segenap diriku seutuhnya
aku tidak akan menggugat
aku tidak akan menolak
karena inilah segenap pribadiku
dengan segenap karya dan ciptaku
yang sudah aku persembahkan
bawalah aku dalam keabadian
karena aku sudah siap

Comments

  1. Wah, ternyata lagi ol malem2 nih... :)

    Koq malah ngomongin kematian sih??? :(

    ReplyDelete
  2. Anonymous11:29 AM

    Hidup matiku ditangan Tuhan. So, must ready anytime. ;)

    ReplyDelete
  3. tadi malam gua baru aja ngelayat, pas penutupan peti lagi, kebayang gak sih terbujur kaku dalam peti kayu?

    ReplyDelete
  4. Anonymous4:18 PM

    duh bicara soal kematian itu bikin bulu kuduk merinding, gue gak kebayang banget deh kesana nya nanti gimana ...

    ReplyDelete
  5. Satu yang aku tau dengan pasti, aku akan mati. Hanya kapan, bagaimana dan di mana, itu yang tidak aku tau.

    ReplyDelete
  6. Anonymous10:50 AM

    Jika memang sudah waktunya mengapa harus melawan...hidup dan mati ada saatnya..jika saat kehidupan kita di dunia memang sudah waktunya berakhir..berarti semua tugas dan perlakuan kita juga berakhir...

    Dan disanalah aku diketahui seberapa yang sudah besar kita sudah lakukan untuk mengisi hidup kita dengan sia-sia. Atau Disanalah selalu orang yg ditinggalkan akan menyesal tidak pernah punya cukup waktu untuk melakukan sesuatu yang berarti untuk diri sendiri dan orang lain...

    Shepia

    ReplyDelete
  7. Hen, Setiap orang pasti mati, tapi janganlah kita berbuat sesuatu yg mematikan diri sendiri ataupun menyebabkan orang lain menjadi mati hihihi

    Ehhh, ternyata rumput eh komputer bos sll lbh canggih....smg beliau agak lama berlibur sambil menunggu punyaku di install ulang..gileee mannn....baru dua hari ngeblog sdh menghancurkan satu komputer..apa kata duniaaa...*opss sorry..jd curhat*

    ReplyDelete
  8. duhhh siapa yg mo mati nih hend ??*tatut*

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...