Skip to main content

Bahagia Memberi

Kemarin aku lihat film di salah satu stasiun TV swasta di Republik ini. Judulnya Rat Race. Film produksi tahun 2001 yang dibintangi beberapa bintang keren seperti Cuba Gooding jr, Whoopi Goldberg, dan aktor kocak dengan seribu wajah Rowan "Mr. Bean" Atkinson ini sebenarnya sudah pernah aku nonton beberapa kali. Tapi ini mungkin yang dinamakan hasil sebuah keisengan yah, yaitu dengan menonton berkali-kali meskipun sudah tahu jalan cerita dan endingnya, selalu saja ada pembelajaran dan hikmat baru yang didapatkan.

Alur film ini sederhana saja. Dikisahkan ada seorang yang sangat kaya, iseng memilih beberapa orang untuk ikut dalam sebuah kompetisi, dengan dibekali masing-masing sebuah kunci keramat, yang finalnya adalah sebuah loker di sebuah stasiun kota Silver, New Mexico. Apakah isi loker tersebut? DUIT!!! Jumlahnya ndak tanggung-tanggung, 2 juta dolar amrik alias USD 2.000.000,- alias Rp. 18.200.000.000,- [dengan kurs Rp. 9.100]. Wow ... keren yah. Misalnya teman-teman terpilih untuk ikut kompetisi tersebut, tertarik untuk ikut ndak hehehe ...

Alhasil, sepanjang film itu ditayangkan, aneka drama dan adegan yang diwarnai kekocakan, kekonyolan, keberuntungan hingga kesadisan disuguhkan untuk memuaskan mata penontonnya. Beberapa adegan yang sempat aku catat adalah perjuangan kakak beradik yang tidak dapat tiket pesawat berusaha mengacaukan seluruh penerbangan dengan mencoba merobohkan menara pengawas [dan memang akhirnya mereka berhasil]. Atau adegan pahlawan kita, Mr Bean, yang beruntung dapat tebengan mobil kurir yang hari ini dapat pesanan spesial: jantung manusia hasil donor, yang karena kurang kerjaan malah memporak-porandakan jantung tersebut.

Adegan lain bagaimana salah satu kontestan dengan cara konyol menipu supir bus pembawa tour ibu-ibu dengan alasan istri melahirkan, hanya demi mendapatkan cara ekspress untuk sampai ke tujuan. Atau adegan seorang suami sekaligus bapak dua anak memberikan minuman yang udah dicampur obat tidur supaya mereka tidak protes dan rewel. Semua cara dihalalkan di film ini hanya demi satu tujuan: 2 juta dolar amrik oeiiii ...

Singkat cerita, setelah melalui beraneka ragam perjuangan, sampailah mereka ke tujuan akhir dengan selamat. Namanya juga film yah, tidaklah mengherankan kalau para kontestan bisa sampai dalam waktu yang bersamaan persis. Dan dengan diadegankan sedemikian rupa, mereka berebutan menggunakan kunci mereka untuk membuka loker istimewa tersebut.

Hasilnya? Nihil alias ternyata loker itu kosong. Lantas, di manakah uang yang dijanjikan tersebut? Rupanya salah satu staf orang kaya yang mengadakan kompetisi tersebut bersekongkol dengan 'pacar'-nya melarikan ransel yang berisi uang tersebut. Mengetahui hal tersebut, para kontestan pun rame-rame mengejarnya ... dan untuk memperpendek cerita, tibalah mereka dalam sebuah ruangan gelap dengan masing-masing sudah memegang gepokan-gepokan uang. Trus apa yang terjadi?

Lampu nyala ... orang-orang bersorak kencang dan suasana gemuruh meriah. Rupanya mereka nyasar di sebuah panggung, dan acaranya adalah malam pengumpulan dana untuk orang-orang yang tidak mampu. Awalnya mereka tidak sadar dan menjawab dengan gembira saat diwawancara oleh pembawa acara, karena mereka mengira itu sambutan karena mereka berhasil dalam kompetisi ini. Tapi setelah melihat papan jumlah dana yang terkumpul bergerak dan bertambah sebanyak 2 juta, dan sebuah kantong diedarkan untuk menampung uang di tangan mereka, tercenganglah para kontestan ini.

Di sinilah momen pelajaran aku dapatkan, yaitu bagaimana reaksi orang ketika merelakan dan bahagianya seseorang waktu memberi sesuatu yang berguna bagi orang lain. Sesaat sebelum mereka mencemplungkan duit mereka ke kantong, ada beberapa anak kecil yang mewakili anak-anak sedunia yang kelaparan mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati mereka. Melihat dan mendengar semua itu, lembutlah hati kontestan itu satu persatu, dan merelakan bagian mereka disumbangkan.

Dan bagaimanakah ending film ini? BAHAGIA. Ungkapan dan ekspresi kebahagiaan yang ditampilkan di layar seketika membuka mata batinku dan berujar: inilah kebahagiaan sejati kala kita memberi dengan tulus dan ikhlas.

* * *

Memang sih bisa kita katakan: ah ... itu cuma film saja. Bukankah tujuan film selalu happy ending. Lantas apa istimewanya? Itu khan cuma akting saja ...

Eits ... tunggu dulu. Jangan langsung memvonis begitu. Kenyataan dan pengalaman yang aku hadapi membenarkan ekspresi dari bahagianya memberi. Lihatlah wajah-wajah dari mereka-mereka yang hidupnya memang didedikasikan untuk melayani sesama dengan memberi tanpa mengharapkan imbalan. Apakah yang kita temukan?

Contoh yang paling nyata adalah Bunda Teresa. Dengan semangat dan pengabdiannya yang terungkap dalam sebuah statemen sederhana "love until it hurts", membuka mata batinku bahwa di dunia ini ada orang-orang semacam itu. Sewaktu membaca biografinya, ditambah melihat dokumentasi dirinya dalam bentuk film, melihat adanya kejernihan dan aura nyaman-damai terasa dan terpancar begitu murni. Coba deh search di google foto-foto beliau, pasti yang didapat adalah posenya dengan wajah lembut, damai, tentram, dan bahagia [mungkin sih ada beberapa yang dalam ekspresi bersedih dalam doa, tapi di inner-nya, kebahagiaan pasti terpancar begitu nyata].

Belajar dari tokoh India, Mahatma Gandhi juga mencelikkan benakku tentang bahagia memberi dan mendedikasikan diri pada pihak yang lemah dan membutuhkan. Beberapa tokoh dunia lainnya, seperti Martin Luther King Jr, Konosuke Matsushita, Bill Gates dengan Gates Foundationnya, hingga peraih nobel dengan Grameen Bank-nya, Muhammad Yunus kiranya pantas kita pelajari untuk mengerti indah dan bahagianya dalam memberi.

Ah ... si Hendri. Kok kasih contoh tokoh-tokoh dunia. Emang tidak adakah tokoh lokal yang dekat dengan kita untuk diangkat dalam posting ini? Hmm ... kalau ditanya begitu, bingung aku menjawabnya. Ada ndak yah di dekat-dekatku yang bersikap begitu? ***Let me think*** Mungkin benar juga, terlalu muluk dan besar contoh yang diberikan. So ... let me make it simply.

Bahagia memberi sebenarnya dapat kita temukan dan lakukan sendiri dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak di desa yang kekurangan biaya untuk sekolah. Atau menyumbangkan sebagian penghasilan kita untuk keperluan pembangunan tempat ibadah. Atau memberikan paket nasi bungkus kepada anak jalanan di perempatan-perempatan. Atau menyumbangkan baju-baju bekas yang sudah tidak kita pakai kepada lembaga-lembaga sosial untuk disalurkan kepada yang membutuhkan.

Bisa juga mengunjungi panti asuhan atau panti jompo. Dan masih banyak kegiatan-kegiatan sepele lainnya yang dapat kita lakukan dalam rangka men-tulus-kan diri dalam memberi. Namun di atas semuanya itu, kiranya satu hal perlu untuk diingat: berikanlah dengan tanpa ada maksud terselubung ;)

Hmmm ... bagaimana dengan Hendri sendiri? Jangan-jangan dia yang tulis posting ini, tapi belum pernah melakukannya sama sekali. Hehehe ... biarlah daku [kita] bercermin :)

Comments

  1. "Rat Race", belon pernah nonton. Boleh juga nih.

    Hen, aku cuman ingat, dulu... nasihat awal yang aku dapet soal ketulusan beri-memberi: Jika tangan kanan memberi, tak usahlah tangan kiri ikut mengetahuinya.

    ReplyDelete
  2. blom pernah nonton, bagus ya?? He3... :) Kaya The Amazing Race tu, harus melakukan ini itu untuk mencapai hadiah utama., Tapi The Amazing Race kan reality show, jadi ya tetep aja ada aturan, ga mungkin kan pesertanya ngerobohin control tower bandara internasional, wakakakaka... :))

    Tokoh lokal?? Kalo Romo YB. Mangunwijaya masuk ga ya?? :)

    Btw, jadi semua hadiahnya disumbangkan gitu?? Hmmm... . Kalo bener gini, menurutku koq kesannya lebih ke dipaksakan dan agak "munafik" ya, hmmm...

    ReplyDelete
  3. Anonymous9:01 AM

    gong xi fa cai,hen.
    beri gue angpao dong :P

    ReplyDelete
  4. Anonymous9:52 AM

    Kayaknya kalo udah ngomong duit, sgala cara dihalalkan yah. Hmm ... duit memang kejam hehe ...

    Kayaknya kocak neh pilmnya. ntar hunting ahhh ...

    ReplyDelete
  5. Since: iya neh ... perlu nonton neh film untuk refreshing ;) Setuju dengan nasehat itu ... biarlah tidak ada yang mengetahui kalo kita berbuat sesuatu, biar pahalanya kita dapatkan di ending kehidupan kita :)

    Zilko: Yap. Romo Mangunwijaya masuk. Tapi aku dengar2, warisan beliau malah jadi persengketaan pewarisnya yah. Tragis kalo gitu :( Btw, namanya juga film, khan selalu dibuat biar happy ending hehehe

    Meli: Kiung hi juga. Mau angpao? Balik indo dong, ntar daku kasih yang spesial :)

    Rudy: Gitulah ... namanya juga human being. Mata selalu hijau kalau lihat yang namanya duit :) Btw, kalo udah berhasil hunting tuh pilm, kasih kabar yahhhh ...

    ReplyDelete
  6. Yang paling bahagia dalam memberi itu kalo kita bisa memberi tanpa ada yang tahu... itu baru sip...

    ReplyDelete
  7. Anonymous1:53 PM

    Aku baru tahu rupanay om seorg peresensi film juga. Jadi pgn nonton neh hehehe ...

    ReplyDelete
  8. pernah nonton pilem itu...

    tapi aktingnya kek pada dipaksain gitu...
    mending nonton seri Mr Bean deh lebih lucu!

    (Met wiken ya, GBU)

    ReplyDelete
  9. wah aku ga inget apa sudah pernah nonton atau belum.
    yg jelas pesan dr postingmu ini mendalam sekali deh :)

    GBU!

    ReplyDelete
  10. gue dah nonton tuh,
    yang seru ketika (ga tau mereka sengaja apa ga), ngerjain si orang kaya yang iseng itu,dengan mengumumkan bahwa dia rela nyumbangin sekian banyak sesuai dari hasil telpon orang2 kalo ga salah, sehingga dari telepon2 yang masuk menyebabkan orang kaya itu menyumbang lebih dari 6 juta dollar? hahhahaaa.... makanya jangan suka iseng.

    ReplyDelete
  11. Anonymous2:17 AM

    aku juga nonton film ini kemaren di tv mas. cuma ya itu, gara2 selama ini aktor Rowan Atkinson tuh main di Mr. Bean, keiknya aneh waktu dia maen difilm ini .. hahaha. referensi bagus nih. perlu ditonton sekali lagi ;)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...