Skip to main content

:(

Aku benci kata ini.
Aku sangat resisten untuk mengucapkannya ...
Aku begitu dendam mendengarnya ...
Sedapat mungkin aku menjauhkan diri darinya ...

Untuk apa kata ini tercipta kalau ternyata karenanya akan ada hati yang terluka?
Mengapa kata ini harus diucapkan kalau karenanya ada tetesan air mata?
Kenapa kata ini ada kalau karenanya ada insan yang tidak bersalah menjadi murung dan bersedih?
Aku tidak tahu ...

Orang mengatakan jikalau ada pertemuan, pasti ada juga perpisahan ...
Tatkala ada lambaian tangan memanggil, jangan heran suatu hari akan didapati lambaian tangan selamat tinggal ...
Ketika jabat tangan kegembiraan dilakukan hari ini, pasti muncul jabat tangan tangisan di kemudian hari ...
Untuk itu ijinkanlah aku ingin bertanya, apakah siklus seperti itu harus terjadi?

Lidahku kelu kala harus melafalkannya ...
Tenggorokanku tercekat bila harus mengatakannya ...
Hatiku hancur jika harus mengalaminya ...
Airmataku menetes kalau melihatnya ...

Pengalaman memberikan pengertian kepadaku bahwa itu sakit ...
Masa lalu mengajarku untuk sedapat mungkin menghindarinya ...
Penglihatanku mengatakan kepadaku bahwa itu menyedihkan ...
Meskipun begitu, kenapa engkau tetap muncul dan hadir?

Perpisahan itu begitu kejam ...
Laksana cakar rajawali yang tajam merobek dan menciptakan bekas pada hati yang masih perawan ...
Bagaikan gigitan beruang ganas yang dalam sekejap menghancurkan kebahagiaan yang telah dipupuk sekian lama ...
Seperti teror burung pemakan bangkai yang dengan setia menunggu perasaan manusia membusuk dan menjadi bangkai ...

Namun apabila aku tidak mempunyai pilihan lagi ...
Aku dipaksa untuk melaluinya ...
Bagaikan cawan terakhir yang harus aku minum ...
Sanggupkah diriku melawan dan menolaknya?

Comments

  1. lah???sapa yang mau ditinggal?sapa yang mau meninggalkan?

    ReplyDelete
  2. Iya nih?? (pertanyaan yg sama kayak Meli... :D)

    ReplyDelete
  3. Anonymous7:44 AM

    perpisahan dengan siapa nih?

    ReplyDelete
  4. ada apa? ada apa? kok muncul-muncul dengan :( ?

    ReplyDelete
  5. Anonymous10:22 AM

    aduh, mesti ngomong apa ya?? gue duduk di sini aja deh. memberi telinga...

    ReplyDelete
  6. Loh..kok... datang datang ngomongin perpisahan ? siapa yg berani nyakiti Hendry,teman gw *sambil bawa pentungan nih*

    ReplyDelete
  7. Karl: Thanks untuk tipsnya. Semoga berguna bagi yang membacanya :)


    Meli & Zilko: Iya neh ... jadi bingung khan :)


    Dewi: Perpisahan? Siapa ... siapa ... *garuk-garuk kepala*


    Bev: Simpan airmatamu yang begitu berharga. Terlalu sayang ditumpahkan untuk diriku ...


    Xu: Ha ha ha ... kesambet angin utara :))


    Brad: thanks untuk telinganya. Yang setia yah ...


    Evan Mom: Hayo .... uber terus sampai dapat, jangan dilepas tuh orang ha ha ha

    ReplyDelete
  8. kayak apa sih hati yang masih perawan, km khan mantan perjaka, Hen. *bingun*

    ReplyDelete
  9. Anonymous7:58 AM

    hmm teka teki susah nih

    ReplyDelete
  10. Hendri, jgn ada perpisahan diantara kita, sy cuma sibuk sementara..oke..

    ReplyDelete
  11. Tenfams: Ups ... aku salah ketik yah he he, jadi harusnya sperti ini:

    "Laksana cakar rajawali yang tajam merobek dan menciptakan bekas pada hati yang masih PERJAKA" ha ha ha :))


    Imelda: Hmm ... kalo teka tekinya udah ketemu, buruan kirim ke PO BOX HB1997 JKTBRT hi hi hi


    Sisca: Berpisah? Siapa yah ...

    ReplyDelete
  12. gak mau ganti nama Hen ? Hendri Anwar (keliatannya masih ada turunan Chairil Anwar "Bila sampai waktuku, kumau tak seorang yang mengganggu dst dst jadi inget pelajaran Bahasa Indonesia pas SMP).

    ReplyDelete
  13. Hide: Hendri Anwar? Hmmm ... boljug he he .. Teringat waktu SMP membacanya harus penuh penghayatan yah ha ha ha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...