Skip to main content

Sepenggal Cerita

"Hen ... masih ingat gak dengan ... (sebuah nama)"
"Iya, kenapa?"

"Bunuh diri ..."
"Apa?"

"Bunuh diri Hen. Kemarin ditemukan gantung diri di rumahnya ..."
"Yang bener ah ... jangan ngaco gitu ..."
"Sumpah Hen. Gak mungkin masalah ini aku ngarang. Aku juga kaget, teman-teman semua di sini juga ..."

* * * * * Hening * * * * *
* * * * * Hening * * * * *
* * * * * Hening * * * * *

"Mas, gimana sih cerita selengkapnya?"
"bla bla bla bla bla bla ..."

* * *

Percakapan di atas masih sangat jelas di benakku. Meskipun sudah lewat hampir 2 bulan, tetapi berita mengejutkan tersebut masih terasa sangat nyata. (sebuah nama) bukan teman dekatku. Tapi aku kenal dia. Dan pernah akrab dengan dia. Semuanya karena suatu proyek di tahun 2004, di mana kami harus sekantor hampir kurang lebih 6 bulan. Banyak hal yang sudah kami alami dalam waktu yang singkat tersebut. Canda-tawa-tegang-stress sampai hampir tiap hari harus berlembur ria sampai subuh karena proyek tersebut.

Selepas dari proyek, kami berpisah. Masing-masing kembali ke habitatnya dengan kesibukan masing-masing. Di sela-sela waktu itu, kami masih saling kontak, sekadar menanyakan kabar dan update cerita. Bahkan kontak terakhir aku dengannya adalah hampir 1 1/2 bulan sebelum kejadian tragis tersebut. Dan dalam kontak terakhir tersebut semuanya kelihatan ok-ok saja. Tidak ada yang aneh ...

Tapi siapa tahu jalan hidup seorang manusia. Tiap orang mempunyai jalan hidup sendiri-sendiri, dan tiap berhak memutuskan jalan hidupnya mau ke mana, serta bertanggungjawab atasnya. Malangnya, temanku yang satu ini sangat tidak bijaksana dalam membawa hidupnya ... hingga memilih untuk mendahului Sang Pencipta dalam menentukan nafas kehidupannya :(

* * *

Belakangan aku baru tahu asal muasal kenapa temanku melakukan tindakan tersebut. Mau tahu apakah alasannya?

Ada dua alasan utama, yang aku yakini hampir semua pelaku tindakan bunuh diri mengalaminya juga. Alasan pertama, masalah keuangan. Tidak dipungkiri temanku ini seorang yang bergaya hidup tinggi. Buat teman yang sempat ikuti blog-ku dan pernah membaca posting gaya hidup, begitulah temanku yang satu ini. Rupanya selepas proyek bersama, dia sempat diterima di salah satu perusahaan dengan jabatan yang sangat lumayan. Kondisi tersebut tentu saja sangat mendukung dia dalam menjalani gaya hidupnya. Tapi apa lacur, karena suatu hal dia dipecat.

Alhasil jadi pengangguran. Lamar sana-lamar sini, tidak ada yang terima. Akibatnya? Pengeluaran tetap membengkak, sementara pemasukan nihil. Alhasil, mulailah dia terjebak dengan dunia hutang. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. Rupanya pepatah ini juga cocok untuk mereka yang mulai iseng bermain dengan dunia hutang. Dan ... bisa ditebak sendiri.

Alasan kedua, masalah keluarga. Memang sejak waktu aku kenal dia, keluarganya sudah sedikit bermasalah. Pertengkaran sepertinya hal yang biasa di rumah tangganya. Hematku mengatakan, karena sudah bermasalah dengan urusan finansial, mau tidak mau sangat berefek dengan masalah rumah tangga juga. Dan ... silakan tebak sendiri apa jadinya sebuah keluarga yang dililit hutang plus adanya jejak ketidakharmonisan dalam keluarga. Ujungnya ...

Jadi, tidaklah mengherankan akhirnya sobatku yang satu itu mengambil jalan yang dikatakan jalan pintas atau jalan setan: bunuh diri. Tragis? Inilah dunia kehidupan yang sesungguhnya ...

* * *

Aku bersyukur kondisiku masih jauh lebih baik dari dia. Meskipun tidak aku pungkiri untuk ke-2 hal tersebut aku juga ada masalah, tapi syukurlah aku ditopang fondasi yang kuat dan dikelilingi oleh orang-orang luar biasa yang sangat men-support aku sehingga langkah terakhir tersebut tidak pernah aku ambil. Dari kejadian ini aku banyak belajar. Dan semoga teman-teman yang sempat membaca postingku ini, juga bisa memetik sebuah pelajaran ...

Wassalam.

Comments

  1. sangat disayangkan hidupnya tamat begitu saja...
    tapi semoga jadi pelajaran yg berguna :) GBU

    ReplyDelete
  2. wah, sayang ya kalau harus bunuh diri, padahal kan itu mungkin bukan solusi terbaik. Tapi ya mau gimana lagi ya, berarti dia uda putus asa bgt tuh, hmmm...

    ReplyDelete
  3. wah jangan bunuh diri ya. rajin ngeblogs ajah...

    ReplyDelete
  4. Anonymous11:09 AM

    Tragis banget... kita jangan sampe gitulah yah Hen, pan ada Tuhan Yesus.. percaya aja segala masalah pasti Tuhan kasih jalan keluar yg terbaik. :)

    ReplyDelete
  5. hidup cuman sekali,kenapa diakhiri dengan cara tidak alami?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe...

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen...

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank...