Tamu-tamu sudah berpergian. MC beserta team penghiburnya sudah pamit. Pasukan video shoot sudah cabut juga. Suasana meriah secara perlahan mulai meredup. Yang tersisa hanyalah tawa canda dan cekikikan kecil dari saudara-saudara yang masih tersisa seraya menikmati hidangan yang masih tersaji khusus untuk keluarga. Kegembiraan mereka seperti menyaingi bunyi piring dan gelas yang mulai dirapikan oleh pihak catering.
Aku sengaja memilih untuk mojok di sudut ruangan. Melepaskan kepenatan dan kelelahan setelah seharian melewati prosesi pernikahan yang sangat-sangat kompleks dan rumit. Hela nafas panjang berkali-kali keluar dari hidung dan mulutku sebagai tanda lega karena semuanya sudah berlalu. Ucapan syukur juga melantun begitu saja karena atas kemurahanNya semuanya berjalan dengan sangat lancar.
Dari kantong celana, kurogoh HP yang tetap setia menemaniku. Kubaca seabrek SMS yang masuk sebagai ungkapan kebahagiaan sekaligus permintaan maaf dari beberapa rekan yang tidak bisa hadir, entah karena ada kesibukan maupun karena di luar kota. Aku hanya tersenyum saja membaca beberapa SMS yang bernada nakal. Kupencet beberapa nomor, ber-say hello, menanyakan kesan dan pesan, meminta doa restu, serta mengucapkan terima kasih karena sudah hadir. Setelah itu, diriku kembali terbuai dalam seberkas lamunan tanpa ujung.
"Lo Kung ... udah siap pulang?" Sapaan mesra disertai senyum termanis istri menggugah dan menghancurkan lamunanku.
Aku lirik jam tangan ... hmm ... 22.00. "Sudah beres semua?" tanyaku pelan.
Istri hanya menjawab dengan anggukan kecil. Ku sapu pandangan ke sekeliling, dan memang semua sudah siap-siap mau pulang. Dengan langkah gontai, akupun mendekat, ngobrol-ngobrol sebentar, kemudian pamit.
Dengan pelan kugandeng istri masuk lift. Di sana sudah siap petugas memencet tombol turun. Suasana di dalam lift terasa sepi. Kurangkul sang istri mendekat, kukecup pelan keningnya seraya mengucapkan kata: aku sayang kamu. Sejurus kemudian, suasana sunyi kembali menyelimuti kami. Dan ... "ting" ... terdengar bunyi tanda lift sudah sampai di lantai dasar. Secara pelan aku pun menuntun istri keluar, selangkah demi langkah menuju gerbang utama.
"Lo kung ... indah sekali karangan bunga ini. Aku petik beberapa yah untuk dibawa pulang ..." suara ceria istri menyerocos begitu saja melihat sederetan karangan bunga yang terpampang begitu indah. Aku baca siapa pengirimnya. Hmm ... dari kantor dan beberapa kolega. Aku hanya tersenyum tipis melihat gesitnya sang istri memilih dan memetik beberapa tangkai bunga.
Beberapa waktu kemudian mobil pun datang. Kita pun masuk ... dan dalam hitungan detik kita pun melaju menuju apartemen di bilangan Pluit tempat kita menghabiskan malam pertama. Sengaja kita pilih apartemen karena lebih praktis dan luas dibandingkan hotel. Lagian, rombongan keluarga istri juga diinapkan di sana, sehingga lebih hemat biaya juga.
Perjalanan yang menempuh waktu sekitar 1/2 jam terasa begitu lama. Dalam mobil kita hanya diam saja. Masing-masing terbuai dengan ilusi dan imajinasi masing-masing: wah ... ntar gimana neh ... apa yang bakalan terjadi ... apa yang harus dipersiapkan ... harus dimulai dari mana ... sukses ndak...? Dan seabrek pertanyaan lainnya berputar begitu saja di pikiran ini.
Sekitar jam 22.30, kita pun sampai. Dengan lembut, aku menuntun istri turun dari mobil. Pelan-pelan kugandeng, kutuntun langkah demi langkah dengan hati-hati, memasuki lift, pencet tombol lantai kami menginap, dan ... treng ... treng. Sampailah kita ke kamar peraduan kita. Saat dibuka, hawa dingin langsung menerpa muka kami berdua. Aku cek suhunya ... wow 16 derajat. Mmm ... suasana dingin sepertinya sangat mendukung acara kami malam ini ...
Aku pun melepaskan jas, dasi, dan rompi yang membuat berat saja. Dan tanpa melepaskan sepatu, aku pun masuk kamar mandi untuk bersih-bersih dan beres-beres. Sedangkan istri langsung ke kamar tidur. Waktu aku keluar dari kamar mandi ... kaget. Istri menghilang. Ku panggil-panggil tidak ada jawaban. Walah ... gimana ini, pengantin baru ditinggal sendiri.
Aku pun telp, eh ... ndak taunya dia udah nongkrong di kamar keluarganya menginap. Aku pun diminta untuk bergabung ke sana. Segera aku pun menyusul. Sesampai di sana, aku pun langsung disuruh makan. Ah ... aku baru sadar rupanya sepanjang hari ini makanan yang mampir ke perutku hanya sedikit. Selain karena tidak sempat, juga karena ndak bernafsu. Saat aku lihat hidangan yang disajikan, mendadak rasa lapar menyerangku. Alhasil dengan lahap aku pun makan seraya ngobrol.
Sekitar 1/2 jam, aku pun lirik istri. Ku senggol-senggol kakinya sebagai tanda agar segera cabut. And finally, jam 24.00 kita pun bebas ...
* * *
"Lo kung ... pintu depan udah dikunci?"
Aku hanya mengangguk.
"Pintu kamar dikunci dong ..."
"Lho, khan tidak ada orang. Ndak apa-apa khan dibiarkan terbuka ..."
"Emang sih ... tapi untuk lebih aman, dikunci ajalah ..."
Lagi-lagi aku mengiyakan.
"Lampunya ndak dimatikan?"
"Ah ... gimana sih, ntar malah ndak kelihatan apa-apa ..."
"Oh iya yah, lupa ... hehehe"
Setelah semua persiapan dilakukan, acara buka-bukaan mulai dilakukan. Dengan penuh penuh gairah dan nafsu satu persatu dibuka dengan semangat. Sejurus kemudian, dari bibir mungil istri, keluar desahan lembut: 500 ribu ... 100 ribu ... 200 ribu ... 250 ribu ... 50 ribu ...
Dan aku mencatat dengan bersemangat.
Akhirnya jam 02.30, selesai juga kita melewatkan malam pertama, dengan menghitung angpao he he ...
* * *
"Lo kung, balik modal ndak ..."
"Lo pho ... lo pho. Bukankah sudah aku bilang, jangan pernah mengharapkan balik modal. Bersyukurlah dengan semua yang kita dapatkan ..."
"Emangnya dapat berapa sih?"
Aku berbisik pelan di telinganya: 30% dari total pengeluaran kita.
Oh ....
Aku sengaja memilih untuk mojok di sudut ruangan. Melepaskan kepenatan dan kelelahan setelah seharian melewati prosesi pernikahan yang sangat-sangat kompleks dan rumit. Hela nafas panjang berkali-kali keluar dari hidung dan mulutku sebagai tanda lega karena semuanya sudah berlalu. Ucapan syukur juga melantun begitu saja karena atas kemurahanNya semuanya berjalan dengan sangat lancar.
Dari kantong celana, kurogoh HP yang tetap setia menemaniku. Kubaca seabrek SMS yang masuk sebagai ungkapan kebahagiaan sekaligus permintaan maaf dari beberapa rekan yang tidak bisa hadir, entah karena ada kesibukan maupun karena di luar kota. Aku hanya tersenyum saja membaca beberapa SMS yang bernada nakal. Kupencet beberapa nomor, ber-say hello, menanyakan kesan dan pesan, meminta doa restu, serta mengucapkan terima kasih karena sudah hadir. Setelah itu, diriku kembali terbuai dalam seberkas lamunan tanpa ujung.
"Lo Kung ... udah siap pulang?" Sapaan mesra disertai senyum termanis istri menggugah dan menghancurkan lamunanku.
Aku lirik jam tangan ... hmm ... 22.00. "Sudah beres semua?" tanyaku pelan.
Istri hanya menjawab dengan anggukan kecil. Ku sapu pandangan ke sekeliling, dan memang semua sudah siap-siap mau pulang. Dengan langkah gontai, akupun mendekat, ngobrol-ngobrol sebentar, kemudian pamit.
Dengan pelan kugandeng istri masuk lift. Di sana sudah siap petugas memencet tombol turun. Suasana di dalam lift terasa sepi. Kurangkul sang istri mendekat, kukecup pelan keningnya seraya mengucapkan kata: aku sayang kamu. Sejurus kemudian, suasana sunyi kembali menyelimuti kami. Dan ... "ting" ... terdengar bunyi tanda lift sudah sampai di lantai dasar. Secara pelan aku pun menuntun istri keluar, selangkah demi langkah menuju gerbang utama.
"Lo kung ... indah sekali karangan bunga ini. Aku petik beberapa yah untuk dibawa pulang ..." suara ceria istri menyerocos begitu saja melihat sederetan karangan bunga yang terpampang begitu indah. Aku baca siapa pengirimnya. Hmm ... dari kantor dan beberapa kolega. Aku hanya tersenyum tipis melihat gesitnya sang istri memilih dan memetik beberapa tangkai bunga.
Beberapa waktu kemudian mobil pun datang. Kita pun masuk ... dan dalam hitungan detik kita pun melaju menuju apartemen di bilangan Pluit tempat kita menghabiskan malam pertama. Sengaja kita pilih apartemen karena lebih praktis dan luas dibandingkan hotel. Lagian, rombongan keluarga istri juga diinapkan di sana, sehingga lebih hemat biaya juga.
Perjalanan yang menempuh waktu sekitar 1/2 jam terasa begitu lama. Dalam mobil kita hanya diam saja. Masing-masing terbuai dengan ilusi dan imajinasi masing-masing: wah ... ntar gimana neh ... apa yang bakalan terjadi ... apa yang harus dipersiapkan ... harus dimulai dari mana ... sukses ndak...? Dan seabrek pertanyaan lainnya berputar begitu saja di pikiran ini.
Sekitar jam 22.30, kita pun sampai. Dengan lembut, aku menuntun istri turun dari mobil. Pelan-pelan kugandeng, kutuntun langkah demi langkah dengan hati-hati, memasuki lift, pencet tombol lantai kami menginap, dan ... treng ... treng. Sampailah kita ke kamar peraduan kita. Saat dibuka, hawa dingin langsung menerpa muka kami berdua. Aku cek suhunya ... wow 16 derajat. Mmm ... suasana dingin sepertinya sangat mendukung acara kami malam ini ...
Aku pun melepaskan jas, dasi, dan rompi yang membuat berat saja. Dan tanpa melepaskan sepatu, aku pun masuk kamar mandi untuk bersih-bersih dan beres-beres. Sedangkan istri langsung ke kamar tidur. Waktu aku keluar dari kamar mandi ... kaget. Istri menghilang. Ku panggil-panggil tidak ada jawaban. Walah ... gimana ini, pengantin baru ditinggal sendiri.
Aku pun telp, eh ... ndak taunya dia udah nongkrong di kamar keluarganya menginap. Aku pun diminta untuk bergabung ke sana. Segera aku pun menyusul. Sesampai di sana, aku pun langsung disuruh makan. Ah ... aku baru sadar rupanya sepanjang hari ini makanan yang mampir ke perutku hanya sedikit. Selain karena tidak sempat, juga karena ndak bernafsu. Saat aku lihat hidangan yang disajikan, mendadak rasa lapar menyerangku. Alhasil dengan lahap aku pun makan seraya ngobrol.
Sekitar 1/2 jam, aku pun lirik istri. Ku senggol-senggol kakinya sebagai tanda agar segera cabut. And finally, jam 24.00 kita pun bebas ...
* * *
"Lo kung ... pintu depan udah dikunci?"
Aku hanya mengangguk.
"Pintu kamar dikunci dong ..."
"Lho, khan tidak ada orang. Ndak apa-apa khan dibiarkan terbuka ..."
"Emang sih ... tapi untuk lebih aman, dikunci ajalah ..."
Lagi-lagi aku mengiyakan.
"Lampunya ndak dimatikan?"
"Ah ... gimana sih, ntar malah ndak kelihatan apa-apa ..."
"Oh iya yah, lupa ... hehehe"
Setelah semua persiapan dilakukan, acara buka-bukaan mulai dilakukan. Dengan penuh penuh gairah dan nafsu satu persatu dibuka dengan semangat. Sejurus kemudian, dari bibir mungil istri, keluar desahan lembut: 500 ribu ... 100 ribu ... 200 ribu ... 250 ribu ... 50 ribu ...
Dan aku mencatat dengan bersemangat.
Akhirnya jam 02.30, selesai juga kita melewatkan malam pertama, dengan menghitung angpao he he ...
* * *
"Lo kung, balik modal ndak ..."
"Lo pho ... lo pho. Bukankah sudah aku bilang, jangan pernah mengharapkan balik modal. Bersyukurlah dengan semua yang kita dapatkan ..."
"Emangnya dapat berapa sih?"
Aku berbisik pelan di telinganya: 30% dari total pengeluaran kita.
Oh ....
haiyaaaaa.... gue dah deg-degan aja dari awal, ternyata mo buka angpau toh, hihihi...
ReplyDeletehen, ini flashfic yah?
bagus...
ya ampun hennn, gua pikir lu berani banget postingin yg satu ini, ternyata yg lebih bikin penasaran itu angpao, hebat..bisa ngalah2in malam pertama..ruar biasa
ReplyDeleteacara selamatan genap 40 hari ya!selamat ya bang!!!minta telur merah :D
ReplyDeleteheuheueu ... postingannya bikin deg2an ... met kenal yah :)
ReplyDeletehahahaha
ReplyDeleteudah ndredeg aku pikir mo cerita malam pertama
ternyata ngitung ang pao
wih soro ya
cuma 30% mbalek modal rek
hahahah
ini nih
mirip chinese surabaya
apa2 diitungin
makanya gw ga tau deh
ntar mo di rayain pesta apa ngga
Baca postingan Hendri gw jade napsuuuu....
ReplyDeletenapsu sama angpaonya! xixi..
wekekekekekek... kocak kocak :)):)):))
ReplyDeletengitung angpaaaooooo ternyata dieeee =))=))=))=))
ternyata dari awal itu lagi ngelamun kali yah
ReplyDeleteuntung ... enggak ... untung... enggak hehehe...
trus mulai buka...
dari mana ???
maksudnya kira2 angpao mana yang paling gede....
DUh jadi napsu juga gue wakakaka....
Bunga: Apa yang perlu disesali hahaha ... yang jelas buka-bukannya berlangsung SUKSES :))
ReplyDeleteEster: Deg-degan yah? Hehehe ... harusnya supaya lebih deg2an, di awal aku tulis: untuk konsumsi 21+ :)) Flashfic? Emang masuk kategori itu?
Fanvin: Hahahaha ... sempat full curigation juga yah :) Angpao? Hehehe ... sebenarnya lebih pengen yang satu itu :))
Meli: Telor merah? Nih ... tangkap yah :) Selain itu ada mian sian, nyiong theu fu, cu kiok hahaha ... jadi ngiler ....
Engelje: Hahaha ... untung ndak jantungan yah :) Salam kenal juga. Btw, blogmu apa? kok linknya error?
Mee: PAsti ini pikir pelajaran plus sebelum nikah yah hahaha ... Iya neh, 30% ... balik modal cateringlah minimal :)
Dewi: Hayo ... napsu ama ang pao atau itunya? Hehehehe
Ime':Yah ... begitulah. Padahal sebenarnya pengen gituan sih :))
Ir: Haahaha ... tau aja deh kamu :) Jgn2 dikau juga begituan? Buka2anya selalu cari angpao yang paling tebal, habis itu baru deh yang lain hahaha ... Nih anak napsu apa juga hehehehe ...
HAHAHAHHA *LOL*.. gak sopan lu hen g lagi baca seru2 eh tau2nya lu itung angpao.. hahahah..
ReplyDeleteg bener2 senyum2 baca postingan lu kali ini, n abis itu g ketawa sendirian (untung temen2 kantor g penuh pengertian)..
hahahahahahahaha, sumpah gue ngakak baca nih postingan. Ternyata buka angpao lebih menarik yah hen ketimbang buka-bukaan baju, hiahiahiahiahaihaihaiha...
ReplyDeleteHenddd, hahahaha... pasti elo sama deh ama gw, modal pesta nya 1/2 lunas, 1/2 ngutang jadi napsu ama ampaou!!! Hahahaha... untung gw balik modal... *ngelusdada*
ReplyDeletetertipu!!!
ReplyDeletetadi gua uda bengonk, kirain om penasehat abis balek dari bertapa pas hiatus, topik entrynya jadi provokatip... ternyata =D
'gak balik modal... hmm.. klimaksnya jadi berkurang donk ya.. hihihihi... hussss...
ReplyDeletehahahahaha.......kamu bisa aja.
ReplyDeletemalam pertamamu sangat sibuk sekali hen..,tapi sampai pagi waktu yang begitu panjang cuma menghitung angpao...?????
masih ada kerjaan lain yang sangat penting nggak dikerjakannya??
waktu itu modalnya nggak balik tapi sekarang udah bertambah kan hen....heheheh
duit duit asyik yippie yippie yea yea lumayan buat dugem :D eh koko-latte kalo kita dugem, loe kasih gue angbao juga yah :D
ReplyDeletecongratulations buat anak pertamanya :D
wakakkakkak...dasar lo ah,mau buka angpao gak sabar hwhhhaha..kalo gue paginya, hen. 10% aja gak nyampe hehehe...bahkan ada amplop kosong ! gue sumpahin rejekinya lari ke aku. gak sopan bener. emangnya ngarap duitnya apa !
ReplyDeletehahaha.. ceritanya sama persis sama cerita MP ku..
ReplyDeletehihihi ..
iya gw juga ngalamin yang mba dia alamin.. dapet amplop kosog, ada yg kasih seribu perak dan macem2lha..
thought provoking, mind blowing stories..hehehe sok inggris gue...
ReplyDeletelucu juga ya MP-nya... gimana gua ntar ya? any comment? :)
Hi Hendry, postingannya...duh..menggugah selera deh... selera makan maksudnyaaaa... aku kangen kondangan di Indonesia yang sampai berderet2 makanannya...
ReplyDeleteNgomong2, seneng sama Chris Daughtry juga yah ? hihihi...
Sunny: gak sopan tapi senang khan hahaha ... hati-hati lho senyum2 sendiri ... berbahaya kata nenek :))
ReplyDeleteMadame: Sebenarnya sih buka-bukaan baju lebih menarik, cuma yah ... begitulah yang terjadi heheheh
Yen: Yeee ... ndak sama lagi. Kalo ike sih 100% lunas hahaha ... Dikau balik modal? Waaaaa ... hebat ...
Violet: Kenapa tertipu? hahaha ... siap2 deh lihat posting2 provokatip lagi hihihih
Since: Hahahaha ... klimaks apa sih yang berkurang :))
Nita: Begitulah Nit ... maunya sih mengerjakan yang lain, tapi nasib berbicara lain :) Modal sekarang? Hmm ... ada deh :)
Bronx: Ini anak pikirannya dugemmmm melulu ... oeiii ... tobat neng hahaha ... Mau angpao juga? Neh, sambut yah :) Thx ...
Dian: Masa sih cuma 10%? Wah ... kalo itu namanya kerja bakti dong hahahaha ... amplop kosong? Alhamdullilah aku tidak dapat :)
Wina: Hehehe ... sama itung angpao juga maksudnya hihihi ... kalo aku dapatnya yang paling kecil angpao 3.000 perak hahahaha ....
Xu: *buka kamus dulu lihat artinya* MP kamu? Hmm ... kapan tuh? Cepetan ...
Leony: Hahaha ... begitulah Indo, yang penting MAKAN :)) Chris Daughtry? Suka abiz lagi :)
Waa... . Mau kasi comment kmaren tp komputerku error.... :( Harus di-servis...
ReplyDelete-----
Walah, ternyata bukan angpao toh... :))
lumayan donk dapet angpao, daripada dapet amplop kosong hehe...bisa disimpen buat modal pesta berikutnya!
ReplyDeleteZilko: Oooo ... semoga yang kena bukan harddisknya yah ... cepatan servis, biar bisa dipake ngeblog lagi hahaha ... Angpao? Iya dong :)
ReplyDeleteTenfams: hehehe ... emang pengalaman dapat juga yang kosong :)
Wakakak Hendri, penting banget ngitung angpau malam2 .
ReplyDeleteDASAR CINA!!! ooppss..sesama cina.
wah hen, aku sama kayak wina. ada yg ngasi seribu perak. gak kesal nominalnya sih, masih mending daripd kosong. gak sopannya itu. sambil mandangin satu persatu tamu di video.
ReplyDeletesebenarnya untuk tau amplop sapa,di tandain satu persatu dicocokin ama nomor urutan di buku tamu hwhaha..
jd teringat, saat datang ke kondangan, aku selalu ngasi tinggi tapi gak nulis nama, takut kesikitan. ternayta ada yg nagsi 20 ribu nulis nama..hehehe
Sisca: Hahahaha ... begitulah. Seorang CINA SEJATI :)) Sesama cina jangan saling menyikut oeiiii :))
ReplyDeleteDian: Gitu yah. Tapi waktu kondanganku, sengaja aku ndak kasih nomor tuh. Jadi emang tidak terlacak ini angpao siapa itu punya siapa, kecuali emang ada nama. Kalo aku, seberapa pun kasih nama hehehe ... kadang diselipin ucapan2 nakal, sebagai bekal malam pertama :))
ahahahahh kirain tadi apa gitu :P taunya angpao toh,ada2 aja loe hend :))
ReplyDeleteMissUnperfect: Hehehehe ... aku ngerti kok apa yg dikau pikirkan sebelumnya :)) Kenapa? Endingnya ndak sesuai harapan HAHAHAHAHA
ReplyDeletehen, lu bisa aja yah bikin org penasaran hihihi.... kalo gw sih pulang kawinan udah teler tuh, ga berkutik di tempat tidur, boro2 ngitung angpao, yg satu itu aja ngga tuh hahahaha
ReplyDeleteImelda: Hahaha ... gitu yah :) *senangnya daku bisa membuat dikau penasaran* Tidak berkutik? Hmmm ... teler karena itu ato karena itu? :))
ReplyDelete